Ketua Sinode Tolak Pendeta Jadi Ketum
Kongres XXIX AMGPM
AMBON, Siwalimanews – Ketua MPH Sinode GPM, Pendeta J. A. S Werinussa menolak pendeta menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Angkatan Muda GPM. Ia menginginkan figur non pendeta.
Werinussa menegaskan AMGPM merupakan organisasi kader. Karena itu, suksesi untuk melahirkan seorang pemimpin harus menggunakan ukuran kader. Ia memastikan tidak memberikan rekomendasi kepada pendeta yang akan mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PB AMGPM.
“Saya menegaskan AMGPM merupakan organisasi kader maka ukuran suksesi dengan lahirnya seorang pemimpin itu adalah ukuran kader,” tandas Werinussa, saat memberikan arahan pada pembukaan Kongres XXIX AMGPM, Minggu (25/10) di Gedung Gereja Pniel Wayame.
Kongres yang akan berlangsung secara virtual hingga Rabu (28/10) itu, dibawah tema, “Beritakanlah Tahun Rahmat Tuhan Telah Datang dan Kerjakanlah Keselamatanmu”.
Werinussa mengungkapkan, beberapa waktu lalu terjadi polemik berkaitan dengan istilah “mata rumah parentah” dimana Ketua Umum PB AMGPM hanya diisi oleh pendeta. Polemik ini justru merugikan gereja.
Baca Juga: Senin, Polresta Gelar Operasi Zebra SiwalimaWerinussa mendorong agar dalam kongres lebih mengedepankan warga gereja yang mengikuti kontestasi. Sebab selama ini warga gereja telah memberikan ketua sinode, ketua Klasis dan ketua majelis jemaat diduduki oleh pendeta, sehingga organisasi AMGPM jangan lagi diambil oleh pendeta.
“Marilah kita mengedepankan warga gereja kita yang mengikuti, warga gereja sudah memberikan ketua sinode pendeta, ketua Klasis dan ketua majelis jemaat itu pendeta, tapi organisasi angkatan muda kita mau mengambil lagi, apa itu gereja,” ujarnya.
Karena itu, kongres harus memberikan ruang bagi figur non pendeta untuk memimpin AMGPM, apalagi saat ini banyak kader dengan kemampuan untuk memimpin.
“Saya merasa terganggu dan hati saya tergores ketika ada pendeta yang bertanding melawan warga gereja,” tandasnya.
Werinussa juga menegaskan, dirinya tidak akan memberikan rekomendasi kepada pendeta siapapun yang ingin mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PB AMGPM untuk bertarung melawan anggota jemaat, karena tidak memiliki level yang sejajar.
“Sebagai pimpinan sinode saya tegaskan jika saya tidak akan memberikan rekomendasi seandainya pendeta itu mau bertanding melawan anggota jemaat karena tidak level disitu,” ujarnya.
Kecuali, kata Werinussa, tidak ada yang mencalonkan diri sebagai ketua umum, maka 34 daerah pemilik suara bisa mendatangi dirinya untuk meminta rekomendasi agar figur pendeta dicalonkan. Namun dengan syarat didukung 34 daerah pemilik suara, sehingga langsung aklamasi.
Selaku pimpinan gereja, Werinussa berharap figur non pendeta yang nantinya duduk sebagai Ketua Umum PB AMGPM, yang dapat membawa AMGPM menjadi organisasi mandiri dan tidak bergantung pada gereja.
Pembukaan kongres diawali dengan ibadah Minggu yang dipimpin oleh Pdt. M Apitiley. Selanjutnya, pembukaan ditandai dengan pemukulan tifa oleh Gubernur Provinsi Maluku, Murad Ismail.
Turut hadir, Wakil Gubernur Barnabas Orno, Ketua DPRD Maluku Lucky Watimury, Forkopimda Maluku, Walikota Ambon Richard Louhenapessy, Rektor Unpatti Marthinus J. Sapteno, dan anggota DPD RI Novita Anakotta.
Sementara gubernur dalam sambutannya meminta agar seluruh kader AMGPM menanamkan tiga hal penting yaitu, keberanian, kejujuran dan keadilan agar dapat tumbuh menjadi organisasi mandiri.
“Dalam rangka mengimplementasikan tema kongres maka angkatan muda harus menanamkan tiga karakter penting yaitu keberanian, kejujuran dan keadilan,” ujarnya.
Murad juga meminta agar AMGPM tetap mendukung program pemerintah daerah guna memajukan Maluku kedepan.
Ketua Umum PB AMGPM, Max Takaria dalam sambutannya juga meminta seluruh kader dapat mensukseskan pilkada serentak di empat kabupaten di Maluku, sehingga pilkada dapat berjalan dengan aman dan damai.
Terkait dengan pelaksanaan kongres, Ketua Panitia Kongres XXIX AMGPM, Heppy Lelepary mengatakan, kongres yang diikuti oleh 34 daerah telah disesuaikan dengan protab pencegahan Covid-19.
“Kami tegaskan kongres ini telah sesuai dengan protokol kesehatan, karena itu kami yakin nantinya peserta yang berasal dari luar Kota Ambon tidak akan kembali dengan klaster baru,” ujarnya.
Kritik Ketua Sinode
Sambutan Ketua MPH Sinode GPM, Pendeta J. A. S Werinussa, yang tak menginginkan pendeta menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Angkatan Muda GPM mendapat reaksi keras dari sejumlah peserta kongres.
