NAMROLE, Siwalimanews – Himpunan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Neath (HPPMN) di Ambon, mengaku kecewa dengan sikap Kepala Desa Neath, Kecamatan Leksula, Kabupaten Bursel,  Antoni Nurlatu yang melakukan pembelian lahan seluas 10×15 m2 dan bangunan 7×8 m2 secara diam-diam tanpa sepengetahuan mereka.

Kekecewaan para mahasiswa ini disampaikan lantaran sebelumnya mereka telah dijanjikan akan dibelikan rumah untuk dijadikan asrama dengan nilai anggaran sebesar Rp200 juta.

Namun, ternyata apa yang dijanjikan sang kades jauh dari kesepakatan yang disepakati bersama HPPMN.

“Kesepakatan awalanya pada tahun 2021 sampai pada bulan Januari 2022 itu Kades Neath sampaikan kepada kami, bahwa akan dibeli rumah langsung dengan harga Rp200 juta, bukan membeli lahan kosong,” tandas Yermia Solissa mewakili rekan-rekannya di HPPMN dalam rilisnya yang diterima Siwalimanews, Sabtu (26/3).

Menurut mereka, lahan yang berlokasi di Desa Passo (air besar), Kecamatan Baguala, Kota Ambon, yang dibeli sang kades terkesan dipaksakan, karena tidak ada koordinasi dengan mereka sesuai kesepakatan. Padahal rekan-rekan di HPPMN telah mencari rumah yang akan dibeli dengan besaran harga pembelian sesuai dengan yang telah disepakati bersama.

Baca Juga: TNI Polri Buka Blokir Jalan di Batu Merah

“Kami sudah dapat rumah, namun pada 19 dan 27 Februari, tiba-tiba kades yang waktu itu datang ke Ambon buat pertemuan di kosan salah satu mahasiswa di Poka. Dalam pertemuan itu kades sampaikan hal yang berbeda, karena anggarannya berubah menjadi Rp100 juta,” tandasnya.

Namun menurut mereka, apa yang disampaikan kades ditolak, sebab tidak berjalan berdasarkan kesepakatan awal, bahkan angaran untuk pembelian lahan untuk pembangunan asrama tidak sesuai dengan RAB Desa.

“Kami mahasiswa menolak adanya pembelian lahan untuk pembangunan asrama, sebab mahasiswa menilai pembangunan yang dikerjakan tidak efektif. Di desa saja tidak efektif, apalagi pembangunan di luar daerah,” tambahnya.

“Niat untuk pembelian lahan itu sudah ditolak keras oleh teman-teman, bahwa tidak boleh beli lahan, namun kades tidak mengindahkan penolakan tersebut, malah membeli lahan secara diam-diam, tanpa sepengetahuan teman-teman mahasiswa. Oleh sebab itu patut dipertanyakan tindakan kades tersebut, ada apa, sehingga kades melakukan tindakan tersebut,” tanya dia.

Mewakili suara hati teman-temannya Solissa mengaku, HPPMN sangat kecewa dengan sikap kades yang sama sekali tidak menunjukan sikap transparansi pengunaan dana desa.

“Kades tidak transparan dalam masalah ini. Pembelian lahan itu juga dinilai tidak efektif karena terlalu jauh dari jangkauan umum, terlalu memakan biaya jika tinggal di asrama tersebut, fatalnya lagi lokasi itu tidak ada jaringan. Lebih baik tinggal di kos dari pada di asrama, karena kalau di asrama itu biayanya sangat besar,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Neath, Anthon Nurlatu yang coba dikonfirmasi Siwalimanews melalui telepon selulernya, tak dapat dihubungi, bahkan pesan singkat lewat WhatsApp hanya dibaca namun tak dibalas, begitupun pesan lewat short message service. (S-16)