AMBON, Siwalimanews – Rapat dengar pendapat guna menye­lesaikan kasus “Rubella” yang berujung penganiayaan harus ditunda padahal sudah diagendakan pada 3 Oktober.

Ketidakhadiran Kepala Dinas Pen­didikan Kota Ambon Ferdinand Tasso jadi penyebab batalnya agenda yang sudah dijadwalkan DPRD tersebut dan akan diagendakan ulang.

“Kita tunda rapat, kadis ada berang­kat, sekretaris dinas ada kegiatan,”ujar Ketua Komisi II DPRD Ambon Christianto Laturiuw ketika dikonfirmasi Siwalima, Selasa (3/10).

Menurutnya rapat dengan dinas dan pihak sekolah akan dijadwalkan ulang lagi sambil menunggu kepulangan Kadis Pendidikan. “Besok sesuai agenda kita rapat dengan dinas dan pihak sekolah,” ujarnya singkat.

Dipanggil DPRD

Baca Juga: Sejumlah Satker Terima Bantuan Notebook

Diberitakan sebelumnya, guna mencari solusi dan menyelesaikan permasalahan kasus “Imunisasi Rubella”, DPRD akan meminta penjelasan dari Dinas Pendi­dikan dan SD Xaverius Ambon.

Ketua Komisi II DPRD Kota, Chris­tianto Laturiuw, kepada Siwalima, di Baileo Rakyat Belakang Soya, Senin (2/10) mengatakan jadwal pertemuan akan dilakukan pada Selasa (3/10).

“Besok kita panggil guna membahas persoalan yang terjadi pada Rabu 27 September kemarin. Nanti kita dengar penjelasannya seperti apa,” ujarnya.

Ia mengaku ketika  menjalankan ke­bijakan yang berkaitan dengan kese­hatan seseorang atau katakanlah se­orang anak, atau siswa maka mestinya diperlukan persetujuan atau pendam­pingan dari orang tua.

“Anak yang diimunisasi, adalah anak usia 6 atau 7 tahun itu. Ini bukan per­soalan tidak mendukung program pemerintah, kita bicara dulu apakah yang dilakukan pihak sekolah sudah sesuai? Bukan karena orang tua belum merespon kemudian sekolah atau guru berhak mengambil tindakan tanpa pendampingan,” katanya.

Olehnya menyangkut kesehatan anak, alangkah baiknya dibicarakan terlebih dahulu, baik dengan komite atau orang tua. Terkait anaknya yang terancam di­keluarkan dari sekolah dan aksi mogok ia mengatakan jika dilakukan tanpa ada proses yang sesuai, maka itu tindakan semena-mena.

Saling Klaim

Diberitakan sebelumnya, orang tua murid dan pihak Sekolah Dasar Xaverius Ambon saling klaim benar dalam kasus “imunisasi” yang berbuntut pengania­yaan dan saling lapor ke polisi.

Peristiwa ini bermula dari amukan orang tua murid kepada pihak sekolah yang viral di media sosial sejak, Rabu (4/9).

Dimana imunisasi Rubella yang dilaksanakan untuk anak kelas 1 SD Xaverius Ambon, namun sayangnya orang tua dari siswa YK tidak diberitahu terlebih daluhu.

Ibu dari YK, Hilda Talahatu dan suaminya tidak terima dan mengamuk dan kemudian peristiwa ini viral di jagad maya. Pihak sekolah yang tidak terima lantaran dipermalukan oleh orang tua siswa kemudian angkat bicara.

Sekretaris Yayasan Pendidikan Kato­lik Keuskupan Amboina, John Dumatu­bun mengaku imunisasi Rubella meru­pakan program pemerintah. “Perlu diluruskan dulu. Istilah vaksin tidak ada, imunisasi bukan vaksinasi,” tegasnya kepada wartawan, Jumat (30/9).

Menurutnya bahkan di pagi hari sebelum pemberian imunisasi pun sekolah kembali mengingatkan orang tua murid.

Disayangkan Pemerintah

Sementara Penjabat Walikota Ambon Bodewin Wattimena angkat bicara terkait peristiwa itu.

“Apa yang pemerintah lakukan itu untuk kebaikan. Imunisasi ini kan bukan kita suntik racun. Yang disuntik justru untuk membangun imunitas anak terhadap penyakit tertentu, termasuk Rubella,” ujar kata walikota kepada wartawan, Jumat (29/9).

Dengan itu sambungnya, maka mestinya apa yang menjadi kebijakan pemerintah untuk melakukan imunisasi terhadap anak-anak, perlu didukung. Bukan justru membuat onar, yang mengakibatkan para murid lainnya merasa ketakutan.

Diancam Orang Tua

Sementara itu, Guru Lidya Toisutta menjelaskan orang tua murid (ayah) yang merupakan anggota Propam Polda Ma­luku naik ke kelas sambil marah-marah.

Oknum orang tua ini  menarik anaknya langsung turun ke lantai 1 tanpa ber­henti ngamuk. “Marah-marah ke saya lalu tunjuk-tunjuk saya, ancam saya bahwa apabila terjadi sesuatu ke anaknya akan melaporkan saya dan menuntut saya beserta sekolah ini,” ujarnya kepada wartawan.

Klarifikasi 

Ditempat berbeda Hilda Talahatu, ibu dari anak yang mendapat suntikan imunisasi kepada wartawan, Sabtu (29/9) memberikan klarifikasi.

“Saya memang tidak sempat melihat pesan WA pada hari Selasa itu. saya baru merespon pesan hari Rabu, sekitar pukul 09.56 WIT, dengan menuliskan pesan grup itu, “Ibu, Yella Kolohuwey tidak ikut suntik”. Tapi ternyata anak saya sudah selesai diimunisasi,” tuturnya.

Ia mengaku pasca imunisasi, anaknya sakit dan sempat dirawat di RS. Bhayangkara. (S-25)