SAAT ini, prevalensi stunting di Indonesia adalah 21,6%, sementara target yang ingin dicapai adalah 14% pada 2024. Untuk itu, diperlukan upaya bersama untuk men­capai target yang telah dite­tapkan, salah satunya dimulai dari unit terkecil dalam ma­syarakat, yakni keluarga.

“Keluarga menjadi aktor kunci dalam mengatasi sebab-sebab stunting tersebut. Keluarga mesti memiliki kesadaran untuk memprioritaskan pemenuhan asupan gizi dan pengasuhan anak secara layak, termasuk menjaga kebersihan tempat tinggal dan lingkungan, masalah stunting bukan semata persoalan tinggi badan, namun yang lebih buruk adalah dampaknya terhadap kualitas hidup individu akibat munculnya penyakit kronis, ketertinggalan dalam kecerdasan, dan kalah dalam persaingan, olehnya Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah terus berusaha dan berkomitmen untuk mempercepat penurunan angka stunting,” ungkap Penjabat Sekda Maluku Tengah, Jauhari Tuarita, kepada wartawan, di Masohi, kemarin.

Melalui Sumber Data Laporan Rutin Puskesmas yang diinput pada aplikasi pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) oleh Petugas Gizi puskesmas setelah melakukan kegiatan Posyandu, Cakupan Balita yang ditemukan  sebanyak 33.555 balita atau sebesar 68,22%  dari 49.186 sasaran  balita artinya ada sekitar 15.631 balita (31.78%) balita yang belum ditemukan, disini sangat dibutuhkan peran serta kader posyandu untuk dapat menemukan balita-balita tersebut, dengan dukungan dari PKK dan Pemerintah Negeri/Kelurahan.

Cakupan balita yang berkunjung­an ke posyandu sebesar 59.97%, ini menggambarkan Tingkat partisipasi masyarakat membawa balita ke posyandu untuk dilakukan peman­tauan pertumbuhan dan perkem­bangan masih  rendah.

Balita tidak dibawa ke posyandu, disebabkan karena  rendahnya tingkat pemahaman masyarakat tentang pentingnya dipantau pertumbuhan dan perkembangan balita. Balita  sehat, ditandai dengan bertambah umur, harus tambah berat badan, tambah tinggi dan kemam­puan motorik halus dan motorik kasar juga berkembang.

Baca Juga: FGD Optimalisasi UMKM Diapresiasi

“Kinerja puskesmas melakukan penginputan sebesar 93,2%.  Kuali­tas penginputan sangat tergantung jumlah  balita yang dipantau tumbuh kembang  (D/S), kinerja SDM serta perangkat pendukung ( parangkat lunak dan Jaringan internet),” katanya.

Sedangkan jumlah posyandu aktif di kabupaten Maluku Tengah, lanjut dia, sebesar 96. 71% namun minat masyarakat ke Posyandu masih rendah ditandai dengan kunjungan balita ke posyandu sebesar 59.97% dan Kunjungan Ibu hamil Posyandu ( K1 : 44,49%). Penanganan stunting lebih ditekankan pada langkah pencegahan, dengan memperha­tikan penanganan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan dan dimulai sejak awal dengan memperhatikan kesehatan calon pengantin dan gizi remaja putri, Cakupan calon pengan­tin yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) sebesar 57,4%. Sangat­lah dibutuhkan dukungan lintas sector,  rendahnya calon pengantin mengonsumsi TTD disebabkan rendahnya calon pengantin yang memeriksakan kesehatan di Fasilitas Kesehatan, dan sangat dibutuhkan kerjasama lintas sektor agar sebe­lum dilakukan pernikahan harus catin diarahkan ke fasilitas kese­hatan untuk mendapatkan pelaya­nan kesehatan, mempersiapkan status gizi calon ibu hamil, sehingga pada saat hamil, status gizi dalam keadaan normal  tidak anemia, tidak kekurangan energi kronis /KEK. Demikian juga dengan Remaja Putri yang mendapatkan TTD, cakupan sebesar 73,54% , dibutuhkan duku­ngan lintas sektor ( sektor Pendi­dikan dan Kementerian Agama).

“ Angka ini didapat bukan serta merta hadir begitu saja, tapi berkat kerjasama dan gotong royong dan pembinaan dari BKKBN, Menkes, juga tentu kekuatan para pemangku kepentingan di daerah, serta tim penggerak PKKnya, Ini tentu kerja nyata yang berhasil untuk di hargai, “ ujarnya. (S-17)