PIRU, Siwalimanews – Menempati peringkat keempat jumlah penderita stunting terbanyak di Maluku, Pemkab SBB terus melakukan upaya menekan laju stunting di Bumi Saka Mese Nusa.

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia Kemenkes prevalensi balita stunting di Maluku mencapai 26,1% pada 2022. Sedangkan di tahun 2021 prevalensi balita stunting di Maluku mencapai 28,7 %.

Berdasarkan wilayah, terdapat sejumlah kabupaten di atas rata-rata prevalensi balita stunting di Maluku.

Kabupaten Buru Selatan merupakan wilayah dengan prevalensi balita stunting tertinggi yakni 41,6%. Kabupaten Kepulauan Tanimbar menempati peringkat kedua dengan prevalensi balita stunting sebesar 31,5%.

Kemudian Kabupaten Kepulauan Aru dengan prevalensi balita stunting 28,1% dan SBB dengan prevalensi balita stunting sebesar 27,5% dan Kabupaten Maluku Tengah dengan prevalensi balita stunting sebesar: 27%.

Baca Juga: BMKG Himbau Warga Waspada Cuaca Ekstrim

“Semua terkait dengan intervensi penurunan stunting, senantiasa bekerja dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab,” tegas Sekda SBB Leverne Alvin Tuasun ketika membuka sosialisasi rembuk stunting yang digelar di salah satu hotel di Kota Piru, Selasa (11/7).

Dijelaskan stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 hari pertama kehidupan.

Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang, dan faktor penyebab ini dipengaruhi pola asuh yang tidak memadai  terutama dalam 1000 HPK.

“Kalau semua itu dapat kita la­kukan, maka mimpi untuk menu­runkan angka prevalensi stunting di SBB pasti terwujud,” katanya.

Lanjutnya, remuk stunting juga bertujuan untuk menyampaikan hasil analisis situasi dan rancangan rencana kegiatan intervensi penu­runan stunting di SBB, mendekla­rasikan komitmen pemerintah dan menyepakati rencana kegiatan intervensi.

“Jadi komitmen kita bagaimana pencegahan dan penurunan stunting secara integritas di SBB,” tan­dasnya

Olehnya itu, ia berharap semua yang hadir memperkuat komitmen untuk perangi stunting.

Dimana saat ini, SBB merupakan salah satu kabupaten yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat menjadi lokus penanganan stunting sejak tahun 2019.

“Angka prevalensi stunting di SBB pada tahun 2021 adalah se­besar 28,70 persen di 2022 turun menjadi 27,50 persen atau mengalami penurunan sebesar 1,2 persen,” ucapnya. (S-18)