AMBON, Siwalimanews – Diduga perbaikan jalan dan drainase di kawasan Terminal Mar­dika senilai Rp1,7 miliar milik Dinas Perhubungan Kota Ambon dikerja­kan asal-asalan.

Dari pantauan, seperti pada pengaspalan jalan di lokasi sekitar Terminal A1 maupun A2, dilakukan tanpa patching/menambal lubang-lubang se­belum pengaspalan dilakukan.

Sementara diketa­hui, areal-areal yang berlubang itu meru­pakan tempat air ter­ge­nang. Sehingga jika tidak dilakukan penutupan terlebih dahulu dengan menggunakan material batu kerikil atau lainnya namun langsung diaspal, maka dipastikan akan cepat mengalami kerusakan.

Tetapi yang paling fatal, bahwa dengan anggaran miliaran, Dishub justru tidak memperhatikan kualitas dari proyek tersebut.

Menanggapi hal itu, Penjabat Wali­kota Ambon, Bodewin Wattimena yang dimintai komentarnya di Baileo Rakyat Belakang Soya, usai mengikuti paripurna, Jumat (24/11) malam mengatakan, pihaknya sudah menggelontorkan anggaran yang cukup besar untuk memper­baiki kerusakan jalan di Terminal Mardika.

Baca Juga: Desa Persiapan Masbuar Resmi Dipimpin Leunufna

Kata Wattimena, jika kemudian dalam pelaksanaannya itu tidak sesuai dengan aturan teknis yang berlaku, maka tentu akan ada sanksi bagi dinas atau pihak yang melakukan itu.

“Kebijakan Pemkot itu mem­perbaiki Terminal. Kalau memang pengerjaannya tidak betul, ada pemeriksaan dan terbukti, maka tangkap saja,”tegas Wattimena.

Kendati begitu, Wattimena mengaku tidak mau mencampuri lebih jauh terkait pengerjaan proyek itu secara teknis, karena yang memahami itu adalah Dinas Perhubungan Kota Ambon yang punya proyek.

“Prinsipnya kita sudah upayakan penuhi kebutuhan rakyat. Soal teknis itu ada di Dishub. Namun yang saya mau bilang, bahwa setiap proyek yang dikerjakan oleh siapapun dia, yang anggarannya bersumber dari pemerintah, maka pengerjaannya harus sesuai aturan yang berlaku. Harus utama­kan kualitas sesuai aturan yang ada. Itu yang kami harapkan, “tandasnya.

Sebelumnya, pengaspalan itu juga telah mendapat sorotan DPRD dan juga civil society di Kota Ambon.

Sorotan itu lantaran proyek yang menelan anggaran Rp 1,7 miliar tersebut tanpa didahului proses patching (penambalan).

Padahal, proses patching sangat diperlukan karena berhubungan dengan kualitas dari jalan dimak­sud.

Karena tanpa patching, jalan akan mudah rusak dan tidak ber­tahan dalam waktu yang lama.

Baru 20 Persen

Terpisah Kepala Dinas Perhu­bungan Kota Ambon, Yan Doming­gus Suitela melalui konsultan perencanaan dan pengawasan John Lucky Metubun mengungkap­kan, pengerjaan proyek pengas­palan terminal Mardika tidak asal-asalan.

Kata dia, pengerjaan proyek tersebut baru dikerjakan di terminal A2, sudah sesuai mekanisme dengan mengutamakan kualitas dan jenis aspal.

“Jadi tudingan bahwa penger­jaan aspal itu asal-asalan itu, dari mana?. Pengerjaan sesuai meka­nis­me bahkan yang kita mau pe­ngerjaan itu yang diutamakan adalah kualitas,” kata dalam rilis­nya kepada Siwalima, Minggu (26/11)

Menurutnya, pengaspalan yang dilakukan didalam terminal A2 itu, dilakukan dalam dua tahap.

