AMBON, Siwalimanews – Internal Golkar di MBD semakin ber­gejolak. Mereka tidak lagi ber­gerak bersama. Liar dan sulit di­kendalikan. Sementara elit Golkar Maluku hanya berdiam diri.

Pasca Desianus alias Odie Orno dan Bastian Petrusz tak menda­patkan rekomendasi partai Demo­krat, Golkar MBD tak lagi satu. Terjadi kubu-kubuan.

Bastian bergerak sendiri melobi Nikolas Kilikily, calon bupati dari Gerindra agar mau menerimanya sebagai pendamping di pilkada. Sementara pengurus dan kader Golkar pro Odie Orno dengan be­rang menonton manuver liar Bas­tian selaku Ketua Golkar MBD. Bastian dinilai bermain di luar mekanisme partai.

Pengurus dan kader Golkar pen­dukung Odie juga marah, sebab Odie disingkirkan begitu saja. Ibarat pe­patah, habis manis sepah di­buang.

Lalu di mana elit Golkar Maluku? Ternyata elit partai berlambang pohon beringin ini lagi puyeng. Me­reka tak menyangka Demokrat men­jatuhkan pilihan kepada peta­hana, Benyamin Thomas Noach, dan mengabaikan Odie Orno dan Bas­tian Petrusz yang diusung Gol­kar. Koalisi Gerindra dan Golkar yang diwacanakan elit Golkar juga tak diterima aras bawah.

Baca Juga: Odie Orno Dibuang, Golkar Bakal Pecah

“Ketua DPD I lagi pusing, kalau ti­dak koalisi dengan Gerindra, ber­arti jadi penonton. Kalau koalisi, aras bawah partai tidak terima. Jadi maju kena, mundur kena,” kata sa­lah satu pengurus Golkar Maluku, Senin (27/7), kepada Siwalima.

Menurut pengurus yang me­minta namanya tak dikorankan ini, Ketua DPD Golkar Maluku, Ramly Umasugi harus segera me­ng­ambil langkah untuk mencegah perpecahan di internal Golkar MBD makin parah. “Kondisi di sana su­dah makin panas, jangan dipikir aman-aman saja,” ujarnya.

Tetapi Pengurus DPD Golkar Maluku Biro Pemenangan Kota Ambon Yani Tualena yakin gejolak di Golkar MBD tak separah yang dipikirkan.

Yani mengklaim, hanya terjadi riak-riak dalam berpartai. “Di­namika yang terjadi itu hanya riak-riak politik dalam partai saja,” ujarnya.

Dikatakan, Golkar Maluku tidak akan panik dengan dinamika yang terjadi di MBD. Ketika DPP telah mengeluarkan rekomendasi maka keputusan harus diamankan oleh semua unsur partai.

“Nantinya apa yang sudah dipu­tuskan Partai Golkar, beta yakin akan diamankan oleh seluruh ka­der dalam semua tingkatan karena prinsip Partai Golkar untuk meme­nangkan setiap calon kepala dae­rah memang harus 50 sampai 60 persen,” ujar Yani.

Bagi yang tak patuh dengan keputusan partai, kata Yani, pasti diberikan sanksi partai.

Namun Akademisi Fisip UKIM, Max Maswekan mengatakan, dina­mika yang saat ini terjadi di internal Golkar MBD harus disikapi se­rius oleh elit partai yang ada di DPD I maupun DPP. Jika tidak, akan menimbulkan gejolak yang dan dapat melemahkan Golkar sendiri.

Kondisi ini, kata Maswekan, akan membuka peluang kemenangan makin besar bagi kandidat lain. “Gejolak yang terjadi dapat mele­mahkan Golkar. Nah,  justru itu akan menjadi peluang bagi keme­nangan kandidat lain,” tandasnya.

Lanjut Maswekan, gejolak yang terjadi di Golkar MBD jika tidak dikelola dengan baik, maka akan membuat pusing elit Golkar untuk bagaimana meramu strategi pe­me­nangan di pilkada.

“Sangat tergantung mana­jemen dari Golkar, jika tak dikelola dengan baik, dapat menjadi bume­rang untuk Golkar sendiri,” ujarnya.

Ia menilai, kondisi Golkar MBD saat ini tak solid. Masing-masing pengurus berjalan sendiri. Hal ini mem­buat massa di bawah bi­ngung, dan akhirnya bisa memilih jalan lain.

“Jika tidak solid dan ditambah lagi kandidat yang diusung tidak sesuai dengan harapan massa di bawah, itu sudah sulit untuk menang,” tandas Maswekan.

Akademisi Fisip UKIM lainnya, Marthen Maspaitella juga mengata­kan, dinamika yang terjadi di Golkar MBD harus disikapi serius. Baik pengurus Golkar Maluku maupun DPP harus melakukan konsolidasi dan evaluasi untuk mengkaji dinamika yang terjadi.

“Jika ada dinamika di bawah maka harus dilakukan evaluasi dan koordinasi kembali supaya keputusan yang ditetapkan, tidak menimbulkan ekses di bawah,” ujarnya. (Cr-2).