Pranata Humas Tidak Boleh Gaptek
PUBLIK harus memperoleh akses informasi yang memadai, karena akan mendorong terlibat dalam pembicaraan serta aktif berdiskusi sekaligus terdorong untuk mengambil peran. Di sinilah peran penting pranata humas sebagai garda terdepan sekaligus juru bicara pemerintah. Peran ini dibutuhkan untuk terciptanya aliran komunikasi dua arah antara instansi pemerintah dan publik. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan RB) Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2011 tentang Pedoman Umum Tata Kelola Kehumasan di Lingkungan Instansi Pemerintah, menyebutkan humas yang profesional merupakan ujung tombak pengelolaan informasi. Untuk bisa merealisasikan hal tersebut, kebutuhan akan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) menjadi keniscayaan. Presiden Jokowi telah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2015 mengenai pengelolaan Komunikasi Publik.
Berdasarkan instruksi ini, ada empat langkah yang diambil untuk mendukung pelaksanaan komunikasi publik pemerintah. Pertama, menyampaikan data dan informasi secara berkala. Kedua, menyebarluaskan kepada publik mengenai narasi tunggal terkait kebijakan dan program pemerintah. Ketiga, menyampaikan sikap dan kebijakan serta program pemerintah secara lintas sektor dan lintas daerah kepada publik secara cepat dan tepat. Keempat, menyampaikan informasi melalui berbagai saluran komunikasi kepada masyarakat secara tepat, cepat, obyektif, berkualitas baik, berwawasan nasional dan mudah dimengerti. Tantangan era digital Saat ini Indonesia tengah menghadapi eskalasi kompetisi ketat antar negara.
Termasuk di dalam negeri. Persaingan antar profesi begitu mengemuka satu sama lain. Periode ini ditandai dengan tingginya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai basis pemecahan solusi secara cepat dan akurat. Masa ini disebut era Revolusi Industri 4.0. Konsep Revolusi Industri 4.0 diperkenalkan Klaus Schwab dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution. Ciri utama dari perkembangan revolusi ini, masyarakat dipertontonkan berbagai kecanggihan dan kemutakhiran teknologi mulai internet of things (IoT), big data, artificial intelligence (AI), human-machine interface, cloud, computer quantum, robot, 3D printing, augmented reality and virtual reality (AR/VR), hingga mixed reality. Kesemuanya ada untuk membantu manusia memecahkan problem secara tepat. Era ini jelas mengubah tatanan bisnis dan profesi manusia. Salah satunya penggunaan robot dalam berbagai sektor aktivitas pekerjaan (Inspirasi, 2019). Robot sudah biasa digunakan di basis-basis produksi dengan skala pekerjaan manusia yang besar seperti di industri manufaktur antara lain pabrik dengan basis padat karya. Robot saat ini sudah mulai mengerjakan pekerjaan kehumasan. L Moses (2017) memberikan contoh The Washington Post sebagai media tertua di Amerika Serikat telah mengembangkan kecerdasan buatan yang diberi nama Heliograf.
Teknologi ini telah digunakan meliput penyelenggaraan pemilihan anggota kongres, gubernur, dan pertandingan football di seluruh SMA yang ada di Washington DC dan hasilnya dituliskan menjadi berita. Pesatnya perkembangan teknologi memberikan kemudahan bagi pranata humas (prahum) untuk menyiapkan konten kreatif yang bervariasi dan menyasar sasaran yang lebih spesifik secara cepat. Termasuk pemanfaatan media sosial yang begitu digandrungi dan dipakai sebagian besar penduduk Indonesia. Data Hootsuit (We Are Social) 2021 menyebutkan dari 274,9 juta penduduk Indonesia, ada 202,6 juta orang menggunakan internet. Kemudian 170 juta penduduk Indonesia aktif menggunakan media sosial. Secara bertahap pekerjaan kehumasan di Indonesia bisa saja digantikan robobt. Walau penulis meyakini kompetensi humas tidak 100% bisa digantikan AI.
Hal ini disebabkan adanya kombinasi unik pada individu saat menyelesaikan pekerjaan kehumasan pastinya membutuhkan kerja intuisi berpadu dengan nalar, empati, emosi serta kreativitas yang tidak terbatas (limitless). Inilah keterbatasan dan kemampuan yang tidak dimiliki kecerdasan buatan. Cakap digital dan profesional Keberadaan robot lewat pemanfaatan kecerdasan buatan dan big data adalah realitas saat ini. Tapi percayalah, masih banyak ruang prahum berkreasi menunjukkan karya. Kenyataan adanya disrupsi teknologi telah banyak mengubah cara kerja, serta proses dunia humas. Satu sisi, hal ini tidak hanya membuka ruang kompetisi diantara praktisi kehumasan maupun dengan profesi lain dan juga dengan robot.
Di sisi lainnya, selalu tercipta peluang dan kesempatan untuk maju. Penting bagi prahum menguasai teknologi digital. Era disrupsi teknologi menuntut profesi ini memiliki keahlian yang lebih kompleks. Tidak sekadar mengurus liputan, hubungan media, kliping, protokoler serta publikasi di media konvensional. Kompetensi dunia digital menuntut profesi prahum lebih fleksibel dengan mobilitas yang tinggi, memiliki kemampuan digital serta analitik, menulis konten yang kreatif, membangun jaringan, selalu lapar informasi terkini dan memiliki kompetensi spesialisasi. Ini persyaratan profesionalitas yang mesti dikembangkan.
Prahum harus lebih kreatif dan memahami global trend. Pantau terus perkembangan teknologi terbaru. Siapkan pesan dan konten yang lebih akrab dan pribadi. Tidak bisa satu pesan untuk semua kalangan dan kanal. Perluas dan tingkatkan jejaring dan kemitraan dengan lembaga pemerintah selain Kemenkominfo, media massa, perguruan tinggi, penerbit/pengelola media popular dan jurnal ilmiah, serta lembaga profesi humas. Khususnya Ikatan Pranata Humas Indonesia (Iprahumas) yang mewadahi profesi pranata humas di Indonesia. Era industri 4.0 yang ditandai disrupsi teknologi mensyaratkan terbentuknya ekosistem komunikasi dan kehumasan yang saling terkait dan mendukung. Bukan saatnya prahum bekerja sendiri. Prahum harus berkolaborasi dan bermitra. Harapannya, dengan bersinergi kemampuan prahum akan meningkat. Akan banyak inspirasi, informasi dan motivasi tercipta dari perkawanan dan aliasi yang terjalin. oleh: Fachrudin Ali Ahmad Pranata Humas Ahli Muda Kementerian Kesehatan
Tinggalkan Balasan