AMBON, Siwalimanews – Ratusan dokter di Maluku mengikuti pelatihan atau kursus tentang bagaimana menghadapi dan menangani pasien dalam kondisi trauma, terutama bagi dokter yang akan bertugas di Instalasi Gawat Darurat.

Pelatihan yang berlangsung di Aula RSUD Haulussy Ambon, Sabtu (1/7), Persatuan Ahli Bedah Indonesia Cabang Maluku, bekerjasama dengan Komisi Trauma Indonesia.

Ketua Komisi Trauma Indonesia dr I Nengah Kuning Atmadjaya menjelaskan, dalam pelatihan ini, para peserta diberikan bagaimana cara dokter untuk menangani kasus-kasus trauma.

“Jadi bagaimana penanganan trauma secara sistematik yang harus dilakukan. Disini kita berikan cara penanganan pasien trauma dengan pola pikir yang sama sesuai lisensi di Amerika, karena Indonesia ini termasuk regional 16, dan ada 30 regional di dunia yang menggunakan Advanced Trauma Life Support atau ATLS sebagai standar penanganan trauma di dunia,” ujar Atmadjaya kepada Siwalimanews disela-sela pelatihan itu.

Menurut Atmadjaya, memahami dan menangani trauma pada pasien sangatlah penting, untuk bisa menekan sehingga mengurangi angka kematian pada pasien akibat trauma. Untuk itu, konsep yang diterapkan adalah menyatukan pola pikir bagi para dokter guna penanganan pasien trauma, dan itu yang dipakai di seluruh dunia.

Baca Juga: Ikut Sholat Idhul Adha Berjamaah, Ini Harapan Danlanud Ig Dewanto

Hal yang sama juga disampaikan, dr Laurens Th B Kalesaran, bahwa dalam pelatihan ini para dokter diajarkan bagaimana satu pola pikir dan pola tindak serta bagaimana manajemen trauma sedunia.

“Kebutulan konsep ini dimulai dari Amerika, kemudian disebarkan ke seluruh dunia dan dengan konsep ini, mampuh menekan dampak dari kematian dan juga kecacatan bagi pasien trauma. Dan ini sudah diterapkan sejak tahun 1995,” jelasnya.

Konsep ini kata dia, diberikan untuk meningkatkan pemahaman SDM, terutama di daerah yang terkendala dengan ketersediaan alat dan sebagainya.

“Jadi dengan pemahaman ini, mereka bisa tahu, jika tidak ada alat khusus, maka alat apa yang bisa dimodifikasi untuk dipakai. Tapi yang terpenting, para dokter itu jangan bingung, karena terkadang pasien datang dengan berbagai keluhan, berteriak, ketakutan dan lainnya, kemudian kita bingung. Makanya dengan pelatihan ini, mereka sudah bisa tahu, jika kondisi ini, mulai penanganannya dari sini, dan seterusnya,” tuturnya.

Ketua PABI Cabang Maluku, dr Jecky Tuamelly menambahkan, pelatihan ini akan berlangsung selama dua hari (Sabtu-Minggu), dimana peserta akan menerima materi dan juga melakukan praktek pada hewan dan juga boneka.

Pelatihan ini, merupakan salah satu syarat bagi para dokter yang akan bertugas di IGD dan untuk melakukan ini, pihaknya bekerjasama dengan Komisi Trauma Indonesia.

“Kalau RS itu untuk meningkatkan akreditasi, maka salah satu syarat dokter yang jaga di IGD, harus punya sertifikat ATLS, makanya, dokter-dokter umum diwajibkan untuk ikut ini,” jelasnya.

Dia mengaku, selama ini di daerah tidak pernah melihat hal itu, karena yang dipahami hanyalah soal ketersediaan atau keberadaan dokter pada IGD.

“Jadi yang diketahui adalah, yang penting ada dokter di IGD, tetapi kalau RS yang sudah terakreditasi A, mereka akan tanya soal sertifikat ATLS itu, dan untuk mengikuti ini biayanya juga cukup besar, karena peserta akan mendapatkan 18 SKP, dengan itu sehingga harus disimak benar untuk menambah pengetahuan yang sama tentang penanganan pasien trauma,” tandasnya. (S-25)