Dari ketiga hasil survei, menempatkan Prabowo pada tingkat teratas. Konon dalam tiga besar hasil survei tidak menempatkan Puan Maharani yang kemungkinan akan di dukung PDI Perjuangan

Wacana Ketua Umum Partai Gerindra, plus Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto yang ingin mencalonkan diri kembali menjadi Presiden Republik Indonesia pada 2024 mendatang, menuai berbagai tanggapan.

Sebagian ada yang mendukung dan sebagian ada pula yang tidak mendukung dengan berbagai alasan. Bagi mereka yang mendukkung memberi alasan, ini moment yang tepat karena sudah keempat kalinya ikut dalam Pilpres.

Sementara bagi yang tidak mendukung atau kontra memberi pernyataan bahwa, seharusnya diberikan kesenpatan kepada kader-kader muda sebagai langkah regenerasi kepemimpinan nasional.

Upaya Prabowo Subianto untuk menjadi orang nomor Wahid di negeri ini telah dimulai sekitar 14 tahun yang lalu, yaitu pada Pilpres 2009 dengan membawa perahu politik melalui Partai Golkar, yang dikenal sebagai Pemilu Presiden pertama dalam sejarah politik di Indonesia.

Baca Juga: Menimbang Peluang dan Tantangan

Dalam perjalanan politik berikutnya, Prabowo Subianto maju menjadi calon Ketua Umum Golkar, namun kalah dan konvensi dimenangkan Wiranto, kemudian menjadi calon Presiden dari Partai Golkar yang berpasangan dengan Salahuddin Wahid.

Dinamisasi percaturan politik yang terus bergulir di Indonesia, mendorong Prabowo Subianto untuk mendirikan Partai Politik, dan keinginan itu terwujud dengan terbentuknya Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

Karenanya pada Pilpres 2014, beliau sudah memiliki perahu politik sendiri. Namun lagi-lagi menuai kekalahan, yang mana pada masa ini Pilpres dimenangkan oleh pasangan Soesilo Bambang Yudoyono-Jusuf Kalla. Pada Pilpres 2014, kembali Prabowo Subianto menuai kekalahan. Kali ini juga dari Soesilo Bambang Yudoyono yang berpasangan dengan Budiono.

Berdasarkan amanah Pasal 6 Undang-Undang Dasar 1945 bahwa, “masa jabatan Presiden dan wakil presiden adalah lima tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu periode jabatan berikutnya”. Maka Soesilo Bambang Yudoyono tidak dapat lagi mencalonkan diri untuk Presiden Republik Indonesia untuk periode berikutnya.

Karenanya membuka peluang bagi Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi yang kala itu menjabat Gubernur DKI. Jakarta memiliki popularitas yang baik. Jokowi yang memiliki tren dengan gaya blusukan-nya saat memimpin DKI Jakarta mendapat simpati masyarakat Indonesia.

Lalu digandeng Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menjadi calon Presiden RI berpasangan dengan Jusuf Kalla. Strategi ini sangat berhasil sehingga kembali menggagalkan keinginan Prabowo Subianto menjadi Presiden RI, yang berpasangan dengan Hattarajasa.

Pada Pilpres 2019, kembali Prabowo berusaha menggapai kursi Presiden RI berpasangan dengan Sandiaga Uno. Pada Pilpres kali ini pasangan yang ikut Pilpres 2019 hanya dua yaitu Pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin vs Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Pilpres berjalan sengit dengan suara berimbang. Konon kedua kubu saling mengklaim pemenang Pilpres 2019. Namun, setelah melalui persidangan Mahkamah Konstitusi dengan mengajukan bukti-bukti kecurangan yang dituduhkan pasangan Prabowo-Sandiaga atas kemenangan perhitungan suara yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Maka sidang memutuskan bahwa pemenang Pilpres 2019 adalah pasangan Jokowi-Ma’ruf. Kemudian dilantik Majelis Permusyawaratan Republik Indonesia (MPR-RI) menjadi presiden-wakil presiden RI untuk periode 2019-2024.

