Narkoba saat ini sudah merusak sendi-sendi kehidupan bangsa dan penyebarannya masif ke pelosok negeri. Kalau tak cepat ditanggulangi bisa menghancurkan negara, karena penggunaan obat terlarang ini melemahkan dan merusak pikiran manusia. Apalagi sebagian besar penggunanya berusia produktif.

BNN Provinsi Maluku berhasil meringkus dua kurir pengedar sabu-sabu antar provinsi saat tiba di Bandara Internasional Pattimura.

Dua kurir yang adalah wanitia ber­inisial SR (27) dan seorang pria ber­inisial HK diamankan bersama barang bukti 200 gram pada pertengahan bulan November lalu. Barang haram itu, di­sembunyikan oleh SR dalam alat kelaminnya.

Saat ini jumlah pengguna narkoba di Indonesia mencapai 4 juta orang. Dari jumlah itu sekira 2,7 juta merupakan pelajar dan mahasiswa, demi­kian penjelasan Deputi Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasio­nal Irjen Arman Depari. Bahkan menurut Depari, barang haram ini tak hanya digunakan di perkotaan, namun sudah masuk ke pelosok desa.

Penggunaan dan peredaran narkoba yang meluas bisa merusak masa depan bangsa. Terlebih Indonesia sedang mengalami bonus demografi. Sementara, peredaran narkoba tak sedikit yang menyasar kalangan pelajar dan anak muda. Lalu, faktor apa saja yang mesti diperhatikan agar terhindar penyalahgunaan narkoba?

Baca Juga: Tagih Janji BPKP di Kasus Repo Saham

Sebuah hasil studi tahun 2018 terhadap 200 siswa menyebutkan, bahwa 62 % pemakai narkoba memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan orangtuanya. Sedangkan 26 % hubungan mereka cenderung kurang harmonis. Ini mengisyaratkan bahwa kondisi hubungan dalam keluarga jadi salah satu faktor ketahanan atas ancaman narkoba di sekitar kita.

Harapan akan masa depan yang baik dan cerah bisa memperkuat diri dari terjerumus bujuk rayu narkoba. Pikiran yang visioner serta ketergantunganmu pada Allah atas rencana besar itu bisa menjadi imun dari terpapar barang tersebut. Itu sebabnya penting memasang niat dan memupuk harapan yang baik.

Ketahanan spiritual juga bisa jadi kunci terlindungnya diri dari jerat narkoba. Faktor ini penting untuk menjaga kesadaran diri untuk selalu dekat dan terhubung dengan Tuhan yang maha kuasa. Salah satunya dengan berkomitmen menjaga diri dari perbuatan yang haram dan melaksanakan kewajiban.

Hal yang sangat penting agar bisa menghempang penyalahgunaan narkoba adalah peran pemerintah, terutama aparat penegak hukum dari kepolisian, kejaksaan, hakim dan pihak terkait lainnya seperti lembaga permasyarakatan (LP) dan lainnya. Di sinilah mata rantai pemberantasan narkoba yang cukup efektif bila memang benar-benar berniat melaksanakannya. Bukan rahasia lagi kalau peredaran narkoba sudah dikuasai mafia. Sehingga banyak oknum aparat dan pihak yang tergoda untuk terlibat demi keuntungan besar, tanpa memikirkan dampak buruk kehancuran generasi bangsa.

Kapolri Jenderal Idham Azis mengingatkan anggota Polri untuk tidak terlibat dalam kasus penyalahgunaan narkoba. Hukuman mati adalah hal yang tepat untuk personel yang terlibat narkoba.

“Kalau polisinya sendiri yang kena narkoba hukumannya harus hukuman mati sebenarnya, karena dia sudah tahu undang-undang, dia tahu hukum seperti itu,” kata Idham dalam acara pemusnahan narkoba di Polda Metro Jaya, beberapa waktu lalu, seraya mengingatkan kepada seluruh direktur narkoba di setiap Polda untuk benar-benar memastikan pengamanan barang bukti narkoba dilakukan dengan baik.

Peringatan keras Kapolri ini sepertinya tamparan keras bagi semua institusi terkait yang menangani masalah penyalahgunaan narkoba. Karena bila polisi saja yang serius, dipastikan sia-sia dan tak ada efek jera. Kejaksaan dan Kehakiman juga harus berkomitmen agar jajarannya tidak main-main dengan narkoba. Begitu juga dengan LP yang malah dianggap sebagai pusat penyebaran narkoba.

Namun peringatan keras tidak sekadar seremonial atau pencitraan agar kelihatan benar-benar serius. Karena penyalahgunaan narkoba saat ini bukan main-main. Konsistensi semua pihak sangat dibutuhkan untuk memberangus penyalahgunaan narkoba.

Masyarakat dan pemerintah harus bersatu padu melawannya. Memang tak ada kata terlambat untuk melakukan sesuatu. Tetapi bila tak ada niat, terlambat pun bakal tak didapat. (***)