BULA, Siwalimanews –Sejumlah tempat pemakaman umum di Dusun Kinali, Negeri Kataloka, Kecamatan Pulau Gorom, Kabupaten Seram Bagian Timur hilang terbawa ombak.

Hal itu disebabkan talud penahan ombak dan sejumlah pohon kelapa di pesisir pantai itu roboh dihantam ombak dan angin kencang yang terjadi dalam beerapa hari belakangan ini. Kejadian itu membuat warga yang berada di pesisir pantai panik, sebab rumah-=rumah mereka juga terendam banjir rob.

Kejadian yang sama juga terjadi di desa Namalean, dimana sejumlah rumah warga yang berada di pesisir pantai juga nyaris terbawa ombak.

Kepada Siwalimanews melalui telepon selulernya Sabtu (29/5), Kapitan Namalean Umar Tianotak mengaku, warga yang berdomisli di pesisir pantai kedua desa ini sudah terbiasa mengalami hal serupa, sejak lima tahun terakhir ketika musim timur.

“Namun, kali ini ombak disertai angin kencang yang terjadi cukup dahsyat, sehingga membuat warga sedikit panik,” ucapnya.

Baca Juga: Nurka Minta Semua Stakeholder Awasi Orang Asing

Menurutnya, warga dibuat panik, karena ombak dan angin kencang yang terjadi menumbang sejumlah pohon kelapa serta mengikis pasir di tepian pantai di kedua desa tersebut.

Hal itu, membuat TPU di kedua desa ini terbawa ombak, bahkan rumah warga juga nyaris tersapu ombak. Bahkan terseratnya TPU oleh ombak membuat tulang belulang jenazah muncul di atas pemukiman warga.

“Talud penahan ombak di pantai Namalean ini miliki panjang hanya 100 meter, sementara panjang keseluruhan pantai ini 600 meter, sehingga ombak kecang yang terjadi talud itu tak mampu menahan ombak bahkan ikut ambruk,” tuturnya.

Ia mengaku, talud penahan ombak sepanjang 100 meter ini telah di bangun sejak tahun 2017 lalu oleh Pemkab SBT.  Namun kondisi cuaca ekstrim yang sering terjadi setiap musim timur, seharusnya ada perhatian serius dari pemkab maupun pemerintah provinsi.

Kondisi warga yang mulai panik saat ini, Tianotak berharap Pemkab dan pemerintah provinsi tidak menutup mata atas apa yang terjadi d kedua desa ini. Jika tetap demikian, maka warga akan beranggapan telah dianaktirikan oleh pemerintah.

” Jangan anaktirikan kami, kami juga butuh kemerdekaan kesejahteraan yang hakiki, sebagaimana pada desa-desa lain di Maluku,” tandas Tianotak.

Untuk itu ia berharap, di 100 hari kerja Bupati Abdul Mukti Keliobas dan Idris Rumalutur sebagai Bupati dan Wakil Bupati SBT, dapat melihat jeritan rakyatnya di Kecamatan Pulau gorom dengan membangun talud disepanjang kawasan ini.

Drlian itu, Tianotak juga minta kepada pemerintah provinsi agar melihat kondisi alam yang meresahkan warga di kawasan Pulau Gorom dan jangan menganatirikan daerah ini, sebab warga disini juga bagian dari rakyat Maluku.

“Pemprov harus punya kepedulian kepada kami, jangan anaktirikan kami seperti ini,” pungkansya. (S-47)