AMBON, Siwalimanews – Sah-sah saja Golkar dan PDIP mengklaim menjadi peme­nang pilkada di empat kabupaten di Maluku. Sikap optimisme men­jadi penyemangat dalam pertarungan.

Tetapi optimisme tak cukup. Butuh mesin partai yang solid. Figur yang diusung juga menjadi penentu kemenangan.

Di Kabupaten Maluku Barat Daya, Golkar memutuskan mem­berikan rekomendasi kepada  De­sia­nus Orno alias Odie Orno. Ke­timbang mendukung petahana, Benjamin Noach. Keputusan Golkar tak terlepas dari manuver Wakil Gubernur Maluku Barnabas Orno, kakak Odie.

Lalu apakah Odie sudah aman dari sisi dukungan partai? Tentu belum. Golkar di MBD hanya tiga kursi. Odie butuh lagi dukungan partai lain dengan minimal dua kursi.

Tak hanya soal syarat dukungan partai, massa tradisional yang diklaim sebagai basis Barnabas Orno bisa berubah menjadi pemilih rasional, karena melihat kepemim­pinan sang petahana.

Baca Juga: Rekomendasi Gerindra Resmi Dikantongi Gonga-Sogalrey

Tak hanya di MBD, Timotius Kai­del yang diusung Golkar di Kabu­paten Kepulauan Aru juga belum aman. Golkar hanya memiliki satu kursi. Timo, sapaannya butuh lagi empat kursi. Perburuan yang tak mudah.

Politik selalu dinamis. Bisa saja, Golkar tak bisa ikut pilkada di kedua kabupaten itu, karena calon yang diusung tak memenuhi syarat.

Akademisi Fisip Unpatti, Victor Ruhunlela mengatakan, pilkada yang akan berlangsung tahun ini, berbeda dengan pilkada sebelum­nya, karena masyarakat pemilih tradisional bisa saja berpindah menjadi pemilih rasional, sehi­ngga kekuatan figur akan menen­tukan kemenangan.

“Yang saya baca pilkada ke­depan kekuatan figur masih dilihat oleh masyarakat, karena bisa saja pemilih tradisional akan berpindah menjadi pemilih rasional,” ujarnya, kepada Siwalima, Rabu (15/7).

Khusus di Kabupaten Maluku Barat Daya, Ruhunlela melihat ma­nuver yang dilakukan oleh Bar­nabas Orno ke Golkar dapat dipa­hami sebagai kepentingan, karena mereka sementara mengukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap figur.

“Manuver Orno hanya meru­pakan upaya-upaya untuk meng­ukur tingkat kepercayaan masya­rakat terhadap figur itu sendiri,” tandasnya.

Lanjut Ruhunlela, manuver ini juga dapat dipahami sebagai cara Barnabas Orno menunjukan ke­pada Murad Ismail sebagai Ketua PDIP Maluku dan yang saat ini menjabat gubernur, bahwa dirinya masih memiliki kekuatan politik untuk masa depan. Tetapi hal itu tidak terlalu menarik untuk dilihat sebab waktu masih panjang.

Kembali ke soal pilkada di Maluku Barat Daya, Ruhunlela menilai PDIP masih memiliki ke­kuatan yang cukup besar. Apalagi bupati saat ini adalah kader PDIP. Jika ditambah lagi dengan duku­ngan penuh dari kekuatan partai di level provinsi, maka pasti keme­nangan di tangan PDIP.

Ruhunlela juga menilai, akibat dari manuver Barnabas Orno ke­mungkinan besar memicu konflik internal diantara klan Orno. Sebab di satu sisi, adik Barnabas Orno, Francois Orno saat ini menjadi anggota DPRD Maluku dari PDIP.  Disisi lain, Barnabas Orno mela­kukan manuver ke Golkar.

“Artinya di depan umum berteriak  tetap di PDIP, tetapi pergerakan untuk Golkar bisa saja terjadi,” tandasnya.

Akademisi Fisip Unpatti lainnya, Wahap Tuanaya mengatakan, PDIP dan Golkar selalu mendo­mi­nasi kancah perpolitikan di daerah, sehingga perseteruan diantara dua partai ini kerap terjadi.

Menurut Tuanaya, selain mesin partai yang solid, figur yang di­usung juga menjadi penentu kemenangan.

“Konstituen yang dimiliki oleh kedua partai ini, cukup idealis, tetapi kepemimpinan yang seka­rang ini akan menentukan sebe­rapa jauh kemenangan dipegang. Artinya jika kepemimpinan meni­nggalkan pesan yang baik, maka solidaritas konstituen tidak akan terganggu,” ujarnya.

Tuanaya mengatakan, peta politik pada pilkada sebelumnya tidak dapat dipakai untuk menen­tukan peta politik kedepan, sebab kondisi politik bisa berubah.

“Situasi politik dapat berubah tergantung dari bagaiamana kan­didat melakukan kerja keras di lapangan, dan semua energi kader harus dioptimalkan dan didorong untuk masuk dan mela­-kukan pendampingan kepada kandidat, ini akan menjadi pe­-nentu keme­nangan,” tandasnya.

Para pengurus kedua partai selalu yakin untuk menang dalam pilkada di empat kabupaten di Maluku.

Wakil Ketua Bidang Komu­nikasi Politik DPD PDIP Maluku, Hendrik Sahureka mengatakan, PDIP memiliki kiat-kiat untuk meme­nangkan kompetisi.

“Kami akan memenangkan empat pilkada ini dengan kiat yang akan dilakukan,” tandas Sahureka, kepada Siwalima, Rabu (15/7).

Hal penting yang harus dilihat, kata Sahureka, soliditas partai dan peran kandidat untuk meraih sim­pati dan dukungan rakyat. “PDIP akan solid sampai ke level bawah untuk  memenangkan pilkada,” ujarnya.

Kubu Golkar juga punya optimisme yang sama. Sekretaris DPD Partai Golkar Maluku Lessy Siahay me­ngatakan, sesuai dengan target kemenangan yang ditentukan DPP sebanyak 60 persen, Golkar akan berupaya semaksimal untuk me­menang­kan minimal tiga kabu­paten.

“Ini belum semua rekomendasi diberikan, masih kurang Bursel, nanti rekomendasi ada kita bisa melihat dari hasil survei daerah mana yang  ditargetkan menang dan akan berusaha maksimal, tetapi tetap optimis menang,” tegasnya.

Siahay menambahkan, salah satu alasan Golkar menyerahkan rekomendasi ke Odie Orno untuk bertarung di Maluku Barat Daya, karena klan Orno memiliki pengaruh besar, sehingga diyakini  bisa menang. Selain itu pasangan Odie, Bastian Petrusz adalah kader Golkar. (Cr-2/S-19)