Gubernur tak Layak Pertahankan Direktur RS Haulussy
AMBON, Siwalimanews – Wakil Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Maluku, Rovik Akbar Afifuddin mempertanyakan alasan Nasaruddin masih dipertahankan Gubernur Maluku sebagai Direktur RS Haulussy.
Padahal, sejak dilantik gubernur dan memimpin rumah sakit plat merah tersebut hingga saat ini, terjadi persolaan yang belum mampu dituntaskan oleh Nasaruddin termasuk pembayaran insentif Covid-19 bagi 1.032 tenaga kesehatan.
“Kalau saya diganti saja karena lemah dari sisi kebijakan manajemen sangat lemah apalagi dia bukan tipikal pemimpin yang suka terhadap resiko, karena sering menghindar dari resiko,” tegas Rovik kepada wartawan di Gedung DPRD Maluku, Selasa (4/4).
Menurutnya, Nasaruddin tidak dapat memimpin sebuah institusi besar seperti RS Haulussy yang mana terdapat sebuah visi besar saat Pemerintah Provinsi Maluku membentuk rumah sakit tersebut sebagai pusat rujukan masyarakat Maluku.
Nasaruddin kata Rovik, harus mencatat bahwa salah satu visi dan misi Gubernur Maluku Murad Ismail dan Wakil Gubernur Maluku Barnabas Orno adalah, menjadikan RS Haulussy sebagai RS bertaraf internasional.
Baca Juga: Usul Penjabat Walikota Ambon, Dewan Kirim Tiga NamaTetapi jika seorang Direktur RS Haulussy memiliki model kepemimpinan seperti ini maka, akan sangat sulit sebab masalah yang kecil seperti pembagian insentif tenaga kesehatan saja tidak berani bagaimana mungkin berani mengembangkan RS menjadi RS bertaraf internasional.
“Kalau direktur model seperti itu urusan bagi jasa saja takut bagaimana berani mengembangkan RS menjadi taraf Internasional, dan saya pastikan dia tidak mampu untuk membawa RS lebih maju. Ada banyak anak negeri yang memiliki pengalaman, kemauan dan cita-cita yang sama menjadikan RS sebagai rumah sakit terbaik di Maluku,” ujar Rovik.
Lanjutnya, saat ini di Maluku sudah ada RS Siloam dan RSUP Dr Leimena yang memiliki pelayanan terbaik dengan suasana yang nyaman, berbeda dengan RS Haulussy yang jauh dari kenyamanan padahal letak RS Haulussy sangat strategis berada di pusat Kota Ambon.
“Situasi RS Haulussy tidak seperti itu masih lebih baik situasi di RST, Alfatah dan Sumber Hidup, padahal ada dalam pusat Kota Ambon,” bebernya.
Politisi PPP Maluku ini menambahkan, persoalan yang mengrorong RS hari ini juga disebabkan telah hilangnya kepercayaan antara pemimpin dan bawahan artinya, pegawai RS sudah kehilangan pemimpinnya sehingga jangan salahkan jika tenaga kesehatan mencari tempat mencurahkan kegagalan. “Tidak boleh disalahkan bukan diancam dipindahkan ketiak ke DPRD. Ini perilaku yang tidak pantas,” tungkasnya.
Janji Awasi
Komisi IV DPRD Provinsi Maluku memastikan, terus mengawal ketat realisasi pembayaran insentif bagi 1.032 tenaga kesehatan yang melayani pasien Covid-19 di RS Haulussy, Ambon.
Salah satu langkah nyata yang akan dilakukan Komisi IV yakni melakukan on the spot ke RS Haulussy untuk melakukan pengawasan terhadap realisasi program yang dibiayai dengan APBD maupun APBN, termasuk mengecek langsung progres pembayaran insentif tenaga kesehatan.
“Besok Komisi IV akan melakukan kunjungan pengawasan ke RS Haulussy untuk melihat program APBD dan APBN disana, termasuk kita akan melakukan pengawasan terhadap pembayaran jasa Covid-19,” ungkap Rovik.
Rovik menegaskan, secara pribadi seluruh pimpinan dan anggota Komisi IV DPRD Provinsi Maluku sudah merasa sangat tidak nyaman dengan sikap manajemen RS berplat merah itu, Pasalnya manajemen RS tidak konsisten dengan setiap kesepakatan yang dilakukan bersama.
“Di DPRD bicaranya lain sampai di RS lain lagi kebijakannya mulai alasan nomor rekening, juknis, inspektorat, BPK termasuk alasan PPK yang mundur. Jadi besok kita akan pastikan semuanya,” tegas Rovik.
Salah satu langkah yang akan dilakukan komisi, kata Rovik yakni, memanggil tim juknis untuk melihat seberapa jauh realisasi instruksi Inspektorat Maluku sebab yang diperlukan hanyalah sosialisasi yang dibuktikan dengan tanda tangan sesuai arahan Inspektorat.
Menurutnya, semua persoalan yang terjadi di RS Haulussy menunjukkan kepemimpinan Nasaruddin sebagai Direktur Rumah Sakit milik pemerintah Provinsi Maluku ini sangat lemah, sebab rekomendasi yang diterbitkan Inspektorat Maluku tidak ada masalah. “Jadi besok (hari ini-red) kita akan memastikan semua proses pembayaran insentif tenaga kesehatan di RS berjalan sesuai dengan kesepakatan sebelum lebaran, sudah dibayarkan,” tegas Rovik. (S-20)
Tinggalkan Balasan