Peranan Stem Cells pada Penyakit Autoimun
SCIENCE selalu dinamis, mengalami perkembangan, dan untuk mencapai perkembangan tersebut diperoleh melalui serangkaian penelitian yang saling berkaitan. Baik itu penelitian dasar maupun penelitian terapan. Untuk penelitian terapan, sebelum sampai pada aplikasi ke pasien melalui serangkaian penelitian yang meliputi penelitian laboratorium (in vitro study), dilanjutkan dengan uji praklinik (animal study), dan selanjutnya serangkaian uji klinis. Serangkaian penelitian tersebut ditunjang juga oleh kemajuan teknologi yang dimiliki, apalagi untuk penelitian yang bersifat discovery, yaitu inovasi untuk baru. Kemajuan di bidang ilmu kedokteran juga tidak kalah pesatnya, menuju ke arah biological medical therapy, dengan issue yang paling seksi belakangan ini sampai sekarang ialah stem cell dan teman temannya (SVF, secretom, exosome), dan modifikasinya meliputi gene engineering, protein engineering, cell engineering, dan tissue engineering beserta 3D printing-nya. Stem cells adalah suatu sel yang mempunyai sifat karakteristik, yaitu berdiferensiasi dan berproliferasi. Berdiferensiasi adalah kemampuan stem cells untuk berkembang biak menjadi sel sel turunannya, sedangkan berproliferasi adalah kemampuan stem cells untuk memperbanyak diri sehingga jumlahnya dari satu sel bisa menjadi miliaran sel, membentuk jaringan dan organ dengan fungsi yang berbeda-beda. Hierarki stem cells yang paling tinggi bersifat totipotency.
Totipotency adalah kemampuan sel tersebut untuk berkembang menjadi complete organism. Sifat totipotency ini dimiliki oleh sebuah sel embrio (zygote), yaitu sebuah sel yang terbentuk dari pembuahan sel telur oleh sperma. Zygote yang merupakan sel tunggal ini kemudian mengalami pembelahan melalui proses mitosis menjadi sel yang berlipat ganda. Berdiferensiasi dan berproliferasi menjadi turunannya yang bersifat pluripotent stem cells, yaitu stem cells yang mempunyai kemampuan untuk berkembang menjadi tiga germ cell layers pada awal embrio, kemudian berkembang menjadi sel-sel pembentuk hampir semua jaringan, tetapi tidak untuk jaringan extra-embryonic seperti plasenta. Sifat pluripotensi ini dimiliki oleh inner cell mass. Selanjutnya, terjadi proliferasi dan diferensiasi lagi menjadi stem cells yang bersifat multipotent, yaitu sel yang mempunyai kemampuan untuk berproliferasi dan diferensiasi menjadi jaringan organ spesifik, seperti contohnya sel liver, sel ginjal, sel tulang, sel jantung, sel pankreas, dll, dan juga stem cells darah yang akan berkembang menjadi sel sel proginotor turunannya contohnya, sel-sel imun tubuh seperti limfosit T, limfosit B, sel makrofag, sel Nk, dll.
Dari sebuah zygote yang merupakan sel tunggal yang bersifat totipotency, yang merupakan hierarki paling tinggi dalam konsep stem cells, dan akhirnya membelah menjadi miliaran sel yang membentuk jaringan dan organ, hal itu menunjukkan bahwa semua yang bermiliaran ini ialah bermula dari Yang Satu, Yang Esa, Yang Tunggal, yaitu Allah SWT Sang Pencipta kerajaan langit dan bumi dan seisinya. Sifat dan karakteristik stem cells, selain proliferasi dan diferensiasi di atas, stem cells juga menyekresi atau melepaskan sitokin-sitokin atau zat-zat terlarut yang banyak mengandung zat anti keradangan, serta zat yang mengandung bahan untuk menstimulasi sel-sel yang dormant, dan juga untuk menumbuhkan pembuluh darah, dan aktivasi regenerasi serta juga untuk homing merumah ke jaringan atau organ yang memerlukan. Penyakit autoimun (Autoimmune Diseases = AD) mewakili sekelompok gangguan heterogen dengan faktor genetik, lingkungan, dan etiologi individu. Autoimun didefinisikan sebagai respons imun terhadap antigen jaringan itu sendiri yang disebabkan oleh hilangnya toleransi. sehingga secara normal tidak dapat mempertahankan toleransi diri terhadap sel B atau sel T, dan/atau keduanya.
