AMBON, Siwalimanews – Lantaran minimnya fasilitas kesehatan dan pendidikan yang memadai, maka puluhan mahasiswa Seram Bagian Timur melakukan aksi demonstrasi di Baileo Rakyat Karang Panjang, Jumat (5/1).

Kedatangan puluhan massa aksi yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Seram Bagian Timur di rumah rakyat karang panjang sekitar pukul 11.00 WIT dan langsung melakukan orasi.

Koordinator aksi, Farid Rumadaul dalam orasinya mengecam tidak adanya kebijakan pemda yang terkesan menutup mata dengan kondisi kesehatan dan pendidikan di Kecamatan Kesui, Kabupaten SBT.

Menurutnya, sejak Indonesia merdeka sampai dengan saat ini tidak ada satu pun fasilitas kesehatan, baik rumah sakit maupun puskesmas.

Kondisi ini telah membuat masyarakat setempat menjadi sengsara, khusus bagi ibu hamil, bahkan fatalnya akibat tidak adanya faskes menyebabkan ibu hamil ada yang meninggal dunia.

Baca Juga: Pemprov Diingatkan Perjuangkan Klaim Dana Covid

“Miris kondisi di Kecamatan Kesui ini, bayangkan puluhan tahun Indonesia merdeka sampai saat ini tapi tidak ada intervensi pemda untuk memperhatikan fasilitas kesehatan, akibatnya masyarakat harus menjadi korban,” kesal Farid.

Padahal kata Farid, dalam pasal 28 H UUD 1945 secara tegas mengatur bahwa, setiap warga negara wajib mendapatkan pelayanan kesehatan dari negara, namun faktanya tidak dilakukan oleh pemda.

Tak hanya kesehatan, pendidikan juga menjadi persoalan ekstrim di Kecamatan Kesui, sebab sampai dengan saat ini tidak ada tenaga guru tetap yang mengajar, tetapi hanya guru honorer yang jumlahnya sangat terbatas dengan gaji yang cukup memprihatinkan.

“Bayangkan saja seorang guru dia mengajar di SMA tapi di waktu yang bersamaan harus mengajar juga di SMP, ini pendidikan model apa ini,” jelas Farid.

Farid menegaskan, jika sektor pendidikan dan kesehatan disepelekan oleh pemda, maka tidak ada yang perlu diharapkan dari generasi Kesui dimasa yang akan datang.

Dalam aksi demontrasi tersebut masa aksi juga mempertanyakan keberadaan dari tiga anggota DPRD Maluku dapil SBT, masing-masing Fauzan Husni Alkatiri, Alimudin Kolatlena dan Jemi Jafet Pattiselanno yang terkesan tidak peduli dengan persoalan yang berpuluh tahun terjadi di SBT.

Karena itu masa aksi mengharapkan adanya perhatian serius dari pemda baik Provinsi Maluku maupun Kabupaten Seram Bagian Timur untuk bisa memperhatikan persoalan yang terjadi di Kecamatan Kesui, sehingga ada intervensi kebijakan disana.

Setelah melakukan orasi selama satu jam, masa aksi kemudian ditemui Plh Sekretaris DPRD Fahratun Samal.

Dihadapan masa aksi, Samal menyampaikan permohonan maaf karena masa aksi tidak dapat ditemui pimpinan dan anggota DPRD sebab masih dalam agenda resesi.

“Saat ini seluruh pimpinan dan anggota DPRD masih dalam masa reses tapi semua tuntutan yang disampaikan akan kami sampaikan untuk mendapat perhatian,” janji Samal.(S-20)