Generasi Muda Sebagai Game Changer di Presidensi G-20
BERI aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia. Sebuah ungkapan luar biasa dari Bung Karno terkait dengan peran pemuda. Melalui Presidensi G-20 yang mengusung tema Recover Together, Recover Stronger, Indonesia mendorong pemulihan ekonomi global yang inklusif, kuat, dan berkelanjutan. Forum kerja sama multilateral ini menjadi wadah untuk menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang di dunia, dan mengakselerasi pemulihan di sisi kesehatan dan ekonomi. Melalui G-20, pemuda Indonesia dapat memberikan andil besar dalam menentukan arah kebijakan serta menjadi wadah konsultasi resmi bagi kaum muda di seluruh negara G-20 untuk berdiskusi masalah global. Kesempatan memperkuat peran pemuda dalam Presidensi G-20 ini menjadi semakin besar karena didorong juga dengan kondisi Indonesia yang saat ini memiliki piramida penduduk.
Menurut data dari Bappenas, piramida penduduk Indonesia didominasi usia produktif yaitu pada rentang usia 20-40 tahun, terbanyak di usia 30-an. ‘Dari Kita Dulu’, itulah yang mampu menjadi jargon para kaum muda dalam berpartisipasi aktif di Presidensi G-20 Indonesia. Tak harus dalam lingkup yang luas, Presidensi G-20 memiliki kesempatan untuk mendorong kaum muda Indonesia sebagai pemimpin masa depan untuk meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan global, bertukar ide, berargumen, bernegosiasi, hingga mencapai konsensus. Lebih dari itu, para pemuda Indonesia pun mampu mewujudkan penyegaran dalam beberapa aspek yang turut menjadi fokus di Jalur Sherpa G-20.
Jalur Sherpa membahas isu-isu ekonomi nonkeuangan seperti sektor energi, pembangunan, pariwisata, ekonomi digital, pendidikan, tenaga kerja, pertanian, perdagangan, investasi, industri, kesehatan, antikorupsi, lingkungan, hingga perubahan iklim. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto tentang beberapa isu penting yang perlu menjadi fokus kaum muda secara nasional dan global, yaitu ketenagakerjaan, transformasi digital, lingkungan, khususnya terkait transisi dari ekonomi tradisional menjadi ekonomi sirkular, serta keberagaman dan inklusivitas. Dalam aspek ketenagakerjaan, Presidensi G-20 Indonesia mampu menggali potensi Indonesia untuk memperluas lapangan kerja, utamanya pada sektor pariwisata. Berdasarkan catatan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), saat ini jumlah kamar hotel bintang dan tidak berbintang di Bali berjumlah sekitar 160 ribu. Tingkat okupansinya berkisar 40an%.
Untuk menjaga kinerja bisnis, saat ini para pelaku usaha hotel di Bali berstrategi menawarkan potongan harga alias diskon hingga 40% serta bekerja sama dengan agen pariwisata. Hal ini mampu menjadi angin segar bagi pariwisata, khususnya di Bali untuk membangkitkan geliat wisatawan lokal maupun mancanegara untuk menikmati elok paras Bali. Tak hanya itu, jika melihat dari sepak terjang Indonesia dalam lingkup global, banyak peran yang telah dimainkan oleh Indonesia dalam isu pariwisata seperti perhelatan world superbike (WSBK) dan perhelatan ajang balap internasional MotoGP 2022 di Mandalika, Nusa Tenggara Barat. Peran global inilah yang diharapkan mampu menjadi amunisi semangat para kaum muda untuk memberikan sinyal akan kesiapan Indonesia di kancah dunia. Laku para pemuda Indonesia pun memilliki sepak terjang yang baik pada aspek entrepreneurship (kewirausahaan). Melihat dari isu ekonomi kreatif, generasi muda tidak hanya berperan sebagai job seeker, namun bisa menjadi job creator. Hal yang menarik adalah tren karya anak bangsa yang semakin nyentrik!
