AMBON, Siwalimanews – DPRD mengkritik kerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan Dream Sukses Airindo (DSA) dalam menyediakan air bersih bagi warga kota.

Pelayanan yang tidak maksimal sudah sering terjadi, bahkan sejak dulu, hal yang sama menjadi problem. Namun sayangnya, tidak pernah ada solusi dari pihak PDAM untuk memperbaiki itu.

Ketua Komisi II DPRD Kota Ambon, Christianto Laturiuw mengaku kepada wartawan mengaku, sering mendapat keluhan dan alasannya adalah soal debet.

“Kami paham betul, bahwa biaya yang dibutuhkan terkait dengan penyedia air, sangat besar. Tapi konteks ini harus juga dibicarakan. Kita tidak sekedar bicara terkait kegiatan rill di lapangan, tapi problem yang dialami itu apa. Kalau kesulitan debet air dibeberapa titik, seperti di Kebun Cengkeh sampai Kanawa, debet air problemnya, yang akhirnya dari DSA maupun PDAM mengalami kesulitan melayani warga secara maksimal, maka itu tidak hanya sekedar disampaikan,” cetusnya.

Untuk itu dirinya meminta pihak PDAM membuka peta-peta wilayah mana saja di Kota Ambon, yang masih ada pada kondisi kesulitan air bersih. Dengan cara yang demikian, dapat diketahui pula soal ketersediaan infrastruktur dimasing-masing lokasi itu.

Baca Juga: Djalaludin Mulai Bangun Permusuhan dengan DPRD

Selain itu harus ada langkah kongkrit yang dilakukan PDAM atau DSA, untuk bagaimana menjaga, menjamin kelestarian lingkungan di wilayah-wilayah itu, supaya tidak terjadi kesulitan lagi.

“Karena setiap tahun, kita bicara soal kesulitan air. Tapi tidak ada solusi penyelesaian­nya. Nanti kita sampaikan ke pimpinan DPRD supaya kita rapat bersama komisi I dan III menyangkut infrasturktur. Diharapkan bukan hanya masalahnya yang disampaikan, tapi juga solusi agar masyarakat dapat pelayanan air secara baik,” tandasnya.

Tahun 2016, 2017 lalu, lanjutnya, DPRD pernah diinformasikan, bahwa secara nasional, Kota Ambon justru mengalami tingkat curah hujan yang sangat tinggi. Namun anehnya, Ambon justru berada pada ambang krisis air. Itu kenapa, karena daerah resapan air di Ambon, itu sudah salah digunakan.

“Artinya, lokasi yang tidak boleh diberikan ijin membangun, tapi dikasih ijin membangun. Kalau daerah resapan air kita itu sudah dimanfaatkan dengan cara seperti itu, secara tidak langsung kita sudah mengurangi debet air dilokasi-lokasi yang sebenarnya daya tampungnya ada disitu,” jelasnya.

Yang berikut, terkait jenis tanaman yang dipilih untuk memelihara lingkungan terkait dengan ketersediaan air, itu juga betul-betul harus jelas.

“Saya sudah sampaikan dengan konsepnya, yang indah dimata belum tentu itu sehat bagi lingkungan. Sama dengan Unpatti. Fakultas Pertanian itu minta rekomendasi dari mereka soal jenis tanaman apa yang harus ditanam dan pelihara untuk menjamin kesenambungan air pada titik tertentu. Ini harus dikomunikasikan. Kalau setiap saat kita bicara soal debet air. Tanpa ada solusi, baik itu secara lingkungan maupun kebijakan, itu suatu saat kita berada pada ambang krisis air di Kota Ambon,” ujarnya. (S-25)