“Kenapa harus packing?  packing itu justru tidak meninbulkan kualitas yang baik, sebab hanya menutupi kubangan saja, tapi yang dikerjakan di terminal A2 itu kita aspal secara keseluruhan atau  lapis pertama, atau juga yang biasa disebut dengan lapis antara. Nah lapisan ini memiliki ketebalan 6 centimeter,” jelasnya.

Dikatakan, usai lapisan pertama dikerjakan, barulah dilanjutkan dengan lapisan kedua atau lapisan permukaan.

“Karena dalam Peraturan Men­teri terbaru itu, tidak lagi ada pe­ngerjaan secara totalitas, melain­kan pengerjaan harus bertahap. Spek zaman dulu adalah pondasi ditentukan oleh nilai cbrnya. Artinya, semua dihitung sekaligus pon­dasi­nya berapa centi, aspalnya berapa centi sekaligus. Sekarang ini sudah beda MDP Nomor 17 revisi 2 menegaskan bahwa, tebal pondasi ditentukan pada nilai CBR ketahanan dan ketebalan aspal itu,” paparnya.

Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga sudah menghitung kualitas dan ketebalan aspal dengan jumlah kendaraan yang berakti­vitas didalam kedua terminal tersebut.

“Kita juga sudah hitung sesuai dengan jumlah kendaraan yang parkir, maupun melintasi atau beraktivitas di dua terminal itu, apalagi sekarang kan terminal A2 yang kita mulai karena dia mengalami kerusakan cukup parah,”ujarnya.

Dia mengakui, kualitas aspal didalam terminal sangat dipriori­tas­kan, sebab sudah melalui perhitungan yang matang.

“Kita sudah hitung jumlah kendaraan yang melintasi dan parkir, sehingga menentukan ketebalan aspalnya. Jadi aspal di Mardika di dalam terminal itu ada dua lapis yang pertama 6 centi, yang kedua 4 centi sehingga total aspal yang ada di dalam Mardika itu ketebalannya 10 cm. Itu sudah kami hitung dengan jumlah ken­daraan yang berada di dalam terminal itu,”terangnya.

Ditegaskan, pengaspalan didalam terminal A2 saat ini baru mencapai 20 persen. Namun se­mentara pengerjaan pengaspalan distop karena pihaknya sedang melakukan pengujian terhadap kualitas aspal didalam terminal tersebut.

“Jadi yang kemarin bilang bawa aspal itu sudah 50 persen, itu tidak tepat sebab aspal yang baru dilakukan di terminal A2 baru 20 persen, belum sampai 50 persen. Kalau memang orang awam lihat itu bahwa sudah setengah dari terminal itu, padahal bukan itu baru aspal pertamanya saja itu dan itu bukan setengah tapi baru satu lapis 6 cm itu masih ada lagi satu lapis lagi,”paparnya.

Menurutnya, aspal yang ada di dalam terminal A2 itu, bukan sudah paten.

“Baru 20 persen, dan sementara dihentikan sebab sementara lagi lakukan pengujian kualitas aspal di laboratorium pengujian aspal di Balai Jalan Nasional. Jadi meka­nismenya itu aspal 6 cm dulu ke­mudian di uji itu mulai dari kualitas aspal, batu kecil dan besar, ke­mudian pasir yang dipakai se­muanya, sehingga kita mau bahwa aspal yang ada di Mardika itu be­nar-benar berkualitas,” tegasnya.

Dia menambahkan, pengerjaan pengaspalan akan dilanjutkan jika pihaknya sudah mengetahui kualitas aspal tersebut.

“Kalau misalkan ada kerusakan, maka cukup kerusakan di 6 centi pertama ini,  sehingga kalau misal­nya mau bongkar atau bongkar dari awal kerja, jangan sudah selesai baru bongkar. Kita mau aspal dalam terminal ini harus berkua­litas,” terangnya.

Ditambahkan, pihaknya akan melanjutkan pengerjaan pengas­palan jika hasil uji laboratorium sudah keluar. “Batas akhir penger­jaannya sampai 31 Desember, dan itu masih ada waktu untuk diuji. Jika hasil ujinya sudah ada baru kita. (S-25)