AMBON, Siwalimanews – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Ambon sejak Januari hingga Agustus mencapai 118 kasus, berbeda tahun 2020 hanya 50 kasus.

Anggota DPRD Provinsi Maluku dapil Kota Ambon Edison Sari­manela menilai, Pemerintah Kota Ambon lemah dalam hal pen­cegahan penularan penyakit DBD di tengah-tengah masyarakat.

Persolan pencegahan dan pe­nanggulangan penularan DBD kata Sarimanela, menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota Ambon, khususnya Dinas Kesehatan yang harus dilihat secara utuh.

“Ini tanggung jawab Pemkot untuk melihat persoalan DBD, lagi pula ini penyakit musiman, sehi­ngga penanggulangan yang dila­kukan juga harus secara utuh tidak bolah parsial,” tandas Sarimanela.

Selain itu, menurut Sarimanela, selaku instansi teknis Dinas Kesehatan Kota Ambon tentunya sudah mengetahui daerah-daerah mana saja yang menjadi basis penularan DBD, sehingga harus secara tegas melakukan upaya, sebab yang terlibat dari segi pencegahan belum dilakukan secara maksimal

Baca Juga: Kota Ambon Cetak 118 Kasus DBD

“Pemerataan daerah terpapar sudah diketahui dinas, maka cara penanganan harus segera jangan sampai masyarakat sudah terjangkit baru turun. Ini salah, karena dari segi pencegahan sangat lemah,” kata Sarimanela.

Olehnya itu tambah Sarimanela, Dinas Kesehatan tidak boleh henti-hentinya melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, yang memang rentang dengan penularan DBD, seperti yang ada di Desa Passo, jika tidak, maka kasus DBD bisa saja bergerak naik.

Selain itu, voging juga harus gencar dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Ambon pada daerah-daerah hasil pemetaan yang berpotensi menyumbangkan angka penyebaran DBD di Kota Ambon, agar secara perlahan, kasus ini dapat ditekan dengan baik.

Ambon Cetak 118

Seperti diberitakan sebelum­nya, belum usai dihantam Covid-19, dalam hitungan dua triwulan Kota Ambon telah mencetak 118 kasus DBD.

Hal tersebut disampaikan Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota, Remes Talle.

Katanya, untuk kasus DBD tahun ini mengalami peningkatan dari sebelumnya di tahun 2020 hanya ada 51 kasus, berbeda dengan tahun ini.

“Tahun 2021 itu ada 118 kasus kalau tahun 2020 ada 51 kasus. Ini data yang tercatat sampai dengan bulan Agustus. Jadi terjadi peningkatan,” jelas Talle kepada wartawan, Senin (4/10).

Telle mengaku, kasus tersebut kebanyakan dialami oleh anak-anak. Jarang ditemui kasus yang menyerang warga dengan usia dewasa.

“Jadi memang kasus DBD lebih banyak pada anak-anak. Anak-anak yang benih dominan,” tandasnya.

Lokasi-lokasi endemis DBD yang setiap tahun menyumbang kasus, katanya ada pada dua kecamatan besar di Kota Ambon. Yakni, Kecamatan Sirimau dan Kecamatan Baguala.

“Kalau yang sering dan selalu ada di daerah Kayu Putih, Halong, Batu Merah dan Passo, sama Lateri ini daerah endemis. Jadi setiap tahun ada kasus,” bebernya.

Mengingat curah hujan masih menghantam kota bertajuk ‘manis e’ ini, sehingga pihaknya akan selalu waspada dan memantau keadaan lapangan. sehingga apabila ada peningkatan kasus, maka dapat dikontrol.

Disinggung terkait dengan penanganan, dia mengaku telah melakukan langkah tersebut sesuai dengan kebutuhan lingkungan. (S-50)