Sebagai warga gereja, mereka kecewa dengan sambutan Werinussa, karena tidak menghadikan kesejukan, namun memecah belah.
“Sebagai warga gereja, kami terkejut dengan sambutan ketua sinode, dan sangat kecewa. Harusnya memberikan kesejukan, bukan pecah belah,” tandas salah satu peserta kongres, kepada Siwalima, tadi malam.
Peserta yang meminta namanya tak dipublikasikan ini, mengatakan, apa yang disampaikan oleh Werinussa salah besar. Yang namanya kader AMGPM, baik pendeta ataupun bukan, sama-sama mempunyai hak untuk mencalonkan diri. “Pendeta juga punya hak, ketua sinode jangan batasi,” ujarnya.
Ia juga menegaskan, tidak ada aturan yang mengharuskan pendeta yang mencalonkan diri atau dicalonkan sebagai Ketua Umum PB AMGPM meminta rekomendasi dari ketua sinode.
“Dari dulu tidak ada aturan harus minta rekomendasi. Kalau minta restu ya, tapi bukan rekomendasi. Jadi tidak ada syarat rekomendasi dari ketua sinode. Tapi kalau minta restu, dan tidak diberikan restu juga tidak apa-apa, karena bukan syarat,” tandasnya.
Peserta kongres lainnya juga menegaskan hal yang sama. Menurutnya, pendeta mempunyai hak untuk mencalonkan diri atau dicalonkan sebagai Ketua Umum AMGPM.
Sebagai warga gereja, ia meminta ketua sinode tidak melakukan intervensi untuk menentukan siapa yang akan menjadi Ketua Umum AMGPM. “Pendeta punya hak, tidak ada aturan yang melarang pendeta mencalonkan diri atau dicalonkan. Sebagai warga gereja, saya sangat menentang intervensi ketua sinode untuk mendukung calon tertentu,” tegasnya.
Ia juga menegaskan, tidak ada syarat yang mengatur bahwa pendeta yang mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi Ketua Umum AMGPM harus meminta rekomendasi dari ketua sinode.
“Omong kosong, kalau menyatakan bahwa harus ada rekomendasi dari ketua sinode. Tidak ada syarat itu,” ujarnya.
Ungkapkan Kegelisahan
Pendeta (Em.). I. W. J. Hendriks mengungkapkan kegelisahannya terhadap upaya menghalangi pendeta menjadi Ketua Umum AMGPM.
“Perkenankan saya berbagi kegelisahan saya sebagai seorang yang tetap peduli dengan GPM. Hari ini AMGPM memulai kongres mereka. Tersiar berita bahwa para pendeta tidak akan diberi rekomendasi untuk menjadi Ketua Umum AM GPM periode yang akan datang,” kata Hendriks pada postingan di akun sejumlah tokoh gereja yang beredar luas di media sosial.
Hendriks melihat ada keinginan untuk menempatkan seorang politisi menjadi Ketua Umum AMGPM. Ini yang membuat dirinya gelisah.
“Tampaknya ada keinginan untuk menempatkan seorang warga gereja sebagai Ketum AMGPM. Sebenarnya tidak ada yang salah pada ide ini, sepanjang tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku di AMGPM. Tetapi tersiar khabar pula bahwa warga gereja yang akan dicalonkan adalah seorang politisi aktif dengan jabatan yang penting. Kabar itu membuat saya gelisah. Mengapa seorang politisi? Mengapa yang sedang menduduki jabatan penting lagi?,” tandasnya.
Lanjutnya, sulit sekali untuk melepaskan pikiran bahwa AMGPM akan menjadi alat politik. Mengapa AMGPM sebagai organisasi pemuda gereja harus mengikat diri dengan kekuatan politik dalam masyarakat? Apakah ini menjadi tanda bahwa gereja mulai kehilangan imannya kepada Tuhan Yesus Kristus, Kepala Gereja, sehingga harus mengikat diri dengan kekuatan-kekuatan politik atau ekonomi dalam masyarakat?
“Bukankah AMGPM berdasarkan iman Kristen harus berkarya dengan bebas, independen dan berintegritas untuk kebaikan seluruh masyarakat? Dan bukankah ini yang harus menjadi fokus Kongres, yaitu memikirkan dan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang akan membuat AMGPM mengalami transformasi sehingga lebih mampu berkarya bersama berbagai komponen dalam masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam segala aspek? Mengapa perebutan kekuasaan yang menjadi fokus?,” ujarrnya.
Mantan Ketua Sinode GPM ini mengaku prihatin dan gelisah. Ia mengajak peserta kongres untuk berdoa memohon pencerahan Roh Kudus, sehingga mampu membedakan mana yang harus diperjuangkan dan mana yang harus ditolak.
“Saya sungguh prihatin dan gelisah. Karena itu saya mengajak peserta kongres, terutama pimpinan klasis, untuk berdoa memohon pencerahan Roh Kudus sehingga mampu membedakan mana yang harus diperjuangkan dan mana yang harus ditolak,” tandasnya.
Dikatakan, menjadi garam dan terang dunia adalah panggilan yang sangat mendesak sekarang ini. Bila diabaikan, maka garam akan menjadi tawar dan terang akan memudar. AMGPM akan kehilangan peran signifikannya dalam gereja dan masyarakat.
“Saya yakin Roh Tuhan akan berkarya di tengah-tengah kongres. Karena itu bukalah hati saudara-saudara untuk dicerahkan oleh Roh Kudus. Selamat berkongres,” ungkap Hendriks. (Cr-2)
Tinggalkan Balasan