AMBON, Siwalimanews – Ruang isolasi yang disiap­kan untuk merawat pasien virus corona atau Covid-19 ma­sih minim.

Pada rumah sakit rujukan RSUD dr. M Haulussy ada 6 ruang isolasi, dan RSUP Dr. Johannes Leimena juga disi­ap­kan 6 ruang isolasi.

“Jadi untuk ketersediaan ruang isolasi masih kurang,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon, Wendy Pelupessy, saat rapat kerja dengan Komisi I DPRD Kota Ambon, Selasa (17/3) di ruang pari­purna DPRD Kota Ambon, Bela­kang Soya.

Tak hanya itu, ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk para medis juga masih sangat kurang. Padahal dalam perawatan ter­hadap orang beresiko terjangkit virus corona, APD sangatlah penting.

“Untuk APD yang kita miliki hanya punya satu pasang untuk di Rumah Sakit Bhayangkara atau RSUD Haulussy mungkin baru dua atau tiga pasang yang kita miliki,” tandasnya. Karena itu, ia meminta Komisi I turut membantu mencari solusinya.

Baca Juga: KM Sanjaya Karam di Laut Aru

Sekretaris Dinkes Kota Ambon, Roberth Chandra mengatakan, pengusulan tambahan 100 APD masuk dalam anggaran bencana non alam, sehingga perlu disepa­kati dengan pihak-pihak terkait dan Sekot.

Selain APBD, Chandra juga me­ngungkapkan untuk persediaan masker pada dinkes sangat meni­pis.

“Pegawai kita ada 400 dan se­mua harus memakai masker, untuk masker satu dos berisi 50 pcs. Dalam satu hari membu­tuh­kan 8 dos minimal, dan perse­diaan kita hanya 200, itu pun persediaan tahun lalu delapan dos kali 4 hari pastinya tidak cukup,” jelas Chandra.

Wakil Ketua I Mourits Tamaela meminta Pemkot Ambon fokus untuk menyediakan anggaran. Dinkes sudah mengusulkan Rp 1,3 miliar, dan diharapkan menjadi perhatian serius walikota. “Kami ber­harap walikota fokus pada ang­garan dan akan dibahas bersa­ma,” ujarnya.

Komisi I juga memberikan duku­ngan kepada pemkot dalam me­lakukan berbagai upaya mence­gah masuknya virus corona di Ambon.

Sementara soal masker dan antiseptik yang langka di Kota Ambon, anggota Komisi II Christian Latumahina mengatakan, pihaknya akan mengadakan rapat kerja dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta para distributor untuk mencari solusi.

“Kita mau menjamin kepada masyarakat kota bahwa DPRD dan Pemerintah Kota Ambon akan back up seluruh ketersediaan,” tandas Latumahina.

Kumpul Pengusaha Apotik

Kadis Perindag Maluku Elvis Pattiselanno mengaku, sudah mengumpulkan pengusaha apotik untuk membahas kelangkaan masker dan antiseptik.

“Kemarin sudah saya kumpul­kan pemilik apotik untuk mem­bahas terkait dengan masker yang kosong di hampir semua apotik di Kota Ambon,” kata Elvis kepada Siwalima di Kantor Gu­bernur Maluku, Selasa (17/3).

Menurutnya, para pengusaha apotik di Ambon mengaku kalau stok masker sulit didapat karena stok di tingkat distributor dari Pulau Jawa pun minim sekali.

“Pemilik apotik juga kesulitan mendapatkan masker, olehnya stok di apotik di Kota Ambon juga kosong,” terang Elvis.

Masker, kata Elvis menjadi salah satu barang yang paling dicari masyarakat pasca jumlah pasien yang terserang Covid-19 meluas di tanah air.

“Pemilik apotik juga belum bisa menjamin sampai kapan bisa mendapatkan pasokan dari distributor masker di Pulau Jawa, karena stok yang ada pun sangat minim,” tandasnya.

Kadis Perindag Pieter Leuwol juga mengakui, masker dan antiseptik kosong. “Suplayer utama Gideon Farma dan Farmasi juga kehabisan masker dan anti­septik,” tegas Leuwol.

Ia mengaku, sudah turun lang­sung ke apotik-apotik dan distributor sampai di gudang farmasi untuk mengecek langsung stok masker yang tersedia. Yang pasti untuk Gideon Farma stok habis. Gudang farmasi juga demikian.

Kekosongan bukan karena penimbunan. Tetapi banyak dibeli oleh masyarakat.  “Tidak ada yang menimbun, itu bohong. UU Nomor  4 tahun 1953 tentang penimbunan barang-barang sudah jelas, jadi tidak mungkin dia timbun barang dalam jumlah hanya sedikit, kalau ketahuan, dia harus korbankan perusahaan dengan infestasi yang besar,” tandas Leuwol.

Leuwol mengaku, dirinya telah membuat permintaan pengiriman masker dan antiseptik dari peme­rintah pusat sejak dua minggu yang lalu, namun belum direspon hingga saat ini.

“Dua minggu saya buat permin­taan tapi belum ada tanggapan sama sekali, kosong kan masalah nasional, bukan saja terjadi di Kota Ambon. Kelangkaan semua dae­rah karena semua berlomba-lom­ba membeli masker dan antisep­tik,” tandasnya.

Walikota Ambon, Richard Louhe­napessy juga mengakui kehabisan masker dan antiseptik ini meru­pakan masalah nasional. Namun, pihaknya mengingatkan masker hanya diperuntukkan bagi yang sakit, bukan yang sehat.

“Memang masker ini perma­salahan nasional, namun perlu diingat bahwa pemakaian masker itu diperuntukan bagi yang sakit, namun di Indonesia ini beda, yang sehat semua menggunakan mas­ker,” ujarnya.

Louhenapessy menegaskan, pihaknya akan melakukan peng­awasan. Jika ada yang menimbun untuk menaikan harga akan ditin­dak tegas.

“Kami akan melaksanakan peng­awasan, kalau ada yang timbun untuk naikan harga, kami akan memberi sanksi yang tegas,” tandasnya.

Seperti diberitakan, merebaknya informasi adanya pasien yang diduga terpapar virus corona atau Covid-19 dirawat di RSUD dr. Haulussy Ambon membuat panik warga. Mereka berbondong-bon­dong mendatangi apotik untuk membeli masker dan antiseptik.

Alhasil stok masker dan anti­septik yang ada di apotik maupun swalayan habis. (S-39/Mg-6)