Kota Ambon Cetak 118 Kasus DBD
AMBON, Siwalimanews – Belum usai dihantam Covid-19, ternyata dalam hitungan dua triwulan Kota Ambon telah mencetak 118 kasus demam berdarah dengue (DBD).
Hal tersebut disampaikan Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota, Remes Talle.
Katanya, untuk kasus DBD tahun ini mengalami peningkatan. dari sebelumnya di tahun 2020 hanya ada 51 kasus, berbeda dengan tahun ini.
“Tahun 2021 itu ada 118 kasus kalau tahun 2020 ada 51 kasus. Ini data yang tercatat sampai dengan bulan Agustus. Jadi terjadi peningkatan,” jelas Talle kepada wartawan, Senin (4/10).
Talle mengaku, kasus tersebut kebanyakan dialami oleh anak-anak. Jarang ditemui kasus yang menyerang warga dengan usia dewasa.
“Jadi memang kasus DBD lebih banyak pada anak-anak. Anak-anak yang benih dominan,” tandasnya.
Lokasi-lokasi endemis DBD yang setiap tahun menyumbang kasus, katanya ada pada dua kecamatan besar di Kota Ambon. Yakni, Kecamatan Sirimau dan Kecamatan Baguala.
“Kalau yang sering dan selalu ada di daerah Kayu Putih, Halong, Batu Merah dan Passo, sama Lateri ini daerah endemis. Jadi setiap tahun ada kasus,” bebernya.
Mengingat curah hujan masih menghantam kota bertajuk ‘manis e’ ini, sehingga pihaknya akan selalu waspada dan memantau keadaan lapangan. sehingga apabila ada peningkatan kasus, maka dapat dikontrol.
“Peningkatan kasus mesti ada karena memang musim penghujan. Jadi nanti kita akan lihat lagi di akhir bulan Oktober ini apakah ada peningkatan jumlah kasus. Sebab kenaikan jumlah kasi su itu biasanya ada di awal musim penghujan dan akhir musim penghujan,” jelas Talle.
Disinggung terkait dengan penanganan, dia mengaku telah melakukan langkah tersebut sesuai dengan kebutuhan lingkungan.
“Kalau penanganan selain kita sosialisasi, kemudian dilakukan juga abetisasi, tapi juga ada lokasi yang kita foging sesuai kebutuhan,” tandasnya.
Dirinya menghimbau agar masyarakat dapat memperhatikan lingkungan guna menjaga agar tak terjadi penambahan kasus di tahun ini.
“Yang paling penting yang kita minta dari masyarakat adanya peran serta untuk pemberantasan sarang nyamuk. Yang paling penting juga kita menjaga perilaku hidup sehat (PHBS),” pintanya. (S-52)
Tinggalkan Balasan