AMBON, Siwalimanews – Lelaki asal Makassar, Sulawesi Selatan itu ditemukan tewas di lokasi tambang Gunung Botak, kemarin siang.

Siapa bilang tidak ada aktivitas di tambang emas Gunung Botak,  Kabu­paten Buru. Buktinya, satu penam­bang tewas usai menebang pohon di longsoran Gunung Botak.

Informasi yang dihimpun, penam­bang itu diketahui bernama Roto. Kabar tewasnya pria 52 tahun itu sempat menggegerkan warga yang tinggal di sekitar kawasan tambang.

Hal itu dikarenakan, selama ini tidak ada aktivitas penambangan lantaran ditutup aparat kepolisian.

Roto asal Makassar Provinsi Sula­wesi Selatan itu tewas Senin (23/8), sekitar pukul 13.30 WIT.

Baca Juga: Penjaringan Seleksi Sekot Ambon Terhambat

Kabar tewasnya Roto sempat sim­pan siur, namun beredar luas. Sejum­lah penambang yang enggan nama­nya dikorankan mengaku Roto tewas akibat sakit keras di lokasi tambang. Sementara kabar lainnya Roto tewas muntah darah akibat menebang pohon yang dianggap keramat bagi masyarakat adat setempat.

“Setahu kami, Roto itu usai mene­bang pohon kayu Samama di long­soran Gunung Botak tiba-tiba saja muntah darah dan langsung ping­san. Setelah ditolong, korban ter­nyata sudah meninggal,” ungkap salah satu penambang.

Gunung Botak akhir-akhir ini ramai, lantaran aktivitas penambang kembali mulai menggeliat. Meskipun begitu, aparat kepolisian di Kabu­paten Buru terkesan tertutup terkait informasi tewasnya Roto.

Kapolres Pulau Buru, AKBP Egia Febri Kusumawiatmaja yang dikon­firmasi perihal meninggalnya Roto tidak berhasil dihubungi lantaran saluran telepon selulernya berada di luar service area.

Sedangkan Paur Humas Polres Pulau Buru, Aiptu MYS Djamaludin yang dihubungi mengaku belum mengetahui informasi meninggalnya Roto lantaran sedang berada di Kota Ambon.

Untuk diketahui, sumber Siwalima di Gunung Botak mengungkapkan, peristiwa itu berawal dari Roto ber­sama beberapa rekannya ber­akti­vitas di kawasan longsoran yang di kalangan para penambang diakui sangat melimpah dengan kandu­ngan emas.

Kemudian ada yang menyuruh­nya untuk menebang satu pohon kayu Samama yang selama ini tidak pernah disentuh para penambang.

Banyak yang enggan menebang pohon itu, karena di kalangan masyarakat adat, diketahui tumbuh di lokasi yang dikeramatkan.

Setelah pohon itu tumbang, lanjut sumber ini, selang 10 menit kemudian Roto tiba-tiba muntah darah, pingsan  dan langsung tewas di tempat kejadian perkara. Setelah diketahui meninggal, korban dibawa turun dari GB menuju Jalur D, Desa Persiapan Wamsait , tempat korban selama ini tinggal sejak ia menjadi penambang di sana.

Korban juga sempat dilarikan ke Puskesmas terdekat guna memastikan penyebab kematiannya. Beberapa penambang lainnya dihubungi terpisah memberikan keterangan berbeda. Mereka yakin kalau Roto selama ini sudah sakit-sakitan.

Walau sakit, dan agar tetap bisa mendapatkan rejeki, ia memaksa untuk mengikuti rekan-rekannya bekerja di  gunung botak.

Namun untung belum dapat diraih, korban tidak terhindar dari musibah. Roto meninggal saat pohon selesai ditebang. Masyarakat setempat meyakini kematiannya berbau mistik.

“Ada masyarakat adat meyakini Roto kena bahala, lantaran potong pohon kayu samama besar di tempat keramat. Selama ini pohon kayu besar itu tidak pernah dipotong. Begitupun saat tambang masih ramai dikunjungi penambang, pohon itu tidak ada yang berani menebangnya,” ujar sumber. (S-31)