Rumah Sakit GPM dalam masalah, manajemennya amburadul. Bukan tidak mungkin jika tidak cepat dikendalikan dengan baik terancam tutup. Tenaga medis dan karyawan rumah sakit me¬ngeluhkan hak mereka yang belum terbayarkan.

Sejak Juni 2020 lalu, gaji pegawai dan tenaga medis baru dibayar 70 persen saja. Kualitas rumah sakit terus menurun akibat mismanejemen kurun tiga tahun terakhir. Banyak dokter mundur dan memilih hengkang dari rumah sakit milik gereja itu.

Pilihan para dokter untuk mundur, tak lain dan tak bukan adalah karena jasa-jasa mereka setahun belakangan tak dibayar. Karenanya, tidak ada jalan lain, selain memperbaiki dan mengevaluasi pengelola dan ditangani oleh orang-orang yang profesional.

Hal ini penting dilakukan agar seluruh persoalan yang terjadi dapat ditata dan dikelola dengan baik secara profesional juga. Mismanejeman bukan baru terjadi di rumah sakit itu, tapi sudah beberapa tahun belakangan. Hal itu dibuktikan dengan temuan audit yang dilakukan oleh Yayasan Kesehatan atas instruksi Sinode GPM.

Pihak yayasan dan rumah sakit sejak 2020 berulang kali berjanji akan menyelesaikan kekuarangan hak yang harusnya diterima karyawan, tapi sampai sekarang janji tinggal janji.

Baca Juga: Corona Virus dan Tarif Angkot

Bukan hanya kekuarangan gaji saja, tapi jasa medis BPJS perawat dan bidan pun tidak dibayarkan sejak Januari 2020. Termasuk jasa medis BPJS dokter spesialis juga tidak dibayarkan sejak akhir 2020 sampai sekarang.

Kondisi itu berimbas terhadap kinerja penata anastesi, perawat kamar operasi, perawat di ruangan dan bidan. Termasuk pelayanan pasien terutama pasien operasi baik emergensi maupun pasien reguler tidak berjalan baik. Sebelumnya, masalah amburadul manajemen rumah sakit kebanggaan GPM itu sudah tercium sejak 2019-2020.

Masyarakat berharap pihak Yayasan Kesehatan dan Sinode GPM segera mengatasi kemelut yang terjadi di rumah sakit kebanggaan warga Kota Ambon itu. Masyarakat juga berharap, yayasan segera menyikapi dan mengambil alih persoalan dimaksud.

Disisi lain, untuk mengelola manajemen rumah sakit, sebaiknya yayasan menempatkan orang-orang yang profesional. Dari waktu ke waktu direktur maupun ketua yayasan dijabat oleh dokter tapi ternyata banyak masalah yang terjadi.

Yayasan atau Sinode GPM semestinya merekrut kaum profesional untuk menangani persoalan yang sudah lama terjadi di rumah sakit dan bukan menunjuk politikus dan lainnya yang tidak punya kemampuan manajerial.

Kita berharap baik yayasan maupun sinode segera selesaikan persoalan yang dikeluhkan karyawan dan nakes, sehingga mereka bisa bekerja dan masyarakat dapat terlayani dengan baik. (**)