AMBON, Siwalimanews – Sales Area Manager Retail Maluku PT Pertamina (Persero) Region Maluku-Papua, Wilson Eddi Wijaya memasatikan penyaluran bahan bakar minyak (BBM) paling tersulit itu pada Kabupaten Seram Bagian Timur dibandingkan kabupaten lain di Maluku.

BBM yang di kirim dari Kota Bula menuju ke Desa Teor, Kecamatan Teor Kabupaten SBT dengan kon­disi cuaca normal memakan waktu 12 jam, namun kalau cuaca buruk maka perjalanan mencapai 72 jam.

“Yang sulit penyaluran ke Teor, bisa tiga hari kalau cuaca buruk, dan kalau kita telat mengirim maka sudah pasti terjadi kelangkaan,” ujar Wilson pada acara workshop jurnalis yang digagas oleh Communication, Relations dan CSR Regional Maluku Papua PT Pertamina (Persero) dalam rangka peringatan Hari Pers Na­sional 2021, yang dilaksanakan di Waitatiri Resort, Rabu (10/2).

Dijelaskan untuk kebutuhan BBM di Desa Teor memang tidak banyak karena jumlah penduduknya sedikit.

“Kita biasanya sekali pengiriman dari Kota Dobo ke Teor itu 5-10 kilo liter untuk kebutuhan empat sampai lima hari,” jelas Wilson.

Baca Juga: BMKG: Waspada Cuaca Ekstrim

Lamanya proses pengiriman BBM sampai ke daerah terpencil memang kata wilson menjadi tantangan tersendiri bagi PT Pertamina wilayah VIII.

Maluku memiliki karakter daerah kepulaan, dengan situasi cuaca yang sering berubah-ubah juga menjadi satu kendala dalam proses penyaluran BBM.

“Bagi kami itu tantangan yang harus dihadapi, karena komitmen kami BBM harus satu harga mulai dari kota sampai ke pelosok,” tegasnya.

Sementara penyaluran BBM ke kabupaten kota yang lain, menurut Wilson memang tidak masalah apalagi kabupaten hanya memiliki daratan seperti Kota Ambon.

Beberapa waktu kemarin sempat terjadi kelangkaan BBM jenis minyak tanah di Kota Ambon bahkan di hampir semua wilayah di Maluku. Padahal kuota minyak tanah yang di salurkan itu tidak mengalami perubahan.

“Mitan beberapa waktu kemarin langkah. Yang menjadi kendala adalah isu yang berkembang di luar bahwa akan ada konversi dari mitan ke gas. Itu yang membuat masyarakat memburu mitan untuk persediaan, sehingga terjadi kelangkaan. Padahal kita tidak mengurangi stok,” tegasnya.

Ditempat yang sama Unit Manager Communication Relations dan CSR Pertamina MOR VIII Edy Mangun mengatakan kegiatan ini sendiri digagas untuk mendapat banyak masukan dari mitra yakni pers.

“Kegiatan ini lebih kepada bagaimana kami (Pertamina) mendapat masukan dalam hal komunikasi kepada media. Bagaimana pun juga Pertamina adalah single fighter, tetapi tentu kami membutuhkan partner dengan teman-teman media. Jadi lebih kepada itu,” kata Mangun.

Dirinya menjelaskan selama ini masih banyak persepsi di masya­rakat misalnya kalau ada antrian di SPBU itu berarti ada kelangkaan.

Padahal kata Mangun belum tentu disebut kelangkaan BBM di SPBU karena ada masalah lain.

“Kami distribusikan ke SPBU misalnya kemudian terjadi antiran, itu bukan merupakan kelangkaan, karena kami mensuplai dan antiran ka­rena hal lain, persepsi orang awam, ketika ada antrian pasti itu ke­langkaan, tetapi ada banyak hal. Jadi dengan kegiatan ini kami berharap ada persamaan persepsi secara komunikasi dengan teman-teman media,” tandasnya. (S-39)