Jaksa Tambah Penahanan Askam Tuasikal Cs
AMBON, Siwalimanews – Setelah dinyatakan berkas lengkap, tim penyidik Kejari Maluku Tengah kemudian melimpahkan tahap dua yakni tiga tersangka dugaan korupsi dana BOS Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ke Jaksa Penuntut Umum
Pelimpahan berkas dengan tiga tersangka yaitu, mantan Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Malteng, Askam Tuasikal, Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Malteng, yang juga mantan manager dana BOS, Oktavianus Noya dan Munnaidi Yasin, Komisaris PT Ambon Jaya Perdana sebagai penyedia.
Kejari Malteng akhirnya menahan tiga tersangka selama 20 hari, mulai dari 25 September-14 Oktober 2023 di Rutan Kelas II Ambon.
Pelimpahan dilakukan oleh tim penyidik yang dipimpin Junita Sahetapy selaku Kasi Pidsus Kejari Maluku Tengah.
“Hari ini telah dilakukan pelimpahan dari Penyidik Kejaksaan Negeri Maluku Tengah kepada Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Maluku Tengah terkait dengan perkara dimaksud,” kata Sahetapy kepada Siwalima, Senin (25/9).
Baca Juga: Puluhan Mahasiswa Poltek Demo Tuding Kejari Sekongkol dengan DirekturSahetapy menjelaskan, tim penyidik melihat ketiga tersangka telah memenuhi syarat objektif dan subjektif, dengan objektif Pasal 21 ayat (4) KUHAP.
Selain itu, berkas penyidikan pada hari Jumat, 22 September 2023 sudah dianggap lengkap atau P21 oleh Jaksa Penuntut Umum Kejari Malteng.
Selanjutnya, tim Penuntut Umum akan membuat surat dakwaan untuk dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor Ambon.
“Tim Penyidik Kejaksaan Negeri Maluku Tengah pada saat ini akan melakukan penahanan selama 20 (dua puluh) hari terhitung mulai tanggal 25 September 2023 sampai 14 Oktober 2023 di Rumah Tahanan Kelas IIA Ambon, untuk selanjutnya Penuntut Umum mempersiapkan surat dakwaan dan dokumen terkait lainnya untuk segera dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor Ambon,” ujarnya.
Sahetapy melanjutkan, para tersangka dalam pengelolaan dana BOS telah melakukan penyalahgunaan dua kegiatan pada tahun anggaran 2020-2021 yakni, BOS afirmasi dan BOS kinerja
Sedangkan pada tahun anggaran 2021-2022 adalah BOS reguler yang secara keseluruhan terdiri dari pengadaan fiktif satelit internet untuk sekolah serta melanggar Permendikbud Nomor 6 tahun 2021,
Akibat perbuatan tersangka tersebut menyebabkan timbulnya kerugian negara kurang lebih Rp.3.993.000.000, sesuai dengan hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Maluku.
Para tersangka disangkakan Pasal 2 ayat (1). Pasal 3 Jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. dengan Undang-Undang nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana, dengan maksimal penjara selama 20 tahun.
Untuk diketahui, dalam perkara ini penyidik juga melakukan penyitaan uang tunai 327.000.000 juta dari tersangka Okto Noya.
Terhadap para tersangka dilakukan penahanan pada tahap penyidikan selama 20 hari mulai tanggal 24 Agustus 2023 sampai 12 September 2023 di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Masohi di Masohi.
Sebelumnya diberitakan, Penyidik Kejari Malteng menemukan sejumlah bukti baru dugaan korupsi Dana Bos Tahun Anggaran 2021-2022 bernilai Rp61,1 miliar.
Bukti-bukti baru tersebut kemudian mempermudah tim penyidik Kejari Malteng mengungkap siapa pelaku dibalik dugaan korupsi yang menguras anggaran jumbo tersebut, bahkan saat ini penyidik telah mengantongi calon tersangka.
Penemuan bukti baru tersebut setelah penyidik Kejari Malteng menggeledah rumah Dinas Kepala Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Askam Tuasikal, Rabu (16/8).
“Jadi kami menemukan sejumlah bukti baru dan bukti tambahan dari penggeledahan itu, yang tidak diserahkan oleh para saksi,” ungkap Kasi Pidsus Kejari Malteng, Junita Sahetapy kepada Siwalima melalui telepon selulernya.
Selain menggeledah rumdis Kadis BPKAD, tim penyidik Kejari Malteng juga menggeledah ruangan manager dana Bos Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Malteng, serta ruangan operator dana Bos Frits Lukas Sopacua di Negeri Soahuku, Kecamatan Amahai.
Dikatakan, bukti yang diperoleh dalam penggeledahan itu sebelumnya telah diminta oleh penyidik namun tidak diserahkan.
Sahetapy mengaku, pihaknya telah mengantongi calon tersangka dalam kasus bernilai jumbo itu. Namun demikian pihaknya masih menunggu perhitungan kerugian negara oleh BPKP Maluku.
Dia menegaskan, pihaknya akan segera mengajukan surat penetapan penggeledahan ke pengadilan Tipikor Ambon. (S-26)
Tinggalkan Balasan