Jembatan Merah Putih (JMP) dalam sepekan menjadi buah bibir warga Kota Ambon bahkan Maluku dan Indonesia. Dalam sekejap, berita keindahan jembatan yang diresmikan pada 2016 yang lalu itu hilang dan didominasi tindakan-tindakan kriminal di atas jembatan tersebut.

Pemerintah Kota Ambon dan Pemerintah Provinsi Maluku terkesan menutup diri dan tak peduli dengan sejumlah peristiwa mengerikan di atas jembatan yang membentang sepanjang 1.140 meter itu.

Jembatan kebanggaan warga Kota Ambon  ini membentang di atas Teluk Ambon yang terkenal keindahannya. Indah dipandang mata, tapi jelek karena kelakuan warga yang menjadikan jembatan itu tempat pembuat onar.

Sejak diresmikan, JMP menjadi ikon wisata Kota Ambon. Bangga karena jembatan itu disejajarkan dengan sejumlah jembatan terkenal lainnya di Indonesia. Keunikan dari jembatan ini, kalau di daerah lain, jembatan model seperti ini hanya boleh dilewati mobil dan sepeda motor, tapi di Kota Ambon, angkutan kota leluasa melewati jalur jembatan ini. Bahkan semua kendaraan yang lalui JMP tak diberlakukan tarif alias digratiskan.

Tak ayal, sejumlah peristiwa mengerikan terjadi di sini. Jambret, penganiayaan, miras, transaksi narkoba bahkan  pembunuhan pun dilakoni para penjahat di jembatan ini. Sepintas, sepertinya ada yang sengaja melindungi sejumlah tindak pidana itu terjadi di atas JMP.

Baca Juga: Banyaknya Program Belum Direalisasi

Bukan tindakan kejahatan biasa yang dìlakukan warga Kota Ambon, tapi kejahatan yang luar biasa pun dilakukan di tempat ini. Kurangnya kontrol dan pengawasan pemerintah dan aparat kepolisian dalam melaksanakan sweaping membuka ruang bagi warga menjadikan JMP tempat yang aman melakukan tindakan kejahatan.

Sampai saat ini berbagai tindakan kejahatan itu dilakukan dan korban pun banyak yang berjatuhan. Pemerintah pasti mengklaim masih berada dalam  situasi Covid-19. Tapi pemerintah lupa peristiwa-peristiwa kejahatan itu sudah terjadi jauh sebelum Covid-19 melanda dunia termasuk Kota Ambon.

Sangat disayangkan,  JMP begitu diagungkan para pelancong yang haus tempat wisata sebagai jembatan terpanjang di kawasan Indonesia Timur, kini berubah angker lantaran dijadikan tempat kriminalitas.

JMP  diresmikan Presiden  Joko Widodo pada 4 April 2016 kala itu disambut hangat seluruh masyarakat Kota Ambon bahkan Maluku. Karena posisinya yang strategis membelah Teluk Ambon, sehingga dalam hitungan menit saja, orang sudah sampai di Kota Ambon.

Jika dahulu dari Bandara Pattimura ke Kota Ambon harus menempuh 60 menit lebih dengan jarak 35 kilometer dengan memutari teluk, kini perjalanannya hanya 30 menit. Warga Kota Ambon saat ini kecewa berat. Peristiwa pembunuhan keji yang dilakukan oknum-oknum pemuda terhadap salah satu warga Waiheru pekan kemarin, menambah daftar panjang tindakan kejahatan dilakukan di jembatan tersebut.

Sejatinya, Walikota Ambon, Richard Louhenapessy dan Gubernur Maluku, Murad Ismail mengambil langkah-langkah strategis guna menghindari jembatan kebanggaan warga Kota Ambon itu dari berbagai tindakan kriminal.

Stigma jembatan angker harus dihilangkan, karena selama ini JMP merupakan ikon Ambon. Kita berharap kedepan ada tindakan nyata dari pemerintah daerah baik Kota Ambon maupun provinsi untuk mengambil.langkah-langkah strategis terkait penyelamatan warga Kota Ambon dari bahaya kriminalitas di atas JMP. (**)