AMBON, Siwalimanews – Sebagai bagian dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), maka Pemerintah Provinsi Maluku bersama Pemkot Ambon dan Perum Bulog menggelar pasar murah yang dimulai sejak 28 November hingga 1 Desember nanti, dibeberapa lokasi di Kota Ambon.

Manager Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog M Sofiyan Sohilauw, dalam rilisnya yang diterima redaksi Siwalimanews, Senin (28/11) mengaku, pasar murah ini dilakukan demi menekan lonjakan inflasi di Kota Ambon, dan Maluku secara keseluruhan.

“Kegiatan ini juga untuk mendukung operasi pasar di Kota Ambon, dengan menjual  sejumlah kebutuhan bahan pokok berupa, beras, gula, minyak goreng, dan komoditi lainnya yang menjadi kebutuhan utama masyarakat,” ucap Sohilauw.

Harga beberapa bahan pokok di Kota Ambon kata dia, kini mengalami kenaikan, sehingga perlu diintervensi melalui operasi pasar, yang telah dilakukan sejak awal November ini, dengan melakukan gelaran pangan murah oleh Dinas Ketahanan Pangan Kota Ambon, Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP)  oleh Disperindag Provinsi Maluku, dan operasi pasar lainnya.

“Stock beras medium dan premium pada November ini 5.294.097 kg, Gula 253.893 kg, Minyak Goreng  72,021 liter, dan itu cukup untuk 5 sampai 6 bulan kedepan, terutama menjelang hari raya Natal, serta  prediksi Perum Bulog setelah bulan Desember pun,  hingga Maret nanti, harga beras masih tinggi,” jelasnya.

Baca Juga: Kejari Masih Tunggu Hasil Audit Inspektorat

Menurutnya, harga beras masih tinggi, dikarenakan pada sentra-sentra produksi beras, belum panen (masih dalam memulai tanam) dan anomali cuaca yang tidak mententu.

Meski demikian Perum Bulog Maluku dan Maluku Utara akan terus berusaha untuk menjaga ketersediaan stok, agar tetap aman, komoditi beras diutamakan, sebab akan menjadi salah satu komoditas pangan pemicu inflasi.

“Lantas hubungan dengan pangan lokal apa, apakah perlu dikembangkan  sehingga inflasi dapat ditekan, sebenarnya, bicara pangan lokal, itu dominasi pada dinas ketahanan pangan, tapi disini Bulog juga terus mendorong untuk bagaimana ketersediaan pangan lokal bisa dikembangkan, karena potensi lahan yang mendukung, seperti sagu dan beberapa komiditi lainnya, seperti hotong dan sejenis tanaman sorgum dari Pulau Buru yang memiliki nilai kandungan gizi yang tinggi,”ujarnya.

Ini perlu digalakan kembali kata Sohilauw, untuk menjadi menu utama, yaitu dengan cara tetap menjaga pola konsumsi masyarakat, khususnya dikalangan kaum millenial, yang mulai meninggalkan makanan khas daerah yang diolah dengan pangan lokal, karena lebih memilih mengkonsumsi junk food atau fast food.

Ini juga menjadi salah satu upaya Bulog untuk menjaga pola konsumsi masyarakat, dengan menghidangkan makanan atau kue-kue lokal yang diolah dengan pangan lokal, seperti kasbi goreng, pisang goreng, dan yang tidak asing lagi tentunya yaitu asida.

“Selain itu, Bulog juga fokus pada instruksi Direktur Perum Bulog, dengan stabilitas harga beras dimasyarakat, untuk itu kami akan upayakan semaksimal mungkin pelaksanaan program stabilisasi tersebut tanpa ada unsur kepentingan apapun kecuali kepentingan rakyat, terlebih ditengah situasi seperti sekarang dan dipastikan juga bahwa seluruh jaringan yang bekerja sama dengan Perum Bulog sudah menyediakan kebutuhan beras ditingkat lokal baik secara offline maupun online, serta outlet-outlet binaan Perum Bulog seperti rumah pangan kita yang tersebar di seluruh Indonesia, serta jaringan retail modern yang ada,” jelasnya.

Adapun lokasi-lokasi pelaksanaan pasar murah tersebut, yakni Pasar Mardika, Pasar Batu Merah, Kelurahan Mangga Dua, Kelurahan Batu Gajah dan Passo Indah, Lembah Agro-Passo, Ahuru/Gereja Petra, Gadihu, Lorong Pandan, BTN Kebun Cengkeh, Pandan Katsuri, Lapangan Galunggung, Gunung Malintang, BTN Kanawa, Dusu Wara, Dusun Kahena dan Air Besar Batu Merah.(S-25)