AMBON, Siwalimanews – Pada bulan Maret 2020, Provinsi Maluku mengalami deflasi mines 0,70 (-0,70) persen. Hal ini disebabkan oleh kelompok transportasi yang menca­tatkan deflasi -1,86 persen.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Noviarsano Manullang, kondisi tersebut dipicu oleh turunnya harga tiket angkutan udara,  seiring de­ngan menurunnya permintaan masya­rakat pasca menularnya covid-19, dan himbauan pemerintah untuk mengu­rangi aktivitas di luar rumah.

“Memang untuk kelompok trans­por­tasi terjadi deflasi sebesar -1,86 per­sen, karena turunnya harga tiket udara pasca menularnya covid-19, dan ada­nya, penurunan tiket udara terjadi pada rute Ambon-Langgur dengan penurunan hingga -4,5 persen,” jelas Manulang dalam rilisnya kepada Siwalima, Jumat (3/4).

Dijelaskan, indeks harga konsumen (IHK) Provinsi Maluku pada Maret 2020 tercatat deflasi -0,70 persen, secara bulanan (month to month) berlawanan dari arah Februari 2020 yang meng­alami inflasi besar 0,18 persen.

Sementara secara tahun berjalan (year to year) mengalami infalasi 0,12 persen dan 1,46 persen masih lebih rendah dari target pencapaian inflasi tahun 2020 yang ditetapkan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) 3 persen.

Dijelaskan, deflasi Maluku juga dise­babkan oleh kelompok makanan, minu­man dan tembakau yang mengalami deflasi sebesar -1,69 persen. Pada kelom­pok ini utamanya disebabkan oleh komoditas bumbu-bumbuan seperti, cabai rawit, cabai merah dan bawang merah.

“Deflasi kelompok makanan, minu­man dan tembakau yang mengalami deflasi besar-1,69 persen, dan satgas pangan bersama distributor menjadi salah satu pendukung terkendalinya bumbu-bumbuan tetap rendah dan stabil,”katanya.

Ia mengakui, untuk komoditas ikan segar juga mempunyai andil terbesar terhadap deflasi Maluku yaitu, ikan layang, tongkol,  cakalang diawetkan. Untuk itu dari TPID Maluku melalui Dinas Kelautan dan Perikanan harus selalu mela­kukan monitoring guna memasti­kan, pasokan ikan segar tersedia di pasar dan cold storange.

Disisi lain untuk kelompok pakaian dan alas kaki mengalami 0,85 persen. Maret 2020 inflasi untuk kelompok ini dise­babkan oleh naiknya komoditas alas kaki yaitu, sepatu wanita dan sandal pria.

Dijelaskan, TPID Maluku tetap bersinergi bersama satgas pangan melakukan monitoring ke distributor bahan pokok, untuk memastikan tidak ada penimbunan dan kenaikan harga, serta membatasi jumlah pembelian bahan pokok oleh masyarakat.

Ditambahkan, Kantor Perwakilan BI Provinsi Maluku senantiasa berkoor­dinasi dengan Disperindag dan Bulog untuk memfasilitasi komunikasi dengan pelaku usaha bahan pokok di Jawa Timur untuk memastikan pasokan.

Saya harap,TPID Maluku dan TPID secar konsisten dapat menghimbau ke­pada masyarakat untuk”berbelanja de­ngan bijak dan tidak berlebihan.(Mg-5)