AMBON, Siwalimanews – Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon, menggelar kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) di Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat.

Kegiatan PKM yang dipusatkan di SMPN 2 Kairatu Barat tersebut, merupakan salah satu tugas dan tanggungjawab dari para dosen yang tertuang di dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, selain pendidikan dan pembelajaran maupun penelitian.

15 Tim yang ditutunkan dalam kegiatan ini terdiri dari dosen dan mahasiswa yang dipimpin oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga  IAKN Ambon.

Kegiatan yang dijadwalkan berlangsung 12-16 oktober 2020, diikuti 25 guru dari berbagai mata pelajaran dan jenjang kelas yang ada di sekolah tersebut.

Wakil Kepsek SMPN 2 Kairatu Barat Bidang Akademik Munthe Patty saat membuka kegiatan itu mengatakan, kegiatan PKM sangat baik, melihat kondisi saat ini yang menuntut kegiatan pembelajaran dilakukan dari rumah sehingga bisa membantu para guru.

Baca Juga: Banyak Hambatan pada Proses Belajar Daring

Sementara Warek I Yanze Z  Rumahuru menjelaskan, pembelajaran  berbasis daring bukan saja dilaksanakan karena adanya covid-19, namun memang tuntutan perkembangan zaman ditambah dengan adanya pandemi ini membuat semua orang dipaksakan secara cepat harus mengusasi model pembelajaran seperti ini.

Kegiatan sosialisasi sekaligus pelatihan dan pendampingan kepada para guru ini diawali dengan sosialisasi yang bertemakan transformasi budaya pembelajaran di era normal baru pasca covid -19.

Kemudian dilanjutkan dengan pelatihan dan pendampingan kepada para guru terkait metode pembelajaran interaktif berbasis daring dengan memanfaatkan platform sederhana dan mudah digunakan untuk proses belajar mengajar secara daring, seperti google class room, facebook, whatsapp, dan google form.

Para guru antusias mengikuti kegiatan tersebut, berbagai kendala yang di hadapi mereka dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode luring selama pandemi ini, seperti kurang adanya perhatian para orang tua dalam mendukung anak mereka.

Selain itu tempat tinggal siswa yang jauh sehingga membuat waktu yang normalnya proses pembelajaran sekitar 45 menit menjadi 25 menit untuk setiap kelompok klaster, karena harus berpindah ke kelompok yang lain lagi.

Semangat para peserta terlihat saat pelatihan dan pendampingan, dimana terjadi kesalahan teknis akibat padamnya lampu. Namun mereka tetap semangat mengikuti walau fasilitator menjelaskannya menggunakan smartphone. (Cr-1)