AMBON, Siwalimanews – Universitas Pattimura kem­bali mengukuhkan de­lapan guru besar di lingku­ngan universitas ternama di Maluku itu oleh Rektor, Prof M.J Saptenno dalam rapat senat terbuka yang dipu­satkan di aula Auditorium Unpatti, Poka, Senin (2/10).

Delapan guru besar yang dikukuhkan yaitu, pertama Prof. Dr. Natelda R Timisela, S.P., M.P, se­bagai guru besar bidang Ilmu Ekonomi Per­tanian Fakultas Pertanian.

Kedua, Prof. Dr. Abed­nego, M.Pd, sebagai guru besar bidang Ilmu Manaje­men Pendidikan Fakultas Ke­guruan dan Ilmu Pendidi­kan. Ketiga  Prof. Dr. Febby Jeanry Polnaya, S.P., M.P, se­bagai guru besar bidang Ilmu Pangan Fakultas Pertanian

Keempat, Prof. Dr. Her­malina Sinay, S.Pd., M.Si, sebagai guru besar bidang Ilmu Morfo Fisio Genetik Tanaman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Lima, Prof. Dr. Marleny Leasa, S.Pd., M.Pd, sebagai guru besar bidang Ilmu Pendidikan Biologi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Keenam, Prof. Dr. Ir. Jesaja Ajub Pattikawa, M.Sc, sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Tujuh, Prof. Dr. Ir. Matheus Souisa, M.Si, sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Fisika Bumi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Delapan, Prof. Dr. Dra. Petronela Sahetapy, M.Si, sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Sosial dan Ilmu Politik.

Prof Natelda R Timisela dalam pidatonya tentang “Manajemen Rantai Pasok Agroindustri Komoditas Pertanian di Wilayah Kepulauan Maluku” mengatakan, pengembangan komoditi pertanian diperlukan sinergitas dan koordinasi semua pelaku usaha mulai dari hulu untuk menyediakan bahan-bahan baku atau input produksi, hingga bagian hilir untuk proses pengolahan, distribusi dan pemasaran.

Dikatakan, manajemen rantai pasok berkelanjutan merupakan pengembangan manajemen rantai pasok konvensional, yang di dalamnya terdapat interelasi aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan tujuan agar rantai pasok yang dikelola dapat memenuhi keinginan konsumen (responsiveness) dalam hal kualitas, kuantitas, time delivery, berwawasan lingkungan, dan peka terhadap kondisi sosial kemasyarakatan Perkembangan manajemen rantai pasok sudah menjadi perhatian para pelaku agroindustri. Prakteknya dikenal dengan istilah manajemen rantai pasok agroindustri. Industri pertanian atau agroindustri menjadi salah satu obyek penelitian yang masih baru di bidang manajemen rantai pasok. Pengembangan agroindustri perlu didukung dengan kebijaksanaan makro dan mikro yang dapat menciptakan usaha yang kondusif, dan semakin memudahkan pelaku agroindustri dalam mengakses ke sumberdaya produktif.

Data BPS (2023) menunjukkan bahwa perusahaan yang terlibat dalam industri bahan pangan termasuk agroindustri dengan jumlah yang meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2022 tercatat jumlah industri pangan yang termasuk perusahaan formal sebanyak 915 perusahaan sedangkan perusahaan non formal sebanyak 2.570 perusahaan. Meningkatnya jumlah perusahaan agroindustri ternyata berdampak terhadap meningkatnya jumlah tenaga kerja.

Dimana jumlah tenaga kerja pada tahun 2023 terbagi menjadi dua bagian yaitu tenaga kerja formal sebanyak 3.067 orang dan tenaga kerja non formal sebanyak 6.759. Jumlah tenaga kerja ini adalah karyawan yang terlibat langsung dalam perusahaan. Jumlahnya akan jauh lebih besar bila memperhitungkan tenaga kerja yang tidak langsung terkait dengan perusahaan agroindustri, misalnya pedagang pengecer, pemasok, dan petani.

Model Manajemen Pendidikan

Selanjutnya, Prof. Abednego dalam pidato tentang “Model Manajemen Pendidikan di Daerah Kepulauan” mengatakan, tidak hanya di Indonesia tetapi juga Luar Negeri, selama ini diperhadapkan dengan dua masalah pendidikan, yaitu soal pemerataan dan relevansi kurikulum.

Untuk Maluku menurutnya, sejauh ini tidak ada intervensi khusus tentang anak-anak sekolah di daerah terpencil. Maluku lebih menginginkan sentralistik dimana dalam prakteknya, guru-guru lebih mau melakukan studi banding ke luar, Jawa, Makassar dan sebagainya hanya untuk copy RTP, visi-misi sekolah tertentu kemudian kembali.

