AMBON, Siwalimanews – Pemerintah Desa maupun kelurahan ibarat Gerbang utama dalam menangkal radikalisme dan bibit terorisme. Sebab berada dalam posisi paling dekat dengan masyarakat.

Hal inilah yang mendorong Generasi Bina Bangsa yang bekerjasama dengan Pemerintah Desa Haya, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah yang terdiri dari unsur masyarakat, pemuda dan pelajar bertekad dalam menangkal berbagai paham radikalisme yang masuk di desa tersebut.

”Kegiatan yang Kita lakukan ini untuk merangkul seluruh elemen masyarakat, terutama pemuda dan pelajar agar menolak dengan tegas berbagai pemahaman sesat dan radikal yang masuk di daerah ini. Terkhusus di Desa Haya tercinta ini,“ ungkap Ketua Panitia Benyamin Namakule, usai kegiatan yang bertempat di SMA Negeri 25 Maluku Tengah, Sabtu (13/6).

Saat membawakan materi tatanan kebangsaan, Namakule yang merupakan salah satu guru mata pelajaran di sekolah tersebut mengungkapkan, terorisme memang kerap terjadi di perkotaan meski pelakunya tak jarang bersumber dari orang yang menghabiskan waktu di desa atau kampung.

”Pemerintah desa harus lebih waspada dan peka terhadap kondisi warganya serta mampu membaca perubahan lingkungan sekitar. Ingatnya.

Baca Juga: Polsek Leihitu Garap Lahan Tidur Seluas Setengah Hektar

Namakule menambahkan, radikalisme jika tidak dipangkas sedini mungkin, maka akan leluasa merasuki masyarakat. Khususnya bagi pemuda dan pelajar.

”Sebagai bangsa ber-Pancasila, penting bagi Kita untuk menjaga dan konsisten dengan Pancasila. Sebab Pancasila tidak bertentangan dengan agama dan tidak memberi ruang bagi terorisme maupun radikalisme,“ tegas  Namakule.

Dengan mengusung tema, “Silaturahmi Masyarakat Dalam Menangkal Paham-Paham Radikal di Desa Haya”, unsur masyarakat, pemuda dan pelajar berikrar bersama dalam menolak masuknya paham radikalisme di desa tersebut.

Terpisah, Kepala Desa Haya, Hasan Wailissa, kepada awak media diruang kerjanya usai kegiatan menjelaskan, Pemerintah Desa sangat mendukung kegiatan positif yang dilakukan Generasi Bina Bangsa.

” Saya apresiasi kegiatan positif ini. Sehingga masyarakat dan generasi  muda di Desa ini betul-betul memahami arti kebangsaan. Ini juga penting untuk menghilangkan statemen dan isu miring terhadap Desa Haya. Sebab dalam beberapa waktu lalu terjadi sejumlah penangkapan terduga teroris di desa ini,“ ujarnya.

Wailissa meyakini, dalam menangkal persoalan radikalisme tidaklah mudah. Namun hal itu bisa dihadapi dengan berbagai cara. Seperti membentuk ahlak, melaui pendekatan kearifan lokal, termasuk pendekatan dialogis dengan duduk bersama.

“Saya harapkan berbagai persoalan yang terjadi di dalam negeri, diselesaikan secara musyawarah. Selain itu masyarakat tidak mudah terprovokasi dari oknum-oknum yang bertujuan memecah belah persatuan dan kesatuan serta merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara di Desa Haya,” ujar Wailissa. (*)