AMBON, Siwalimanews – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Ambon, Senin (15/3), melakukan unjuk rasa di Dinas PU Provinsi Maluku, terkait pengerjaan trotoar di Kota Ambon, dibubarkan secara paksa.

Anehnya pembubaran aksi demo ini bukan dilakukan oleh pihak kepolisian, namun oleh sekelompok pemuda yang mengaku sebagai keluarga dari Kadis PU Maluku. Bahkan salah satu peserta demo dikabarkan menjadi objek kekerasan kelompok pemuda ini.

Polisi yang sementara bersiaga di lokasi demo, langsung mengambil langkah dengan mengamankan para pemuda dan demosntran ke Polsek Sirimau untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Informasi yang dihimpun Siwalimanews di Polsek Sirimau menyebutkan, peristiwa pembubaran paksa tersebut bermula ketika massa GMNI Cabang Ambon yang dipimpin Muhammad Kilery selaku koordinator lapangan, melakukan aksi demonstrasi di depan Kantor PU Provinsi Maluku.

Dalam aksi tersebut, mereka mempertanyakan legalitas proyek, dimana tidak tertera papan nama proyek dalam pengerjaan trotoar tersebut.

Baca Juga: KKT Ngotot Minta Jatah 5,6 Persen dari Total PI Maluku

“Ini merupakan aksi damai, dimana kita pertanyakan transparansi dana trotoar, karena tidak ada papan proyek, serta menyampaikan keresahan masyarakat soal trotoar yang dianggap licin dan membahayakan pengguna jalan, karena dibuat menggunakan keramik,” jelas Kilery kepada wartawan di Polsek Sirimau.

Menurutnya, saat perwakilan demonstran sementara menemui Sekretaris Dinas guna menyampaikan aspirasi mereka, tiba-tiba mereka mendapat kabar, ada sekelompok pemuda yang mendatangi rekan-rekannya di luar Kantor PU dan melakukan tindakan anarkis.

“Substansi mereka datang saya tidak tahu untuk apa, karena posisinya saya sementara di dalam ruangan Sekretaris Dinas, setelah itu baru ada teman yang bilang kalau mereka datang langsung melakukan tindakan kekerasan. Bahkan ada teman kami yang jadi korban kekerasan,” jelas Kilery.

Ditempat yang sama ketua kelompok pemuda yang diduga melakukan pembubaran paksa aksi demo itu Abdul Kadir Marasabessy mengaku, persoalan yang terjadi diakibatkan adanya kesalahan komunikasi dan terjadi secara spontan.

Menurutnya, apa yang dilakukan kelompoknya merupakan persoalan harga diri, mengingat kepala Dinas PU Provinsi Maluku Muhammad Marasabessy merupakan keluarga dari kelompok pemuda ini.

“Prinsipnya apa yang kita lakukan tadi adalah bagian dari harga diri saja, harga diri kakak laki-laki kita, kalau ada yang bilang setingan itu salah. Ini dilakukan secara spontan dan persoalannya juga sudah selesai. Kita sudah komunikasi dengan ketua cabang dan sudah diselesaikan secara kekeluargaan,” ujarnya.

Sementara itu, Kapolsek Sirimau AKP Mustafa Kemal membenarkan adanya kejadian tersebut, menurutnya, kedua kelompok tersebut diamankan untuk dilakukan mediasi.

Soal penyelesaian scara kekeluargaan, Kapolsek mengembalikan kepada pihak yang menjadi korban dalam hal ini massa GMNI.

“Persoalanya sudah kami tangani, yang pasti yang bubarkan bukan kita, siapa mereka, kalian bisalah analisa sendiri. Kalau untuk penyelesaian kita kembalikan ke pihak yang menjadi korban,” ungkap Kapolsek. (S-45)