Enam Pelaku Dibekuk
Husein Suat Tewas Ditikam di JMP
AMBON, Siwalimanews – Polisi akhirnya meringkus enam orang pelaku penganiayaan yang menyebabkan Husein Suat meninggal dunia, Kamis (11/2) dini hari lalu.Seluruh pelaku, kemarin (15/2) siang, diperlihatkan polisi kepada pers, di Mapolresta P Ambon PP Lease.
Saat itu, polisi juga membeberkan peran dan tugas keenam pelaku, dalam menghabisi Husein.
Keenam tersangka tersebut masing masing, EN alias E alias BP alias B. K alias A (32), RK alias R (19), BM alias B (23), IN alias I (16), MOO alias O (17) dan MK alias K, (16).
“Enam orang yang diamankan sudah keseluruhan, jadi kita lakukan penyelidikan berdasarkan keterangan saksi dan hasil keterangan awal 5 pelaku yang kami amankan dan tetapkan sebagai tersangka. Sementara dalam penyelidikan, terdapat 6 nama yang melakukan penganiayaan terhadap korban, nah satu pelaku lain kita lakukan pendekatan dengan pihak keluarga, sehingga pelaku akhirnya menyerahkan diri,” jelas Kapolresta Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, Kombes Leo Surya Nugraha Simatupang kepada pers.
Keenam tersangka, tambah Kapolresta, bergerak dengan peran masing-masing. Tersangka EN merupakan pelaku yang melakukan penusukan terhadap korban. Selanjutnya tersangka RK dan BM melakukan pengeroyokan menggunakan tangan kosong, sementara 3 tersangka lain yakni IN, MOO dan MK turut membantu.
Baca Juga: Keluarga Beri Polisi Waktu 9 Hari Tangkap PelakuAtas perbuatan tersebut, keenam tersangka ini terancam Pasal 338 KUHP dan atau 170 ayat (2) ke 3 e KUHP dan atau Pasal 351 ayat (3) KUHP dengan ancaman hukuman 15 Tahun penjara.
Kejadian
Seperti diberitakan sebelumnya, Husein Suat (23) Mahasiswa Fakultas Teknik Unpatti tewas setelah dikeroyok dan ditusuk sekelompok orang tidak dikenal, di Desa Poka, tepatnya di tanjakan Jembatan Merah Putih, Kamis (11/2) dini hari.
Kasubag Humas Polresta Ambon dan Pulau-pulau Lease, Ipda Isack Leatemia kepada wartawan menjelaskan, sebelum dianiaya, korban dan rekan-rekannya sempat terlibat adu mulut dan nyaris ribut dengan kelompok pemuda di kawasan LIPI Ambon.
Adu mulut terjadi, lantaran korban dan rekan-rekannya diteriaki dan dicaci maki saat sedang melintas di kawasan tersebut.
Beruntung situasi berhasil dikendalikan sehingga korban dan rekan-rekanya melanjutkan perjalanan pulang. Dalam perjalanan pulang, korban dan rekan-rekannya dibuntuti sekelompok pemuda yang menggunakan kendaraan bermotor.
Kelompok tersebut sempat melempar rombongan korban dengan batu, namun tidak dilayani lantaran korban dan kelompoknya kalah jumlah.
“Korban dan rekan-rekannya sempat dilempari oleh kelompok pemuda yang gunakan 10 sepeda motor di depan Kantor PLN Poka. Karena kalah jumlah, mereka tidak meladeni dan terus lanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan korban dan boncengannya terpisah dari rombongan mereka dan tepat diatas tanjakan naik JMP Poka, sepeda motor yang dikendarai korban dan saksi ditendang oleh salah satu yang diduga pelaku hingga korban dan saksi terjatuh,” bebernya.
Korban dan rekannya ini sempat menyelamatkan diri, namun naas, korban didapati oleh para pelaku dan dianiaya dengan cara keroyok dan ditusuk pada bagian punggung. Usai menusuk korban, para pelaku selanjutnya melarikan diri.
Rekan korban yang melihat korban ditusuk kembali ke TKP dan mengangkat korban serta mengevakuasi korban ke RS Bhayangkara Tantui, dengan menggunakan angkot, namun dalam perjalanan korban meninggal dunia, karena banyak mengeluarkan darah akibat luka tusuk dibagian punggung sebelah kiri.
Mendapat laporan adanya kejadian tersebut, polisi bergerak cepat dan mengamankan kurang lebih 9 pemuda yang diduga sebagai pelaku.
Ultimatum
Keluarga Besar Banda Ely Elat di Kota Ambon, memberi batas waktu kepada aparat kepolisian selama 9 hari, untuk membekuk pelaku pembunuh anak mereka Husein Suat.
Keluarga Korban yang juga Kepala Pemuda Banda Ely Elat Kota Ambon, Gani Suat minta kepada aparat kepolisian segera membekuk otak dari penganiayaan yang menewaskan anaknya tersebut.
“Kami minta polisi segera bekuk pelaku yang jadi otak dari penganiayaan yang menyebabkan anak kami tewas. Kita kasih waktu paling lambat 9 hari pasca korban meninggal dunia,” tegas Gani kepada wartawan di Ambon, Sabtu (13/2).
Menurutnya, tersiar kabar kalau para pelaku sudah ditangkap, namun pihak keluarga secara resmi belum mendapatkan informasi secara detail terhadap terduga pelaku yang kini ditahan di Polresta Ambon.
