Pempus tak Jatahi Maluku Vaksin AstraZeneca
AMBON, Siwalimanews – Pemerintah pusat tak jatahi Maluku Vaksin AstraZeneca. Tempat penyimpanan menjadi kendala. Juru Bicara Satgas Covid-19 Maluku Doni Rerung mengakui sudah ada konfirmasi dari pemerintah pusat soal pembagian vaksin AstraZeneca.
Vaksin yang didatangkan pemerintah pusat dari Inggris itu hanya diperuntukan kepada daerah yang memiliki vasilitas memadai. Vaksin ini sendiri pembagiannya lebih kepada kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan lainnya.
‘’Memang kendala kita itu soal penyimpanan menjadi kendala kita tidak bisa menyimpan vaksin Astra Zeneca. ‘’Kalau kita di Indonesia Timur termasuk Maluku mungkin tidak, karena penyimpanan ribet, tidak seperti vaksin Sinovac,’’ jelas Rerung kepada Siwalima Senin (9/3).
Diakui memang keakuratan vaksin AstraZeneca sekitar 70 persen dibandingkan Sinovac 65,3 persen. Sayangnya untuk Maluku tempat penyimpanan masih menjadi kendala saat ini. Maluku tetap menggunakan vaksin Sinovac untuk divaksinasi kepada masyarakat.
Vaksin AstraZeneca Tiba
Baca Juga: Pekan Ini Lansia Nusaniwe DivaksinasiSebanyak 1,1 juta dosis Vaksin AstraZeneca Senin (8/3), tiba di Bandara Soekarno-Hatta dalam bentuk produk jadi. Hal ini dikonfirmasi oleh juru bicara vaksinasi dari Bio Farma Bambang Heriyanto.
“Iya betul dari AstraZeneca produk jadi, melalui skema COVAX,” katanya kepada CNBC.
Vaksin tersebut didapatkan dari skema kerjasama multilateral global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) COVAX Facility. Ini berarti akan ada dua jenis vaksin COVID-19 yang akan segera bisa digunakan di Indonesia, yakni Sinovac dan AstraZeneca.
Teknologi yang digunakan
Vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca-Oxford dengan nama AZD1222 dikembangkan dengan platform vektor adenovirus. Artinya, vaksin ini dikembangkan dari virus yang biasanya menginfeksi simpanse dan dimodifikasi secara genetik untuk menghindari kemungkinan konsekuensi penyakit pada manusia.
Virus tersebut membawa sebagian materi dari virus Corona yaitu protein spike. Sementara itu, vaksin COVID-19 Sinovac menggunakan platform inactivated virus atau virus utuh yang sudah dimatikan.
Metode ini bisa dibilang paling teruji, karena sudah sering dipakai dalam pengembangan vaksin lain seperti vaksin polio dan flu.
Efikasi
Dikutip dari studi di Lancet, dilaporkan efikasi dari vaksin COVID-19 AstraZeneca mencapai 70,4 persen. Ini didapatkan berdasarkan analisis interim uji klinis tahap ketiga di Brasil, Afrika Selatan, dan Inggris.
Uji klinis vaksin COVID-19 Sinovac dilakukan di beberapa tempat, salah satunya di Bandung, Jawa Barat. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkapkan efikasi berdasarkan analisis interim uji klinis di Bandung tercatat sebesar 65,3 persen. Angka ini sudah memenuhi persyaratan WHO yaitu di atas 50 persen.
Efek samping
Dikutip dari laman resmi GOV UK, umumnya vaksin Covid-19 AstraZeneca-Oxford bisa memicu reaksi yang ringan hingga sedang. Efek samping lokal yang umum dirasakan seperti nyeri, gatal, dan bengkak atau memar di tempat suntikan.
Selain itu, adapun efek samping sistemik yang bisa dialami, yaitu kelelahan, menggigil atau demam, sakit kepala, nyeri sendi pusing, nafsu makan menurun,
sakit perut, keringat berlebihan, kulit gatal atau ruam dan peradangan sistemik.
Sedangkan pada vaksin Covid-19 Sinovac dari hasil uji klinis di Bandung hanya menimbulkan efek samping ringan hingga sedang. Efek samping lokal yang umum terjadi seperti nyeri, indurasi atau iritasi, kemerahan, dan pembengkakan.
Adapun efek samping sistemik yang bisa muncul setelah divaksin dengan Sinovac, yaitu myalgia atau nyeri otot, fatigue atau atau kelelahan, dan demam.
Dosis pemberian
Dosis pemberian vaksin Corona untuk setiap vaksin jumlahnya berbeda-beda. Hal tersebut juga diatur melalui petunjuk teknis (juknis) pelaksanaan vaksinasi dalam penanggulangan pandemi COVID-19.
Pada vaksin Covid-19 AstraZeneca-Oxford, dosis yang diberikan sebesar 0,5 ml per dosis. Untuk rentan jarak penyuntikan dosis 1 dan 2 diatur selama 28 hari (jika diberikan dalam dua suntikan).
Sementara vaksin COVID-19 Sinovac, jumlah dosisnya masih sama yaitu 0,5 ml per dosis. Tetapi, jarak waktu penyuntikannya hanya selama 14 hari.
Suhu penyimpanan
Berbagai jenis vaksin perlu disimpan dalam tempat penyimpanan yang bersuhu rendah. Hal ini bertujuan untuk menjaga kandungan yang ada di dalam vaksin agar tidak terdegradasi atau rusak, atau mungkin mempengaruhi efektivitas vaksin.
Vaksin COVID-19 buatan Sinovac diketahui bisa disimpan dalam suhu sekitar 2-8 derajat celcius. Sementara pada vaksin Astrazeneca bisa disimpan pada suhu lemari es atau pendingin reguler dengan suhu 2-7 derajat Celcius.
Harga
Dari berbagai sumber yang memprediksi, vaksin COVID-19 AstraZeneca ini dijual dengan harga US$3-US$5.25 atau sekitar Rp 42 ribu sampai 70 ribu per dosis. Harga yang lebih ekonomis ini juga menjadi salah satu keunggulan vaksin AstraZeneca.
Sementara vaksin COVID-19 buatan Sinovac, Corporate Secretary PT Bio Farma Bambang Heriyanto sempat memprediksi vaksin tersebut akan dijual sekitar Rp 200.000 per dosisnya.
“Produksi bulk dari Sinovac kami sudah coba hitung dan tujuannya tetap tidak memberatkan pemerintah. Kisarannya di Rp 200 ribu. Itu masih kisaran ya, mudah-mudahan bisa lebih murah lagi,” kata Bambang beberapa waktu lalu. (S-39)
Tinggalkan Balasan