NAMLEA, Siwalimanews – Tiga orang  mahasiswa di Kabupaten Buru ter­infeksi virus corona ber­dasarkan hasil rapid test atau tes cepat.

Mereka masing-ma­sing dua mahasiswa asal Bu­ru yang datang dari Ja­karta dan punya riwayat kontak dengan pasien da­lam pengawasan (PDP) asal Alor, NTT, AMM alias Ansar palsu. AMM positif berdasarkan uji rapid test.

Kemudian satu maha­siswa dari Malang, Jawa Timur, yang tinggal di Desa Waemiting, Kecamatan Liliyali.  Ia dievakuasi dari dalam kam­pung untuk diisolasi di Pengi­napan Silta, karena hasil rapid test juga terbaca positif.

Jubir Gugus Tugas Covid-19 Ka­bupaten Buru, Nani Rahim kepada wartawan di Namlea, Rabu pagi (15/4), mengungkapkan, kalau dua mahasiswa adat Buru yang kuliah di Jakarta ini punya riwayat kontak langsung dengan mahasiswa NTT, AMM.

Sebagaimana diberitakan, ok­num mahasiswa asal NTT ini ber­libur ke Buru dengan memakai identitas mahasiswa lain dan mengaku sebagai Ansar.

Baca Juga: Kabupaten Aru Belum Miliki Tempat Karantina

Oknum yang di facebook mema­kai nama Halik Moka itu, dari ruang isolasi RST dr. Latumeten Ambon menuding ada konspirasi politik dalam penanganan Covid-19 yang ikut melibatkan pers.

Termonitor dalam akun face­book-nya hari ini, Halik Moka sempat memposting gambar yang berisi foto seseorang dan ada kalimat, “Awas, anggaran Corona disalahgunakan untuk kepenti­ngan politik Pilkada 2020,” dan di bawahnya ada tertulis nama, Abdullah Kelrey.

Halik Moka juga menulis bebe­rapa bait kata di atasnya, ”Sekali-kali kita mengawasi mereka. Ja­ngan kita yang diawasi dan dieva­kuasi.#Lagi musim”. Di sejumlah akun facebook milik orang lain, juga beredar informasi kalau PDP asal NTT ini hasil PCR-nya sudah keluar dan terbaca negatif.

Namun Nani Rahim dan Sekre­taris Covid-19 Kabupaten Buru, Azis Tomia dalam jumpa pers dengan wartawan menangkis informasi hoax itu. Keduanya memastikan hasil PCR PDP ini belum keluar. “Baru pengambilan sampel.air liur kedua. Hasilnya belum keluar,” beber Nani Rahim.

Kepada Siwalima, Gugus Tugas juga mengakui ada terjadi keke­liruan yang dilakukan oknum te­naga kesehatan dari Puskesmas Namlea yang menerbitkan surat keterangan sehat kepada maha­siswa berinisial WW. Surat itu diberikan sebelum uji rapid test dilakukan. “Suratnya dikeluarkan pagi. Beberapa jam kemudian baru tenaga kesehatan dari satgas lakukan uji rapid test dan hasilnya terbaca positif,” kata Azis Tomia.

Kemudian Nani Rahim lebih jauh mengungkapkan, WW dari awal sudah jalani isolasi di Pengi­napan Silta.  Sedangkan JW dari awal kedatangan di Namlea akhir Maret lalu dikarantina di Pengi­napan Senyum Bupolo bersama mahasiswa asal NTT yang turut mengekor mahasiswa adat ini ke Namlea.

Pada uji rapid test tanggal 8 April lalu, terhadap JW dan WW hasilnya terbaca negatif. Hanya rekan mereka yang dari NTT terbaca positif.

Namun dalam uji kedua tanggal 14 April, uji rapid test terhadap rekan-rekan PDP ini telah terbaca positif untuk JB dan WW.

“JB dari awal tidak menunjukan gejala dan masuk dalam kategori orang tanpa gejala (OTG). Tapi di rapid test ini terbaca positif,” ujar Nani Rahim.

Walau JB, WW dan AA sudah di­eva­kuasi dan diisolasi di Pengi­napan Senyum Bupolo, tim kese­hatan Gugus Tugas Covid-19 Ka­bupaten Buru belum memasukan mereka bertiga dalam status PDP. Alasannya, karena ketiganya tidak menunjukan gejala sakit atau masih sehat. Namun hasil rapid test terbaca positif.

Menurut Nani Rahim, hasil positif rapid test  tiga mahasiswa ini telah dilaporkan ke Gugus Tugas Covid-19 Maluku dan Dinas Kesehatan  Maluku. Nanti ada tim dari provinsi yang turun ke Buru untuk me­ngambil swab tenggorokan untuk diuji PCR “Tidak dikirim ke Ambon, karena rumah sakit sudah penuh,” ujar Nani .

Nani juga menambahkan, se­lama ini yang masuk OPD seba­nyak 89 orang. Selesai dipantau sebanyak 57 orang,  setelah se­lesai jalani karantina dan dinyata­kan sehat.

ODP kini tersisa 32 orang. “Insya Allah satu atau dua hari kedepan tim dari Dinas Kesehatan Maluku akan datang untuk mengambil swab tenggorokan tiga orang ini yang semuanya hasil rapid test positif,” tambah Nani Rahim.

Tim satgas juga mengawasi arus kedatangan ke Kabupaten Buru dan mencatat ada 1.388 orang dengan tidak resiko. Namun selalu dipantau. “Nanti kalau ada yang menimbulkan gejala, maka akan kita lakukan pemeriksaan dengan rapid test,” tegas Nani Rahim.

Gugus tugas menghimbau masyarakat agar selalu jaga jarak. Tidak keluar rumah untuk hal yang tidak penting, dan untuk sementara tidak melakukan perjalanan ke daerah-daerah yang masuk zona merah. (S-31)