AMBON, Siwalimanews – DPRD Kota Ambon geram de­-ngan kerja Dinas Ketenagakerjaan dan Yayasan California Education Centre Indonesia, buntut dari batalnya 152 pencari kerja ke negeri Kanguru.

Biaya untuk persiapan pendaftaran sampai dengan dibentuknya panitia hingga sosialisasi yang telah dikeluarkan dinas tidak sedikit, namun hasilnya nihil.

Yayasan California Education Centre Indonesia pun jadi omelan dewan, karena memiliki andil dalam proses perekrutan pencari kerja dan menawarkan harga tinggi untuk bekerja di Australia.

Anggota DPRD Kota Ambon Saidna Azhar Bin Tahir kepada wartawan, Rabu (5/4) mengaku angka Rp85 sangat membebani pencari kerja.

“Dana puluhan juta itu akan dimudahkan lewat KUR, namun itu tetap akan menjadi beban bagi calon tenaga kerja. Mereka kan sampai ikut seleksi itu karena mau cari kerja, bagaimana bisa mereka dibebankan dengan biaya sebesar itu,” kesal Tahir.

Baca Juga: Dorong Pengembangan Potensi Lokal

Ia mengaku kalaupun pencari kerja memilik uang sebanyak itu, alangkah baiknya dipakai untuk membuka usaha. Opsi itu tentu menurutnya lebih efektif dibanding uangnya harus disetor ke agen penyalur tenaga kerja.

Menurutnya, perihal setoran puluhan juta itu, mestinya yayasan maupun dinas lebih terbuka sejak awal.

“Ini akibatnya, jika OPD terkait tidak transparan, tidak memiliki itikad baik soal beban anggaran yang harus disetor. Ada 13 item yang harus dibiayai, tapi kita melihat itu tidak dicantumkan secara terbuka,” urainya.

Guna membuat masalah ini terang benderang, dirinya mengusulkan kepada teman-teman dewan untuk meminta pertanggungjawaban dinas maupun yayasan.

“Persoalan ini, akan kita undang ke komisi untuk bersama-sama dengan dinas dan agen penyalur,” terangnya.

Biaya Mencekik

Diberitakan sebelumnya, Pemkot Ambon dituding tidak transparan karena biaya untuk bekerja ke Australia mencekik karena hampir mencapai angka Rp100 juta.

Bahkan mulai Pendaftaran dan seleksi calon tenaga kerja Australia, Dinas Ketenagakerjaan tidak berterus terang tentang berapa biaya yang dibutuhkan.

Keberangkatan para pencari kerja ke Australia ini difasilitasi oleh Yayasan California Education Center (CEC) yang bekerjasama dengan Dinas Ketenagakerjaan.

Salah satu pencaker lewat akun tik tok bernama @adeo118 bercerita, awalnya, dirinya bersama teman-teman lain berpikir hanya menyetor Rp10-15 juta. Tidak terbayangkan, jumlahnya nyaris mencapai 100 juta.

“Tadinya beta deng tamang-tamang berpikir, paling mentok Rp 10-15 jutaan lah. Tahunya, dalam sosialisasi saat itu, disampaikan 85 juta. Kita disuruh pinjam ke bank 100 juta,” tutur pemilik akun tersebut.

Menjawab itu, Penjabat Walikota, Bodewin Wattimena kepada wartawan menjelaskan kalau pemerintah hanya memfasilitasi keberangkatan calon pencari kerja.

“Setiap perusahaan yang akan memperkerjakan orang ke luar negeri, pasti ada biayanya. Ini soal pilihan, yang pasti Pemkot menfasilitasi,” terang Wattimena.

Ia mengaku soal dana itu butuh tiket, pelatihan, visa dan sebagainya. Dan untuk mempermudah pencari kerja, tidak menggunakan dana pribadi, pemerintah menawarkan kredit ke Bank Mandiri.

“Jalan keluarnya seperti itu. Yayasan menawarkan apa dari mereka, tapi kalau para pencari kerja itu tidak mau, jangan dipaksa. Tugas kita membantu lewat kredit itu,” ujarnya. (S-25)