”Kita secara resmi belum dapat kepastian terhadap siapa saja terduga pelaku yang ditangkap dan status serta peran mereka seperti apa dari kepolisian,” ucap Gani.
Untuk itu kata Gani, pihak keluarga sangat berharap kepada Kapolresta Ambon dan Kapolsek Baguala agar sesegera mungkin memberikan penjelasan kepada keluarga, terkait dengan siapa saja terduga pelaku yang sudah ditahan.
”Kalau pelaku tidak dapat ditangkap, maka jangan salahkan pihak keluarga. Dan jika polisi tidak mampu menangkap pelaku, kami akan bantu menangkap otak dari penganiayaan tersebut,” ancam Gani.
Ia mengaku, ini merupakan persoalan hukum, untuk itu pihaknya mengembalikan kasus ini ke proses hukum, namun sejak hari kejadian Kamis (11/2) sampai hari ini Sabtu (13/2) sudah lebih dari 2×24 jam.
Ditempat yang sama tokoh masyarakat Banda Ely Elat Yusran Salamun menegaskan, nama maupun keberadaan pelaku sudah dikantonggi pihak keluarga.
Untuk itu, polisi diminta untuk segera menangkap pelaku, sebab pihak keluarga takutkan pelaku bisa saja melarikan diri.
”Kita tahu persis, nama alamat dan sebagainya, namun kalau tidak cepat disikapi oleh aparat, maka prinsipnya nyawa dibalas nyawa, darah dibalas darah,” ancam Salamun.
Perwakilan mahasiswa Banda Ely Elat Pati Suat menambahkan, pihaknya sudah bertemu langsung dengan Kapolresta dan menanyakan kejelasan kasus ini, namun tidak mendapat jawaban yang memuaskan.
“Kehadiran kami disitu, kita mau tanyakan pelaku yang sudah ditemukan 3-4 orang, makanya saya turun untuk pastikan langsung. Namun, sayangnya, pihak Polresta Ambon kurang transparan dalam mengungkap kasus ini,” ucapnya.
Untuk itu ikatan Mahasiswa Banda Ely Elat berharap, ada tranparansi dari pihak kepolisian, dimana kasus ini selama berjalan, paling tidak pihak keluarga korban mengetahui sampai dimana proses penyelesaian masalah ini.
Pasang CCTV
Sementara itu, Direktur Maluku Crisis Center (MCC) Muhamad Ikhsan Tualeka mengaku prihatin atas kasus penganiayaan yang menewaskan aktivis muda berprestasi, Husein Suat.
Menurut Tualeka, Jambatan Merah Putih (JMP) yang menjadi kebanggaan masyarakat Kota Ambon, ternyata rawan terjadi kriminalitas. Kasus pembunuhan yang terjadi menjadi cacatan penting bagi aparat penegak hukum.“Masyarakat meminta kawasan JMP segera dipasang kamera pengawas atau CCTV untuk meninimalisir terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat,” kata Tualeka dalam rilis yang diterima Siwalima, Senin (5/2).
Peristiwa seperti ini kata Tualeka, bukan kejadian pertama, sebelumnya sering terjadi tindakan kekerasan dan kriminal di malam hari. Sejumlah peristiwa penjambretan yang sebelumnya hanya terjadi di kota-kota besar, pun kini kerap pula menghantui warga di Ambon, termasuk banyak peristiwa kriminal lainnya.
“Tentu persoalan ini adalah tanggung jawab bersama, tapi bagaimanapun kepolisian dengan seluruh kapasitas dan kewenangan yang dimiliki, mempunyai tanggung jawab yang jauh lebih besar,” ujar Tualeka.
Untuk itu dirinya meminta ada langkah-langkah antisipatif guna mencegah agar peristiwa semacam ini tidak terulang. Apalagi di Maluku, khususnya Kota Ambon adalah wilayah yang pernah dilanda konflik sosial.
Menurutnya, jika hal itu tidak disikapi, akan lebih rawan lagi apabila satu tindakan kriminal yang terjadi kemudian berhubungan atau dihubungkan dengan isu SARA. Karena dapat memicu potensi konflik yang lebih luas dan eksesif.
“Kematian Husein agar tak sia-sia, mestinya menjadi bahan evaluasi mendalam bagi jajaran kepolisian, karena sebelum peristiwa terjadi, ada (sering terjadi) anak-anak muda yang berkerumun, nongkrong di jalan hingga larut malam. Bahkan sempat pula terjadi aksi kejar-kejaran dengan menggunakan sepeda motor,” jelas Tualeka.
“Kejadian semacam ini menurutnya, mestinya dapat dicegah, andai saja ada semacam kegiatan patroli dan tindakan edukasi yang secara rutin dilakukan oleh polisi,” tambahnya..
Dia mencontohkan apa yang dilakukan tim Jaguar di Depok, Jawa Barat. Aksi polisi kreatif ini bisa disaksikan di televisi. Tim ini dengan mobil patroli dan sepeda motor secara rutin, setiap malam berkeliling Kota Depok.
“Mereka tidak saja berpatroli, tapi juga menghampiri anak-anak muda yang sedang berkerumun, ditanyakan sedang giat apa, dilihat apakah sedang minum-minuman keras atau terkait tindakan kriminal,” katanya.
Dirinya meminta aparat kepolisian untuk bisa mengadopsi unit khusus seperti ini, untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan warga terutama di malam hari. (S-45/S-39)
Tinggalkan Balasan