Infrastruktur Kesehatan Kota
SETELAH 1,5 tahun pandemi covid-19 berjalan, banyak keluarga, para orangtua, dan anak-anak mereka seolah sudah kehabisan bensin. Orangtua mana yang tidak merasa lelah bekerja, mengurus rumah tangga sekaligus dikejar waktu kantor, dan harus fokus saat mendampingi anak-anak belajar secara daring dari rumah. Belajar daring berkepanjangan berpotensi memicu depresi pada anak-anak. Para orangtua pun melakukan berbagai cara untuk meredam kegelisahan anak-anak, mulai menciptakan suasana belajar menyenangkan, berkreasi menghadirkan beragam permainan di rumah, mengajak berlibur ke tempat wisata sambil belajar, hingga berkonsultasi ke psikolog untuk mengontrol emosi pada kondisi tertentu.
Tantangan Wabah korona telah membawa peluang untuk memperbaiki banyak hal. Krisis kesehatan ini dibicarakan banyak pihak di skala global, nasional, regional, hingga lokal. Upaya pemulihan kesehatan kota perlu memperhitungkan kemungkinan terburuk, bahwa virus korona dan varian barunya mungkin tidak akan pernah benar-benar hilang. Ini menjadi risiko dan tantangan kehidupan kita untuk lebih serius mewujudkan kota lebih sehat. Lalu, langkah apa yang harus dilakukan? Pertama, infrastruktur kota sehat. Urbanisme dan kesehatan memegang peranan penting terhadap bentuk dan desain perkotaan, serta konektivitas. Kota dan wabah sangat berkaitan karena wabah mudah menyebar di kota-kota besar padat penduduk. Mobilitas di kota sangat tinggi karena desain kota tidak kompak dan tidak terpadu.
Tata kelola perkotaan turut berperan penting dalam mengurangi wabah penyakit dan menghentikan penyebaran virus korona. Pemerintah harus memberikan kemudahan akses fasilitas kesehatan rumah sakit, puskesmas, klinik kesehatan, apotek, dan laboratorium untuk memastikan layanan kesehatan masyarakat memadai. Kedua, infrastruktur perumahan dan permukiman. Tempat tinggal dan lingkungan layak huni, sehat, aman, nyaman, serta sarana dan prasarana aksesibilitas yang mendukung kegiatan masyarakat. Ruang terbuka hijau ramah anak, lansia, disabilitas berupa taman terapi untuk berolahraga, relaksasi, refleksi, dan pemulihan kesehatan. Bangunan rumah dirancang ramah lingkungan, menyehatkan penghuni, serta memberi kemudahan untuk beraktivitas dari rumah. Banyak bukaan jendela untuk mengalirkan udara segar dan memberikan cahaya ke ruangan. Jalanan dan trotoar yang aman dan nyaman serta jalur sepeda yang terpadu. Ketiga, infrastruktur kesehatan masyarakat. Pemerintah harus mempercepat program vaksinasi massal untuk seluruh masyarakat.
Vaksinasi covid-19 bertujuan meningkatkan kekebalan tubuh individu atau kelompok sehingga bisa mencegah infeksi atau penyakit berat akibat covid-19, terbentuk antibodi dan memori imunologis yang bisa mencegah seseorang terinfeksi atau sakit covid-19 berat. Tolok ukur keberhasilan program imunisasi masif ditentukan seberapa orang tervaksinasi pada satu populasi.
Pengendalian penyebaran korona juga bergantung pada tingkat kedisiplinan warga, untuk mengubah cara hidup mematuhi protokol kesehatan. Kewajiban 5M berupa wajib memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak fisik, menghindari kerumunan, serta membatasi mobilitas keluar rumah. Mereka menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Makan makanan sehat, bergizi, dan higienis. Berolahraga ringan secara rutin setiap pagi di taman sambil berjemur, agar tubuh tetap bugar dan sehat. Istirahat yang cukup dan tidak tidur larut malam, serta menghindari stres. Rumah dijaga tetap bersih dan sehat. Keempat, infrastruktur kebijakan pemerintah. Keberpihakan pemerintah daerah terhadap masyarakat tecermin dari kebijakan peraturan daerah, alokasi anggaran daerah, serta tingkat partisipasi masyarakat. Kepala daerah dapat melakukan evaluasi dan realokasi anggaran, ke anggaran prioritas darurat, yakni penanganan wabah korona, program vaksinasi warga, dan percepatan pemulihan ekonomi daerah. Pemerintah perlu melakukan penelitian lanjutan, terkait dengan upaya meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat, mobilitas perkotaan, suplai makanan dengan keberlanjutan perekonomian warga, seberapa lama interaksi daring bertahan, dan bisa mengompensasi interaksi sosial.
Baca Juga: DBD Meningkat, Pemda Perlu Kerja KerasGerakan kesehatan masyarakat harus terus digaungkan dan diimplementasikan di kota sehat. Kelima, di tengah ketidakpastian kapan pandemi akan berakhir, kemauan dan kemampuan untuk beradaptasi menjadi sangat penting di kala pandemi covid-19 yang masih tinggi, serta bersiap menyongsong kenormalan baru. Mereka tetap didorong untuk aktif, produktif berkarya, dan mandiri. Pembelajaran ini tidak terbatas pada keterampilan fisik saja, tetapi juga keterampilan nonfisik. Baik individu maupun perusahan/perkantoran/pemerintahan, sekarang perlu memikirkan bagaimana memupuk rasa ingin tahu, sebagai pembakar semangat hidup di kala pandemi. Tak ada alasan untuk mengatakan bahwa kita sudah purnabelajar. Kita harus menciptakan momentum dan produktivitas dalam bekerja, belajar, berniaga, bahkan beribadah, sebagai wujud syukur atas kesehatan kota dan kita.( Nirwono Joga, Pusat Studi Perkotaan)
Tinggalkan Balasan