“Ini yang justru menjadi persoalan kita. Jadi yang seharusnya kepsek yang merencanakan visi-misi dengan kebutuhan, justru itu tidak berjalan disini. Ini juga problem karena kepala sekolah disini, tidak memiliki kompetensi manajerial. Disini justru kepala sekolah baru melanjutkan kerja kepsek sebelumnya, yang dikerjakan hanya kerja rutin, hanya tanda tangan surat dan sebagainya tidak memikirkan pengembangan sekolah, yang ditempatkan adalah mereka kebanyakan balas jasa politik,”cetusnya.

Jadi di Maluku ini lanjutnya, persoalan kebijakan yang tidak benar. Dan kalau ini tidak berubah, maka Maluku tetap tertinggal dari sisi pendidikan.

“Dengan itu saya memberikan satu model manajemen di daerah kepulauan, yaitu model perencanaan partisipatif dan model manajemen kurikulum yang pembelajarannya nanti branded planning dan itu lebih ke sistem internet tidak perlu banyak guru,”tandasnya.

Pati Sagu

Prof. Febby Jeanry Polnaya dalam pidatonya tentang “Pati Sagu: Modifikasi Fosfat, Ikat Silang dan Resistensinya” mengatakan pati sagu bersifat resisten terhadap mikroba dan enzim pencernaan, yang dapat disebabkan oleh kristalinitas pati dan kehadiran komponen minor, seperti gugus fosfat.

Kadar fosfor tersebut cukup rendah untuk menginisiasi resistansi terhadap enzim, sehingga untuk meningkatkan sifat fungsional pati sagu, dapat dilakukan dengan cara modifikasi pati secara kimiawi.

Modifikasi secara kimiawi sangat tergantung pada jenis reagen modifikasi, kondisi reaksi, dan reaktivitas gugus hidroksil. Modifikasi pati dapat dilakukan dengan mereaksikan pati dengan sejumlah reagen modifikasi, sehingga terjadi perubahan pada gugus hidroksilnya.

Modifikasi pati secara kimiawi yang umumnya dilakukan adalah esterifikasi, esterifikasi, oksidasi dan hidrolisis asam terhadap gugus hidroksil pada satuan glukopiranosa. Fosforilasi merupakan metode umum untuk memodifikasi pati alami.

Disebutkan, fosforilasi pati sagu diperlakukan pada pati dengan reagen modifikasi meliputi STPP atau POCl3, untuk menghasilkan MSP atau DSP. Fosforilasi dilakukan dengan tujuan untuk merubah sifat fungsional pati sehingga mendapatkan pati yang menguntungkan bagi kesehatan, dengan karakteristik: 1) lebih lambat dihidrolisis oleh enzim pencernaan; 2) mengandung kadar RS yang tinggi; 3) berpotensi sebagai probiotik.

Menurutnya, Fosforilasi pati sagu dapat menyebabkan terjadi perubahan struktur molekul pati, yang berhubungan dengan perubahan sifat-sifat fisiko-kimia pati. Reaksi fosforilasi pati sagu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis reagen modifikasi dan kondisi reaksi. Reagen modifikasi yang digunakan dapat menghasilkan MSP atau DSP, sangat dipengaruhi oleh kondisi PH reaksi.

Keragaman Potensi

Sementara itu, Prof Hermalina Sinay dalam pidatonya berjudul “Keragaman dan Potensi Sumber Daya Genetik Lokal Jagung dari Pulau Kisar Maluku Barat Daya Untuk Mendukung Diversifikasi Pangan” mengatakan di Pulau Kisar, Kabupaten MBD jagung sudah menjadi makanan pokok sejak berabad-abad lamanya.

Umumnya masyarakat di Pulau Kisar mengkonsumsi jagung dalam bentuk jagung rebus, jagung goreng kering, atau bubur jagung yang dicampur dengan beras, kacang-kacangan, dan sayuran.

Kebiasaan mengkonsumsi jagung seperti ini telah berlangsung lama, tanpa ada terobosan atau inovasi teknologi. Padahal, selain dikonsumsi sebagai bahan makanan pokok dan diolah secara tradisional, jagung dari Pulau Kisar ini dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk pangan olahan yang lebih inovatif, variatif dan bernilai ekonomis.

Selain sebagai upaya diversifikasi pangan berbasis jagung, juga dapat menjadi sumber pangan alternatif potensial yang kaya gizi, karena mengandung nutrisi seperti lemak, karbohidrat dan protein, serta senyawa-senyawa antioksidan yang memiliki kemampuan menangkal radikal bebas dan berpotensi obat.

