Gejolak di MBD, Elit Golkar Maluku Puyeng
Tarung Panas Pilkada Golkar vs PDIP (11)
AMBON, Siwalimanews – Internal Golkar di MBD semakin bergejolak. Mereka tidak lagi bergerak bersama. Liar dan sulit dikendalikan. Sementara elit Golkar Maluku hanya berdiam diri.
Pasca Desianus alias Odie Orno dan Bastian Petrusz tak mendapatkan rekomendasi partai Demokrat, Golkar MBD tak lagi satu. Terjadi kubu-kubuan.
Bastian bergerak sendiri melobi Nikolas Kilikily, calon bupati dari Gerindra agar mau menerimanya sebagai pendamping di pilkada. Sementara pengurus dan kader Golkar pro Odie Orno dengan berang menonton manuver liar Bastian selaku Ketua Golkar MBD. Bastian dinilai bermain di luar mekanisme partai.
Pengurus dan kader Golkar pendukung Odie juga marah, sebab Odie disingkirkan begitu saja. Ibarat pepatah, habis manis sepah dibuang.
Lalu di mana elit Golkar Maluku? Ternyata elit partai berlambang pohon beringin ini lagi puyeng. Mereka tak menyangka Demokrat menjatuhkan pilihan kepada petahana, Benyamin Thomas Noach, dan mengabaikan Odie Orno dan Bastian Petrusz yang diusung Golkar. Koalisi Gerindra dan Golkar yang diwacanakan elit Golkar juga tak diterima aras bawah.
Baca Juga: Odie Orno Dibuang, Golkar Bakal Pecah“Ketua DPD I lagi pusing, kalau tidak koalisi dengan Gerindra, berarti jadi penonton. Kalau koalisi, aras bawah partai tidak terima. Jadi maju kena, mundur kena,” kata salah satu pengurus Golkar Maluku, Senin (27/7), kepada Siwalima.
Menurut pengurus yang meminta namanya tak dikorankan ini, Ketua DPD Golkar Maluku, Ramly Umasugi harus segera mengambil langkah untuk mencegah perpecahan di internal Golkar MBD makin parah. “Kondisi di sana sudah makin panas, jangan dipikir aman-aman saja,” ujarnya.
Tetapi Pengurus DPD Golkar Maluku Biro Pemenangan Kota Ambon Yani Tualena yakin gejolak di Golkar MBD tak separah yang dipikirkan.
Yani mengklaim, hanya terjadi riak-riak dalam berpartai. “Dinamika yang terjadi itu hanya riak-riak politik dalam partai saja,” ujarnya.
Dikatakan, Golkar Maluku tidak akan panik dengan dinamika yang terjadi di MBD. Ketika DPP telah mengeluarkan rekomendasi maka keputusan harus diamankan oleh semua unsur partai.
“Nantinya apa yang sudah diputuskan Partai Golkar, beta yakin akan diamankan oleh seluruh kader dalam semua tingkatan karena prinsip Partai Golkar untuk memenangkan setiap calon kepala daerah memang harus 50 sampai 60 persen,” ujar Yani.
Bagi yang tak patuh dengan keputusan partai, kata Yani, pasti diberikan sanksi partai.
Namun Akademisi Fisip UKIM, Max Maswekan mengatakan, dinamika yang saat ini terjadi di internal Golkar MBD harus disikapi serius oleh elit partai yang ada di DPD I maupun DPP. Jika tidak, akan menimbulkan gejolak yang dan dapat melemahkan Golkar sendiri.
Kondisi ini, kata Maswekan, akan membuka peluang kemenangan makin besar bagi kandidat lain. “Gejolak yang terjadi dapat melemahkan Golkar. Nah, justru itu akan menjadi peluang bagi kemenangan kandidat lain,” tandasnya.
Lanjut Maswekan, gejolak yang terjadi di Golkar MBD jika tidak dikelola dengan baik, maka akan membuat pusing elit Golkar untuk bagaimana meramu strategi pemenangan di pilkada.
“Sangat tergantung manajemen dari Golkar, jika tak dikelola dengan baik, dapat menjadi bumerang untuk Golkar sendiri,” ujarnya.
Ia menilai, kondisi Golkar MBD saat ini tak solid. Masing-masing pengurus berjalan sendiri. Hal ini membuat massa di bawah bingung, dan akhirnya bisa memilih jalan lain.
“Jika tidak solid dan ditambah lagi kandidat yang diusung tidak sesuai dengan harapan massa di bawah, itu sudah sulit untuk menang,” tandas Maswekan.
Akademisi Fisip UKIM lainnya, Marthen Maspaitella juga mengatakan, dinamika yang terjadi di Golkar MBD harus disikapi serius. Baik pengurus Golkar Maluku maupun DPP harus melakukan konsolidasi dan evaluasi untuk mengkaji dinamika yang terjadi.
“Jika ada dinamika di bawah maka harus dilakukan evaluasi dan koordinasi kembali supaya keputusan yang ditetapkan, tidak menimbulkan ekses di bawah,” ujarnya. (Cr-2).
Tinggalkan Balasan