Dishub Prank Warga Kota Soal e-Parkir
AMBON, Siwalimanews – Pemberlakuan parkir elektronik atau e-Parkir yang dijanjikan Dinas Perhubungan kepada warga Kota Ambon, ternyata cuma prank.
Kuat dugaan ada tarik ulur kepentingan didalam tubuh dinas yang dipimpin Robby Sapulette, dalam pemberlakuan e-Parkir sehingga waktu penerapannya tidak jelas kapan.
Padahal tekat Pemerintah Kota Ambon memberlakukan e-parkir salah satunya adalah meminimalisir kebocoran PAD. “Janji pemerintah dimulai awal Januari kemudian diundur lagi di bulan Februari dan belum tahu sampai kapan ini akan dilaksanakan, jangan sampai ini cuma prank,” kata Yeri warga Salip Tiga kepada Siwalima di Ambon, Rabu (8/2).
Dia mengaku mendukung program pemerintah menata parkir yang ada di Kota Ambon agar sejajar dengan kota-kota lain di Indonesia.
Disisi lain, kalau pengelolaan parkir ini berjalan dengan baik apalagi akan diterapkan e-Parkir maka pendapatan daerah juga akan meningkat. “Ini sederhana sebenarnya, Dinas Perhubungan sebagai leader untuk menjalankan amanah ini, tetapi kenyataannya mulai tidak jelas,” ujarnya.
Baca Juga: Personel Masariku Bantu Ciptakan Rasa AmanUntuk itu dirinya meminta kepada penjabat walikota Ambon untuk mengevaluasi kinerja dinas yang tidak mampu menterjemahkan arahan pimpinan.
“Kalau sampai program ini tidak berjalan, maka bisa menjadi preseden buruk bagi kinerja pimpinan. Karena yang bertanggung jawab tetap pimpinan bukan bawahan,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Perhubungan Kota Ambon Robby Sapulette yang dikonfirmasi Siwalima kemarin tidak memberikanrespon terkait dengan penerapan parkir elektronik.
Kebocoran di Retribusi Parkir
Diberitakan sebelumnya, retribusi parkir merupakan retribusi primadona yang dikelola Pemkot Ambon selama ini, namun sering terjadi kebocoran dari sektor ini.
Pengelolaan retribusi parkir masih bersifat konvensional yang dibayarkan dalam bentuk tunai dari pengendara ke juru parkir. Tentu seperti ini berdampak pada bocornya setoran parkir selama ini.
Penegasan ini disampaikan Sekot Ambon Agus Ririmasse dalam sambutannya ketika membuka focus group discussion (FGD) tentang pengelolaan parkir elektronik yang berlangsung di Balai Kota Ambon, Senin (14/11).
Menurutnya karena penarikan retribusi seperti ini tidak dapat menghitung pendapat secara real dalam menetapkan potensi parkir nantinya, sehingga pengelolaan dilakukan tidak optimal.
“Selain setoran retribusi, ke pemerintah daerah, ada juga keuntungan dapat dari pihak ketiga. Tidak optimal. Kondisi parkir yang ada di kota ini sangat merugikan pemkot,” ujarnya.
Lanjutnya manusia-manusia yang mengelola parkir selama ini semua tidak beres. Bahkan dirinya mendapat banyak surat kaleng yang menyebutkan ada titik-titik parkir yang sengaja tidak di thender kan tapi langsung di stor kepada pegawai Perhubungan.
“Benar atau tidak tapi ini laporan masyarakat. Saya tidak menuduh Dinas Perhubungan, tetapi kalau ada oknum-oknum seperti ini, oknum-oknum ini memang dia pung hari hidup seng boleh lama di dalam pemerintahan,” ancamnya.
Oleh karena dalam mengatasi berbagai persoalan parkir secara konvensional, maka perubahan wajib dilakukan dalam menjawab tantangan pelayanan parkir sistem elektronik atau digital.
“Negara mendukung pelayanan digital kemudian ditetapkan Kota Ambon sebagai Smart City, dan penyelenggaraan e-Government sehingga tindak lanjut masyarakat untu perparkiran dari parkir konvensional ke parkir elektronik,” ungkapnya. (S-09)
Tinggalkan Balasan