Peluang Prabowo

Pemilihan Presiden tahun 2019 merupakan kesempatan terakhir bagi Joko Widodo untuk mencalonkan diri menjadi Presiden Indonesia karena sudah 2 (dua) kali mencalonkan diri sebagai batas maksimal pencalonan presiden.

Ini berarti Pilpres 2024 merupakan kesempatan emas bagi Prabowo Subianto untuk memenangkan Pilpres, karena dua Pilpres sebelumnya selalu kalah bersaing dengan Jokowi. Dengan pengalaman sebelumnya pada Pilpres terdahulu tentu saja Prabowo dapat mempersiapkan diri menghadapi Pilpres mendatang.

Apabila melihat elektabilitas Balon Presiden yang sudah mulai muncul atau masih malu-malu muncul, elektabilitas Prabowo Subianto masih berada pada tingkat teratas meski berjalan secara fluktuatif.

Kandidat yang sudah mulai muncul misalnya Puan Maharani yang kemungkinan di dukung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Ganjar Pramono yang sedang menjabat Gubernur Jawa Tengah, Anies Baswedan sedang menjabat Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno sedang menjabat Menteri Pariwisata, Ridwan Kamil sedang menjabat Gubernur Jawa Barat, Agus Hari Murty Yudoyono Ketua Umum Partai Demokrat plus anak sulung mantan Presiden RI Soesilo Bambang Yudoyono,

Menurut Survei SMRC tanggal 28 Februari-8 Maret 2021 dengan 1.064 responden yang dipilih secara acak dan diwawancara secara tatap muka. Margin of error penelitian kurang lebih 3,07 persen, maka Prabowo mendapat dukungan 20 persen, disusul Anies Baswedan 11,2 persen dan Ganjar Pramono 8,8 persen.

Berdasarkan survei Puspoll Indonesia April 2021 juga menunjukkan tingkat elektabilitas Prabowo masih tertinggi. Dari hasil tersebut, tingkat elektabilitas Prabowo mencapai 20,9 persen. Disusul Anies Baswedan 15,4 persen, dan Ganjar 13,8 persen. Kemudian, berdasarkan hasil survei LSI yang dirilis bulan Juni, Prabowo juga masih menempati posisi teratas tokoh dengan tingkat elektabilitas tertinggi.

Berdasarkan hasil survei bahwa, Prabowo menempati urutan pertama capres dengan tingkat elektabilitas 23,5 persen. Disusul oleh Ganjar di posisi kedua dengan tingkat elektabilitas 15,5 persen, dan Anies 13,8 persen.

Survei ini dilakukan 27 Mei hingga 4 Juni 2021 kepada 1.200 responden. Dengan demikian, dari ketiga hasil survei, menempatkan Prabowo pada tingkat teratas. Konon dalam tiga besar hasil survei tidak menempatkan Puan Maharani yang kemungkinan akan di dukung PDI Perjuangan.

Penutup

Eskalasi politik Indonesia menuju Pilpres 2024 yang rencananya diselenggarakan tanggal 15 Mei 2024 akan terus berlangsung. Fluktuasi Balon Presiden-Wapres yang muncul juga akan terus berlanjut sesuai dengan popolaritasnya.

Prabowo kemungkinan besar yang akan didukung Partai Gerindra tentu saja akan mengalami fluktuasi elektabilitas suara sesuai perilaku politik dan popularitas politik yang dipertontonkan Prabowo dan para pendukungnya.

Elektabilitas Prabowo juga sangat berpengaruh dilihat dari strategi yang diterapkan Partai atau Koalisi Partai dalam menentukan sosok yang menjadi pendampingnya. Harapan masyarakat Indonesia tentunya Pilpres 2024 berjalan secara aman, damai dan tertib, yang lebih penting adalah hasil Pilpres membawa hasil yang dapat membawa masyarakat semakin sejahtera dan pembangunan terus berlanjut. Semoga..!( Oleh : Drs Indra Muda Hutasuhut, M.AP Penulis adalah Dosen Fisip UMA, Mahasiswa Program Doktoral Studi Pembangunan USU.)