AMBON, Siwalimanews – Kinerja Panitia Persidangan Je­maat GPM XL, yang diketuai Fery Le­telay patut diapresiasi. Pasalnya, pada pelaksanaan momentum tahu­nan gerejawi ini turut melibatkan umat muslim untuk menyiapkan konsumsi bagi peserta persidangan jemaat GPM Nania XL tahun 2023.

Perwakilan Klasis Ambon Utara, Pendeta Herry Siahaya turut meng­apresiasi kinerja panitia yang turut melibatkan umat muslim didalam mempersiapkan konsumsi bagi peserta sidang jemaat.

“Desa Nania adalah desa toleransi karena memang bukan hanya hidup satu suku, satu budaya dan dan satu agama saja namun kita hidup dite­ngah-tengah konteks masyarakat yang sangat plural dan majemuk, sehingga budaya hidup bersama dan toleransi harus terus diting­katkan,” ujarnya, dalam arahan saat pembukaan sidang jemaat tersebut.

Siaya berharap agar dengan keberadaan umat ini dapat juga diukung dengan berbagai program yang diarahkan untuk memperkuat ketahanan hidup bersama dengan komunitas yang berbeda suku, budaya dan juga berbeda agama.

“Persidangan XL semestinya menjadikan kita sebagai jemaat yang dewasa, matang dan pasti berkua­litas demi kemajuan pelayanan je­maat Nania lebih baik kedepan bah­kan persidangan jemaat ini harus menjadi momentum yang strategis untuk membicarakan hal yang baik,” ujarnya.

Baca Juga: Walikota Ancam Hentikan Aktivitas PT Jaya Konstruksi

Dikatakan, persidangan gerejawi di semua aras gereja tidak sekedar merefleksikan kematangan gereja dan menata sistem gereja semata te­tapi persidangan gerejawi mene­gaskan posisi gereja yang berjalan bersama dengan Tuhan dan dalam perjalanan itu ada kesempatan bagi gereja untuk mengevaluasi seluruh capaian-capaian pelayanan di ta­hun-tahun sebelumnya dan ken­dala yang dihadapi sekaligus merumus­kan arah baru pelayanan gereja me­lalui penetapan program dan kegia­tan  strategis gereja kemudian pene­tapan APBJ dan kebijakan-kebijakan pengembangan pelayanan yang relevan dengan konteks di saat ini.

“Kita sudah bersidang 40 kali, dan saya kira kita sudah menjadi warga gereja yang matang dalam pengam­bilan keputusan-keputusan berge­reja, olehnya sejatinya kita bersi­dang berarti kita bergumul dengan Tuhan untuk memperkuat tiga pilar pe­layanan gereja kita yakni pilar umat, pelayan dan lembaga,” jelas­nya.

Kata dia, persidangan tahun ini dibawah tuntunan rumusan sub tema memperkuat gereja dan pem­bangunan demokrasi demi hidup bersama yang berkelanjutan dite­ngah perubahan zaman.

“Konsep dari sub tema ini dimana ada tiga konteks yakni konteks pem­bangunan demokrasi, konteks hidup bersama dan konteks perubahan zaman. Dan untuk pembangunan de­mokrasi ditekankan di tahun ini sebab tahun 2024, kita akan mema­suki event-event demokrasi di skala nasional tapi juga di skala daerah dan karena itu partisipasi warga gereja juga mesti kita perkuat dengan melakukan  atau mengagendakan pen­didikan politik,” katanya.

Apresiasi yang sama juga disam­paikan Ketua Majelis Jemaat GPM Nania, Pendeta Salenusa.

“Saya mengucapkan terima kasih atas kerja keras dari panitia yang juga turut melibatkan umat muslim. Ini mempertanda bahwa Desa Nania adalah desa toleran, sehingga hal ini harus terus dipupuk dan dibina de­ngan baik agar rasa kekeluargaan ini terus dan senantiasa terjalin,” ujar­nya.