Yang mana pemanfaatan dan pengembangan kultivar jagung lokal sebagai produk inovatif telah dilakukan dengan bahan dasar jagung dari Pulau Kisar. Produk-produk tersebut antara lain, corn cookies (kue kering berbahan dasar tepung jagung), nata de corn (nata berbahan dasar jagung), mie jagung, dan puding rambut dan buah jagung, dan corn ice cream.

Dan produk-produk olahan jagung ini lanjutnya, bersifat inovatif, variatif, bernilai ekonomis, dan jika dikembangkan dengan baik dapat bermanfaat menambah income keluarga. Manfaat lain yang diperoleh adalah sebagai pangan alternatif untuk penderita diabetes. Diketahui bahwa penderita diabetes memiliki salah satu ciri adalah selalu merasa lapar  atau polyphagia.

Pendidikan Abad 21

Kemudian Prof Marleny Leasa dalam pidatonya berjudul “Landscape Pendidikan Abad ke-21: Tantangan Siswa dan Guru Sains Biologi di Masa Depan” mengatakan, pendidikan memainkan peran penting dalam mempersiapkan siswa untuk hidup di masa depan.

Keterampilan abad ke-21 adalah serangkaian kemampuan yang penting bagi siswa berkembang agar berhasil di era informasi. Keterampilan abad ke-21 meliputi keterampilan belajar, keterampilan hidup, dan keterampilan literasi. Keterampilan belajar: dikenal sebagai “empat C” pembelajaran abad ke-21, yang meliputi berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas. Keterampilan hidup mencakup fleksibilitas, inisiatif, keterampilan sosial, produktivitas, kepemimpinan.

Menurutnya, keterampilan literasi meliputi literasi informasi, literasi media, literasi teknologi. Faktanya, integrasi keterampilan ini ke dalam kurikulum sekolah sering kali mengalami tantangan bagi banyak guru.

Sejumlah kekayaan yang ada di Indonesia, lanjutnya, bahkan di Maluku, belum dapat dikelola dengan baik karena sumber daya manusia yang tidak kompeten. Oleh karena itu, siswa yang merupakan agen perubahan di masa depan, diharapkan memiliki berbagai keterampilan abad ke-21 agar bisa sukses dan mengelola sumber daya alam dengan baik bagi kesejahteraan masyarakat.

Tantangan pendidikan abad ke-21 menekankan supaya guru bertanggung jawab dalam mempersiapkan siswa menghadapi dunia global dan partisipatif serta belajar, bekerja, dan menggunakan teknologi canggih. Dimana Guru harus berkolaborasi dan berkomunikasi dengan guru dan pakar lain untuk membuat, berbagi, dan mengevaluasi proyek terbaik agar mendorong minat siswa, serta mengembangkan dan memobilisasi keterampilan mereka. Guru abad ke-21 harus mengambil peran sebagai konselor yang mendukung siswa.

Konektivitas Wilayah

Prof Jesaja Ajub Pattikawa dalam pidatonya dengan judul “Konektivitas Wilayah Konservasi Perairan dengan Perikanan Berkelanjutan dan Nelayan Skala Kecil” mengatakan, secara global dalam upaya untuk menghambat penurunan keanekaragaman hayati laut, menjaga fungsi ekosistem, dan mempromosikan perikanan berkelanjutan.

Pembentukan wilayah perlindungan perairan laut (marine protected area–MPA) menjadi penting dan terus meningkat dalam beberapa waktu belakangan ini sebagai alat dalam manajemen sumberdaya perikanan dan konservasi keanekaragaman hayati.

Manfaat yang diperoleh dari adanya pembentukan MPA adalah peningkatan biomassa ikan, restorasi ekosistem,dan pergerakan individu ikan dewasa ke daerah penangkapan yang berdekatan dan juga meningkatkan daya pulih banyak spesies ikan yang dieksploitasi .

Perkiraan konektivitas dengan demikian menjadi penting guna merancang pembentukan MPA dan jejaringan MPA. Metoda yang sampai saat ini dianggap handal dalam meneliti aspek konektivitas adalah struktur genetik. Dimana tingkat signifikansi rekrutmen mandiri merupakan hal penting untuk satu MPA yang terisolasi dimana tidak dijumpai sumber larva yang memadai.