Salah satunya tampilan Presiden Jokowi yang semakin keren karena menggunakan jaket custom edisi terbatas dengan tema G20 Indonesia. Berdasarkan siaran pers Sekretariat Presiden, jaket tersebut merupakan buatan produsen lokal asal Kota Bandung, Rabbit and Wheels. Jaket tersebut didominasi warna hitam dengan sedikit aksen warna hijau tua di bagian lengan dan bahu. Di bagian depan jaket, terbentang tulisan G20 Indonesia 2022 dengan slogannya Recover Together, Recover Stronger tersemat di bagian dada sebelah kiri. Jaket G20 Indonesia tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak karya anak bangsa yang menarik dan telah dipasarkan baik secara daring maupun luring. Hal inilah yang seharusnya dilakukan oleh para kaum muda Indonesia untuk menjadikan Presidensi G-20 Indonesia sebagai momentum untuk menarik perhatian dunia. Kaum muda Indonesia juga mampu berperan aktif dalam transformasi digital. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan fintech selama beberapa tahun terakhir sangat fenomenal.
Baca Juga: Harga Pangan, Pandemi Covid-19 dan KemiskinanBanyak sekali bermunculan produk dan layanan digital yang inovatif dan kompetitif. Program riil yang dibangun oleh pemuda, seperti sejumlah digital platform dalam pembayaran elektronik, medium untuk belajar, serta melakukan e-niaga bisa menjadi solusi bagi tantangan pengembangan literasi digital yang menjadi fokus pemerintah. Hal ini didukung pula dengan kehadiran berbagai perusahaan unicorn dan decacorn di Indonesia. Terlebih lagi, komposisi masyarakat juga akan didominasi oleh anak-anak muda, para digital-natives yang adaptif terhadap perubahan teknologi, dan akan menjadi aktor utama konsumsi global di masa depan. Kaum muda Indonesia juga mampu berperan aktif dalam menyuarakan kepedulian terhadap lingkungan.
Salah satunya melalui ekonomi melingkar (circular economy), yaitu konsep pemanfaatan sampah dalam memanfaatkan nilai suatu barang hingga tidak ada yang terbuang. Menjadi game changer dalam menciptakan pola hidup bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa hal yang dekat dengan kita, mampu membawa dampak berubahan yang besar. Berdasarkan data Indonesia National Plastic Action Partneship yang dirilis April 2020, sebanyak 67,2 juta ton sampah Indonesia masih menumpuk setiap tahunnya, dan 9 persennya atau sekitar 620 ribu ton masuk ke sungai, danau dan laut. Di Indonesia diperkirakan sebanyak 85 ribu ton sampah dihasilkan per harinya, dengan perkiraan kenaikan jumlah mencapai 150 ribu ton per hari pada 2025. Jumlah ini didominasi sampah rumah tangga yang berkisar antara 60-75 persen. Kaum muda memiliki peluang untuk memberikan pengaruh perubahan perilaku guna memandu jaringan yang lebih besar menuju gaya hidup yang tidak melebihi batas kemampuan support dari bumi. Memisahkan sampah menurut kategorinya, menggunakan tas daur ulang, botol minum, hingga mengolah sampah organik mampu menjadi pilihan implementasi ekonomi melingkar yang dapat dilakukan oleh para kaum muda. Saatnya yang muda untuk peduli. #DariKitaDulu diharapkan mampu mendorong para kaum muda Indonesia untuk menjadi game changer di antara berbagai game players yang akan terlibat aktif pada Presidensi G-20 Indonesia. Efek domino dari para kaum muda inilah yang menjadi titik terang bagi Indonesia untuk bangkit bersama. Make the wave! Peserta Bimbingan Teknik Penulisan Siaran Pers Ditjen IKP Kominfo. oleh: Esty Nadya Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo.
Tinggalkan Balasan