Terkait dengan persidangan je­maat ini, Salenussa berharap melalui persidangan ini dapat menata suatu sistem dalam pengelolaan keuangan dengan baik maupun tugas-tugas pelayanan didalam jemaat ini.

“Diharapkan tahun 2023 adalah tahun awal kita mempersiapkan proses demokrasi baik di tingkat nasional maupun daerah tetapi juga persiapan untuk proses pemilihan majelis jemaat di tahun 2024 untuk masa bakti 2025-2030. Kita harus bisa menjadi gereja yang tetap hidup dalam berdemokrasi yang bermar­tabat tetapi sebagai warga gereja kita harus tetap memiliki pengetahuan yang mumpuni dalam pelaksanaan pesta demokrasi,” pintanya.

Selain itu, Salenusa juga berharap agar dalam proses-proses pengka­deran, pembinaan kader-kader khu­sus di tahun pelayanan kedepan harus menjadi pergumulan bersama artinya bahwa kalau selama ini dicer­mati hanya berputar dengan figur-figur pada usia purnabakti semen­tara kader-kader muda dan sum­berdaya muda kadang-kadang jauh dari keterlibatannya di gereja.

“Saya harap melalui sidang ini, mari kita memberikan penguatan-penguatan kapasitas bagi generasi gereja supaya di tahun mendatang,  agar kedepan pelayanan gereja ini dapat diisi oleh anak-anak muda yang berkualitas sesuai dengan tuntutan jaman,” katanya.

Sekretaris Kecamatan Baguala, Arthur Solsolay mengatakan, saat ini kita sudah berada di era digital bahkan juga sudah masuk sampai di gereja-gereja tapi jangan sampai teknologi membuat kehilangan budaya dan merubah semua budaya yang ada.

“Kami berharap agar budaya yang selama ini kita miliki dapat terus dibudayakan walaupun kita berada di era digital,” katanya.

Selain itu Solsolay juga meminta agar warga gereja dapat mendukung seluruh program Pemerintah Kota Ambon khususnya yang menjadi 11 prioritas kebijakan Penjabat Wali­kota Ambon.

Sebelumnya, Ketua Panitia Sidang Jemaat Nania XL, Fery Letelay da­lam laporannya mengaku, keterli­ba­tan umat muslim dalam persidangan jemaat Nania khusus untuk me­nyiapkan konsumsi ini sebagai wujud bahwa Desa Nania adalah desa toleransi.

“Desa Nania adalah desa toleransi sehingga kita turut melibatkan umat muslim untuk menyiapkan konsumsi bagi peserta persidangan jemaat di tahun ini,” katanya.

Letelay membeberkan, peserta yang mengikuti sidang jemaat ini berjumlah 86 orang yang terdiri dari 52 orang peserta dan 34 orang pe­serta luar biasa.

Sementara sumber pendapatan diperoleh dari penyertaan modal dari kas jemaat Rp 6 juta, pot panitia Rp 500 ribu, dana hibah dari Biro Kesra Provinsi Maluku melalui aspirasi anggota DPRD Provinsi Maluku asal partai Golkar Anos Yeremias Rp 25 juta, dana hibah dari Bagian Kesra Pemkot Ambon Rp 15 juta, dana  hibah dari Pemerintah Desa Nania Rp 3 juta, penggalangan dana bazar Rp 9.380.000, sumbangan dari keluarga F Letelay Rp 13.650. 000, sumbangan dari Tan de Fretes Rp 6 juta, sumbangan dari anggota DPR RI Hendrik Lewerissa Rp 5 juta, serta sumbangan dari sejumlah keluarga sebesar 5.900.000 sehingga total pendapatan Rp 89.430.000.

“Atas nama panitia, kami me­nyampaikan terima kasih kepada bapak,ibu, saudara-saudari yang telah membantu panitia melalui sumbangan, materi maupun duku­ngan moril sehingga pelaksanaan persidangan jemaat GPM Nania bisa berjalan dengan baik,” katanya.(S-08)