AMBON, Siwilamanews – Puluhan penjagal sapi di Mar­dika mendatangi Balai Kota Ambon, Rabu (4/11). Mereka menolak di­pindahkan ke Rumah Potong He­wan (RPH) di Ta­wiri, Kecamatan Teluk Ambon.

Alasan mereka menolak dipin­dah­kan, karena lokasi RPH Tawiri terlalu jauh dari kota dan tempat tinggal mereka.

“Jarak ke sana itu hampir lima kilo meter, nanti kami sangat kesu­sahan,” tandas Abidin, salah satu penjagal sapi saat melakukan aksi protes.

Rekannya bernama Fadly, juga mengatakan hal yang sama. Ia menegaskan, waktu kerja mereka di malam hari. Dengan lokasi RPH di Tawiri yang jauh, mereka khawatir keselamatan mereka.

“Apalagi pemotong ini kan kerja malam, jadi selain jaraknya jauh, keselamatan kami juga terancam,” ujarnya.

Baca Juga: Musisi: Omongan Kadis Pariwisata Asal-asalan

Koordinator RPH Sapi Mardika, Faisal Mirnas mempertanyakan Pemkot Ambon kenapa hanya pen­jagal sapi saja yang dipindahkan. Sementara penjagal babi tetap di Mardika.

“Kami datang kemari untuk protes, kenapa RPH sapi saja yang di­pindahkan dari Mardika ke Tawiri, sementara untuk RPH nabi, me­reka tetap di sana,” papar koor­dinator RPH Sapi, Faisal Mirnas, kepada Walikota Ambon, Richard Louhe­napessy saat menemui mereka.

Faisal mengungkapkan, renca­na pemindahan RPH Sapi Mardika ke RPH Tawiri pada bulan November  ini, sangat tidak adil. “Kenapa bukan babi saja yang pindah duluan, mengapa harus sapi?, “ tanya Faisal.

Lanjut dia, jika Pemkot Ambon berisikeras memindahkan RPH sapi ke Tawiri, maka penjagal sapi yang berjumlah kurang lebih 400 orang bakal mogok kerja.

“Kalau pekerja yang hanya di meja daging, mungkin tidak akan merasakan kesulitan. Tapi, kita harus lihat, bahwa ada 400 pemo­tong yang nantinya bekerja malam. Mereka juga sudah tegaskan siap mogok kalau harus pindah ke Tawiri, “ ujar Faisal.

Faisal mengatakan, pihaknya siap direlokasi dari kawasan Pasar Mardika demi kepentingan tata Kota. Namun, jangan ke Tawiri, karena terlalu jauh.

“Kami sangat siap dipindahkan. Tapi, kalau bisa Pemerintah Kota Ambon cari tempat yang lain, jangan di Tawiri. Pada dasarnya, kami menolak dengan tegas pe­mindahan ke sana, “ tegasnya.

Menyikapi aksi protes penjagal sapi, walikota mengatakan, tidak ada ketidakadilan dalam pemin­dahan penjagal sapi ke Tawiri.

“Mengapa sapi harus pindah duluan, karena sesuai dengan pro­yek RPH yang ditetapkan peme­rin­tah pusat, bahwa yang di Tawiri itu dikhususkan untuk sapi,” jelasnya.

Sementara RPH babi, lanjut walikota, akan dipindahkan tahun 2021. Pemkot Ambon masih mencari lahan untuk RPH babi. Sebab kedua RPH ini tidak bisa berdekatan.

“Saya tidak mau kalau RPH babi dan sapi berdekatan. Kalau RPH sapi di Tawiri, maka kita akan cari RPH babi di tempat lain, seperti Kecamatan Leitimur Selatan atau Nusaniwe,” ujarnya.

Kendati begitu, waikota menga­ku akan meninjau kembali kepu­tusan relokasi RPH sapi dari Mardika ke Tawiri. “Keluhan ini akan jadi pertimbangan, biar sama-sama enak, “ katanya.

Walikota juga mengatakan, jarak tempuh ke Tawiri yang dikeluhkan oleh pekerja RPH akan menjadi perhatian serius.

“Makanya, saya akan rapat lagi dengan pihak terkait agar perha­tikan masalah ini. Sebab, ini juga penting mengingat ada 400 pekerja potong hewan sapi. Jadi nanti kami tinjau lagi,” tandasnya.

Usai mendengar penjelasan wali­kota, puluhan penjagal sapi meni­nggalkan halaman balai kota. (Cr-6)