Tercatat ada 80 jenis penyakit autoimun dengan beberapa gejala yang sama. Namun, penyebab penyakit autoimun masih belum jelas. Penyakit autoimun memengaruhi organ dan jaringan seperti pembuluh darah, jaringan ikat, tiroid, pankreas, sendi, otot, dan kulit. Beberapa penyakit autoimun yang paling umum ialah Rheumatoid Arthritis (RA), Systemic Lupus Erythematosus (SLE), Multiple Sclerosis (MS), Spondyloarthropathy, dan Behcet’s Diseases. Penyakit autoimun adalah penyakit ketiga yang paling umum di dunia setelah kanker dan kardiovaskular. Patogenesis autoimun terdiri atas gangguan aktivitas selular dan protein regulator. Gangguan aktivitas selular dapat terjadi apabila tubuh gagal mempertahankan toleransi akan self-antigen dan terjadi aktivasi autoreaktif sel imun terhadap self-antigen tersebut.
Mekanisme kegagalan toleransi tersebut diperankan oleh sel T perifer dalam berbagai proses. Selain itu, gangguan aktivitas protein regulator dijelaskan dalam hubungan antara Gen non-HLA, yaitu limfosit T sitotoksik dengan antigen-4 (CTLA4), protein tirosin fosfat nonreseptor tipe 22 (PTPN22), lokasi rentan autoimun (PDCD1, FCRL3, SUMO4, CD25, PADI4 dan SLC22A4), TNF-a dan FOXP3. Interaksi gen non-HLA dengan protein tersebut, akan mengubah aktivitas regulator, dan menyebabkan kekacauan atau defek pada protein terkait. Keadaan itu menjadi target utama dari respons autoimun. Banyak penelitian in vitro telah melaporkan bahwa stem cells memiliki sifat imunomodulator dan efek imunosupresif pada proliferasi limfosit yang tidak cocok dengan MHC dengan menghambat sel-T naif, memori dan sel-T, sel-B, sel-NK dan sel-sel dendritik yang diaktifkan. Dalam penelitian berbasis pelayanan yang kami publish di Journal of Biomimetics, Biomaterials and Biomedical Engineering (Volume 39), November 2018, 20 pasien dengan penyakit autoimun yang diobati dengan implantasi sel punca mesenkimal adiposa autologus, menunjukkan respons yang baik.
Baca Juga: Etika dalam Penelitian Tindakan KelasMesenchymal stem cells (MSC) mampu meningkatkan kinerja hemoglobin seperti ditunjukkan pada Hb yang meningkat signifikan secara statistik (p=0,002). MSC mampu menurunkan inflamasi yang ditunjukkan pada jumlah leukosit (p=0,015) dan LED (p=0,031) yang secara statistik menurun signifikan. MSC dapat memperbaiki fungsi ginjal seperti yang ditunjukkan dengan tidak adanya protein dan darah dalam urin pasien. MSC juga mampu meningkatkan respons imun tubuh seperti ditunjukkan pada hsCRP yang secara statistik menurun signifikan (p<0,001), sedangkan komplemen C3 dan C4 meningkat signifikan secara statistik (p<0,001). ANA dan anti-dsDNA menunjukkan hasil negatif yang berarti terapi MSC dapat memberikan respon yang baik untuk menyembuhkan penyakit autoimun. Kemajuan riset dan penyelenggaraan stem cells dan turunannya di Indonesia, insya Allah juga tidak kalah jika dibandingkan dengan negara negara lain. Jadi kalau bisa berobat di dalam negeri, kenapa mesti keluar negeri? Hal tersebut diharapkan menjadi salah satu solusi di tengah pandemi covid-19 bagi pasien pasien autoimun dan juga diharapkan ikut menyukseskan medical tourism untuk Indonesia yang lebih hebat. oleh: Purwati Dosen Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Ketua Stem Cells Research and Development Centre Universitas Airlangga Wakil Ketua Komite Nasional Sel Punca Indonesia
Tinggalkan Balasan