AMBON, Siwalimanews – Lebih dari 1000 orang sa­at ini melakukan aktifitas penambangan tanpa izin (PETI) di kawasan yang pe­nuh dengan sumber pa­nas dan gas bumi di Gu­nung Nona, yang terham­par di belakang Desa Me­tar dan Wapsalit, Kecamatan Lo­long­cuba, Kabupaten Buru.

Lokasi ini rawan bencana dan ka­sus kriminal. Dalam sebulan terakhir saja, khabarnya ada penambang asal Sukoharjo bernama Sugi yang hilang di lokasi tambang Gunung Nona.

Korban ditemukan dua hari kemu­dian dalam kondisi tewas tertimbun tanah dan dikuburkan diam-diam di salah satu desa di sekitar lokasi tambang.

Kejadian terakhir terjadi tanggal 28 Agustus lalu, saat sekelompok masyarakat dari Desa  Waengapan dari soa Latbual mengamuk dan men­cari-cari warga dari Desa Wam­basalahin.

Kelompok masyarakat ini bertin­dak brutal dengan membabi buta mengeroyok dan memukuli Man Kener Behuku di tendanya di salah satu lokasi penambangan di Gunung Nona.

Baca Juga: Iha-Tanah Goyang Kondusif, Polisi Siaga

Buntutnya, Man Kener Behuku membela diri dan sempat membalas aksi brutal itu dengan memarangi salah satu pelaku. Man Kener ke­mudian kabur dan sempat terjadi ketegangan di Gunung Nona.

Namun berbagai kasus kematian dan tindakan kriminal di Gunung Nona  luput dari pantauan pihak kepolisian, karena masalahnya tidak pernah dilaporkan ke pihak yang berwajib. “Ada tangan pemodal yang bermain, sehingga aktifitas di Gunung Nona lancar saja,” kata satu sumber.

Informasi yang diperoleh Siwa­lima Selasa (3/9) menyebutkan, bahan kimia berbahaya merkuri digunakan untuk mengolah dan memurnikan emas di lokasi tambang Gunung Nona.

Fatalnya lagi, sisa limba pengola­han emas yang bercampur merkuri ini, dibuang langsung ke Sungai Waehedan yang sumber airnya ma­suk ke salah satu bendungan di Waeapo.

Bukan hanya limbah bercampur merkuri yang dibuang ke sungai, tapi lumpur-lumpur aktifitas tam­bang juga dibuang ke sana.

Akibatnya, air Sungai Waehedan menjadi keruh dan kekeruhan air yang bercampur lumpur dan sisa limbah merkuri ini ikut masuk sampai ke saluran irigasi di persawahan di desa-desa terdekat.

“Dikhawatirkan air yang mengairi sawah terkontaminasi merkuri, se­hingga berpengaruh pada tanaman padi maupun palawija para petani yang menggunakan air dari saluran irigasi tersebut,” uangkap sumber itu.

Selain itu, di Gunung Nona dite­mukan aktifitas domping sebanyak 10 unit, tembak larut 30 unit, dan ada juga penggalian manual kodok-kodok dan sistim karpet.

“Pengolahan emas metode tromol yang menggunakan merkuri atau air raksa di lokasi tambang Emas Gu­nung Nona lebih dari 50 unit tro­mol,” beber sumber tersebut.

Ia menyebutkan, panambang liar di Gunung Nona ada juga dari ma­syarakat lokal. Namun yang ter­banyak berasal dari luar Maluku, yakni Makassar, Bugis, Sultra, Sulut, Tasikmalaya, dan Ternate. “Jumlah­nya sudah lebih dari seribuan pe­nambang,” ujarnya.

Dijelaskan, kegiatan penambang ilegal di Gunung Nona mengunakan mesin tromol dengan media pe­nangkapan emas  dengan zat kimia berupa merkuri. Padahal merkuri adalah bahan kimia berbahaya dan dikategorikan sebagai B3 yang  dilarang karena berbahaya bagi manusia dan lingkungan.

Dampak merkuri terhadap ma­nusia tidak serta merta bereaksi, namun jangka panjang karena mengandung logam berat berbahaya bagi organ tubuh bila melebihi batas.

Lokasi tambang emas Gunung Nona memiliki belerang dan rembe­san air panas yang keluar terus menerus dari perut bumi yang  sa­ngat berbahaya bagi para penam­bang ilegal. Namun hal tersebut tidak mengurungkan niat mereka untuk mencari emas.

Tercatat di Areal Gunung Nona pernah terjadi ledakan besar dan tiga orang meninggal dunia tertimbun tanah. Sedangkan puluhan penam­bang lain menderita luka bakar.

Sumber itu mengungkapkan, akti­fitas penambangan liar di Kabupaten Buru cukup menyerap BBM, yang diduga kuat adalah BBM bersubsidi. Setelah penutupan tambang Gunung Botak dan tambang Gogorea, kon­sumsi BBM dialihkan ke tambang  lain yang belum ditutup.

Ada empat lokasi penambangan ilegal yang hingga kini belum disen­tuh aparat kepolisian, yakni Gunung Nona, Kecamatan Lolongqiba, dan tiga lainnya berada di Kecamatan Fenalisela, yaitu di tambang Garang Desa Wamlana, tambang Waedanda dan tambang Miskoko Silewa.

Sementara Kabid Humas Polda Maluku, Kombes M Roem Ohoirat, yang dikonfirmasi, enggan menja­wab telepon. (S-31)