Kami mendambakan hidup saling mengasihi diantara sesama. Ho…damailah…damailah…dambaan bagi semua orang  ho…damailah…damailah…dambaan bagi semua orang. Demikian penggalan syair Damai Itu Indah yang dilantunkan almarhum Jhon Tanamal, musisi senior asal Maluku yang sangat populer di dunia blantika musik.

Syair ini dirilis oleh almarhum tahun 1999, saat konflik kemanusiaan terjadi di Maluku. Putra asli Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah ini, menyuarakan indahnya kedamaian di bumi raja-raja.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, Damai itu artinya, tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, aman, tentram dan tenang.

Agama pun mengajarkan umatnya untuk hidup rukun, saling mengasihi antar sesama manusia karena agama bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan penciptanya dan juga bukan hanya urusan yang menyangkut pada pengikut agamanya namun sesungguhnya semua agama mengajarkan kebaikan, cinta kasih dan keadilan bagi semua umat manusia.

Konflik sosial yang terjadi di Maluku tahun 1999, menjadi sejarah yang sangat kelam sekaligus pembelajaran yang sangat berharga bagi masyarakat Maluku, karena akibat konflik sosial itu masyarakat hidup dalam penderitaan, rumah terbakar dan tinggal di tempat-tempat pengungsian.

Baca Juga: Tol Laut Bentuk Perhatian Konekvitas Wilayah

Tetapi setelah konflik berakhir, warga di Maluku perlahan mulai kembali hidup berdampingan dan saling menghargai satu sama lain.

Namun sangat disayangkan, bentrok yang terjadi antara masyarakat Kariu dan Ori, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, Rabu (26/1), sangat mengagetkan masyarakat seantero dunia.

Bentrok antara kedua negeri bertetangga itu diduga karena kesalahpahaman yang terjadi, sehingga mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, terbakarnya rumah-rumah milik masyarakat Kariu maupun fasilitas umum lainnya.

Aparat gabungan TNI/Polri pun dikerahkan dalam rangka penanganan kontigensi konflik sosial antara dua negeri bertikai itu.

Suara keprihatinan dan seruan damai dari berbagai kalangan, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda mulai digemakan baik dalam bentuk lisan maupun tertulis. Flyer-flyer pun mulai ikut dibagikan ribuan warga Maluku melalui media sosial baik WhatsApp, Facebook, telegram, Instalgram, Twitter bahkan Tiktok bahwa Damai Itu Indah.

Kita harus mempertegas komitmen persaudaraan dan perdamaian sebagai kekuatan untuk membangun masa depan Maluku yang lebih baik dan rasa komitmen itu harus ikut memperjuangkan Maluku yang berkeadilan.

Dan salah satu faktor yang membuat Maluku berhasil kembali membangun perdamaian karena muncul berbagai gerakan civil society yang menjadi agen perdamaian.

Hidup dalam kedamaian itu indah. Jika ada masalah, selesaikanlah dengan arif dan bijak, jika sulit serahkanlah kepada pihak yang berwajib karena perang dan pertikaian hanya akan menimbulkan duka dan nestapa. Hidup orang bersaudara itu harus saling menyayangi bukan saling membunuh dan menghanguskan. (*)