SALING rebutan kursi Maluku satu yang ditinggalkan Murad Ismail sebagai mantan Gubernur Maluku semakin menarik. Suhu politik proses pemilihan kepala daerah 27 November mendatang ini terus panas.

Para bakal calon kepala daerah mulai bergerilya melakukan manuver politik dengan menyasar sejumlah partai politik.

Maklum saja untuk menuju kursi panas Gubernur Maluku, setidaknya masing-masing bakal calon kepala daerah harus memperoleh 9 kursi di DPRD Maluku.

Tercatat belum ada partai politik yang memenuhi 9 kursi dari hasil pemilihan umum Februari 2024 kemarin sehingga perlu dilakukan koalisi.

PDI Perjuangan Maluku meraih suara terbanyak dengan memperoleh 8 kursi, disusul Nasdem 6 kursi, Gerindra 5 kursi. Sementara partai Golkar, PKS, Demokrat dan PKB masing-masing memperoleh 4 kursi, berikutnya PAN dan Hanura 3 kursi ditutup PPP, 3 kursi dan Perindo 2 kursi.

Guna mendapatkan kursi panas Gubernur Maluku itu, maka sejumlah bakal calon kepala daerah yang sudah mendaftarkan diri diantaranya, mantan Pangdam XV/Pattimura, Letjen Purn Jeffry Apoly Rahawarin. Deputi Bidang Infrastruktur Kawasan Perbatasan BNPP, Febry Calvin Tetelepta. Deputi I Kantor Staf Presiden, mantan Gubernur Maluku Murad Ismail.

Selanjutnya, anggota DPR RI daerah pemilihan Provinsi Maluku, Hendrik Lewerissa, mantan Wakil Gubernur Maluku, Barnabas Nataniel Orno, Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlantalam IX) Brigjen TNI (Mar) Said Latuconsina.

Lima balon kepala daerah ini tentu saja memiliki kapasitas dan kapabilitas yang sangat teruji dan mempuni sehingga tidak perlu diragukan lagi kualitas mereka untuk memimpin Provinsi Maluku lima tahun mendatang.

Keinginan untuk melayani dan membangun Maluku lebih baik kedepan dapat dilihat dari keseriusan mereka mendafarkan diri pada sejumlah partai politik.

Gerakan menyasar dan bergerilya untuk mendapatkan rekomendasi dari partai politik tidaklah mudah, selain cost tinggi, bargaining yang kuat dengan jajaran dewan pimpinan pusat partai politik, tetapi juga memiliki visi-misi yang jelas, khususnya dalam memberikan pelayanan publik bagi masyarakat.

Apalagi Provinsi Maluku dalam kurun waktu lima tahun ini masih tetap berada pada garis kemiskinan, sehingga upaya menekan masalah ini tidak boleh dipandang sepele. Belum lagi masalah kesehatan, pendidikan, sosial, angka pengangguran intelektual yang terus bertambah dan lain sebagainya.

Kursi panas Maluku satu yang diperebutkan lima balon kepala daerah ini diharapkan bukan semata-mata karena ingin untuk mendapatkan kekuasaan dan jabatan, tetapi lebih kepada bagaimana hati dan jiwa melayani masyarakat Maluku secara tulus dan ikhlas.

Siapakah dari antara lima balon kepala daerah ini yang bakal menduduki kursi Maluku satu?, ini yang masih penuh kerahasiaan, dan masyarakat Maluku-lah yang nantinya akan menentukan siapa dari lima bakal calon kepala daerah ini yang layak memimpin Provinsi Maluku.

Disisi yang lain, saling klaim bakal memperoleh rekomendasi dari sejumlah partai politik dan ingin membangun Maluku kedepan lebih baik lagi, telah dinyatakan saat mendaftarkan diri sebagai balon kepala daerah.

Wajar-wajar saja saling klaim itu terjadi, karena kursi panas diperebutkan, tetapi yang paling penting bagaimana memperebutkan hati rakyat dengan tujuan membuat rakyat kedepan semakin sejahtera. Siapakah yang terpilih, tunggu saja 27 November mendatang.(*)