Kawasan perlindungan perairan laut (MPA) adalah bagian dari strategi konservasi yang diperlukan untuk menjaga keanekaragaman hayati laut dan memperbaiki sumberdaya ikan yang mengalami degradasi. MPA dianggap memiliki dampak positif bagi biomassa stok ikan, yang melalui limpahan (spillover) ikan akan meningkatkan produksi perikanan yang berdekatan.

Bagi nelayan, MPA berasosiasi dengan daerah larangan tangkap dimana nelayan dilarang untuk menangkap ikan pada area tersebut yang biasanya melimpah dengan ikan. Sebelumnya mereka bisa menangkap secara bebas, tetapi sekarang dibatasi dengan adanya MPA. Namun sebenarnya,  konflik semacam ini bisa dihindari dengan sosialisasi kepada masyarakat berupa penjelasan tentang MPA dan manfaatnya bagi masyarakat lokal.

Peran Ilmu Fisika

Prof Matheus Souisa dalam pidatonya dengan judul “Peran Ilmu Fisika Dalam Mengurangi Bencana Gerakan Tanah Sedimentasi” mengatakan, banyak peneliti yang mengkaji dinamika gerakan tanah atau masyarakat tanah longsor dengan menggunakan bahasa dan metode mekanika dalam ilmu Fisika.

Katanya, segala sesuatu mulai dari alam semesta, namun sulit untuk menerapkan karakter reduksionisme Fisika ketika sistemnya terlalu kompleks. Meskipun, gerakan tanah pada kenyataannya merupakan fenomena yang kompleks, untuk memahami perilakunya pada prinsipnya diperlukan beberapa hukum dasar mekanika dalam mengkaji pergerakan massa tanah dengan hukum gesekan, kohesi, dan gravitasi.

Menurutnya, ada tiga gagasan mengapa gambaran fisik gerakan tanah dan sedimentasi diperlukan, yaitu kebutuhan untuk mengukur fakta-fakta yang dapat diamati khas dari ilmu Fisika mendesak para ahli geologi untuk berpikir dalam kerangka hukum Fisika, untuk memperluas perspektif fenomena geologi.

Dan sebaran serta risiko bencana gerakan tanah bencana gerakan tanah termasuk bencana hidrometeorologi, merupakan bencana alam dengan tingkat kejadian tinggi dan sebaran yang luas di seluruh dunia yang tersebar sampai ke negeri seribu pulau di Maluku.

Dikatakan, upaya pengurangan bencana gerakan tanah dan sedimentasi merupakan tanggung jawab bersama-sama yang harus digerakkan dengan strategi yang terstruktur, terukur, terkalibrasi dan berkesinambungan. Sangat diperlukan berjalan

bersama dalam semangat hexa helix (akademisi, aggregator, pemerintah, pihak swasta, masyarakat, dan media) untuk membangun kolaborasi observasi, riset, dan desiminasi informasi serta mitigasi bencana yang bermuara kepada prevensi dan pengurangan risiko bencana.

 

Kepemimpinan Perempuan

Sementara Prof Petronela Sahetapy dalam pidatonya berjudul “Kepemimpinan Perempuan: Peran, Nilai, dan Tantangan di Maluku mengatakan, bahwa sejarah Maluku telah melahirkan dan mengukir pemimpin perempuan sejak dua abad yang lampau melalui Christina Martha Tiahahu.

Sejarah membuktikan peranan perempuan tidak kecil dalam perjuangan bangsa sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Christina Martha Tiahahu di Maluku pada masa penjajahan,”ujarnya.

Dimana peranan Christina Martha Tiahahu dalam menggerakkan, menyemangati, mendorong dan berada di depan memberi contoh dan komando dalam perang militer sebagai  upaya membebaskan bangsa dari cekraman penjajahan Belanda.

Dikatakan, tantangan kepemimpinan Perempuan Maluku, setiap pemimpin tentu akan menghadapi tantangan dan kesulitan yang harus dilalui, terutama pemimpin perempuan. Pada dasarnya, rintangan yang dialami oleh pemimpin semuanya sama termasuk pemimpin perempuan Maluku, namun ada beberapa tantangan, yaitu: kebanyakan cenderung dialami oleh pemimpin perempuan. Tantangan in personality pemimpin perempuan diantaranya ialah sulit mendapatkan kepercayaan diri: Salah satu tantangan yang dihadapi oleh pemimpin perempuan adalah kurangnya rasa percaya diri.

Penting bagi perempuan untuk dapat saling mendukung dan menghormati sebagaimana mestinya. Dan kesetaraan dalam hal perlakuan, meskipun kampanye tentang kesetaraan gender marak digaungkan di mana-mana, faktanya masih banyak yang mendiskriminasi kaum perempuan dalam hal kepemimpinan.(S-25)