AMBON, Siwalimanews – Presiden Indonesia Joko Widodo mengenakan pakaian adat Tanimbar, Provinsi Maluku saat menghadiri sidang tahunan MPR pada Rabu (16/8).

Pakaian adat yang dikenakan orang nomor satu di bangsa ini terdiri dari ikat kepala (kaluyak uke) dengan hiasan burung (somalay), kalung mamuat, baju putih, celana panjang, dan selempang bersilang dari kain tenun (syal brana) serta sabuk lebar yang juga dari kain tenun.

Staf Kantor Perwakilan Kabupaten Kepulauan Tanimbar di Jakarta, Hilarius Atdjas kepada Siwalima, Kamis (17/8) mengaku dirinya yang membantu mengenakan pakaian adat tersebut ke tubuh Presiden Joko Widodo.

Ia mengaku dihubungi perwakilan pemerintah provinsi di Jakarta untuk menghadap ke Istana Negara.

“Beta (saya) dihubungi Kepala Perwakilan Provinsi Maluku Pa Fatah, untuk memberikan keterangan tentang tenun Tanimbar kepada Paspampres, namanya Ibu Ita,” Jelasnya.

Baca Juga: Bupati Ajak Anggota Pramuka Berjuang & Belajar

Ia menceritakan perwakilan Provinsi Maluku diminta dirinya menghadap ke istana untuk menjelaskan makna dari pakaian adat Tanimbar yang akan dikenakan Presiden.

Setelah tiba di Istana Negara ia datang bukan untuk menjelaskan tetapi memasang dan menentukan posisi dari pakai adat Tanimbar yang telah disiapkan oleh Paspampres.

Tepat jam 08.00 WIT saya dipersilahkan Paspampres untuk masuk ke ruang ganti Presiden dan ternyata di dalam Presiden Joko Widodo telah siap di sana lengkap dengan pakaian adat.

Orang nomor satu di negara ini kemudian memuji dan memberikan apresiasi atas pakaian adat yang dikenakan.

Pak Presiden memberikan apresiasi kepada baju adat Tanimbar dengan mengatakan, “wah, bagus banget ini, baju adatnya, ok! Mari kita pakai bajunya,” jelasnya.

Usai memasangkan pakaian adat, Presiden sempat bertanya posisi dan arti dari setiap pakaian adat yang dipakai.

“Saya menjelaskan mulai dari Somalai (jenis burung Cendrawasih yang diduplikatkan dan dipakai di kepala), kain tutup kepala, kain tenun Tais Matan yang diselempang ke badan, kain Umpan yang terpasang di pinggang dan hiasan di leher yang terbuat dari kerang dan emas bulat (Emas Bulan, Tanimbar),” terangnya.

Ia juga mengaku gugup ketika memasangkan pakaian adat tersebut ke tubuh Presiden.

“Beta (saya) juga saat kasih pakai beta (saya) gemetaran kakak,” terangnya.

Ketika semua perlengkapan dipakai Presiden, baru diinformasikan bahwa pak Presiden akan memakai busana tersebut pada Pidato Kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR hari itu juga.

Ia mengaku wacana untuk pemakaian baju adat Tanimbar sudah ada sejak 2 tahun lalu dan disiapkan oleh Pemerintah Provinsi Maluku. Tetapi tahun ini baru terwujud. Hal itu disebabkan karena kontroversi pemakaian Somalai (hiasan burung Cendrawasih di kepala).

“Bapak Jokowi tidak mau pakai cendrawasih yang asli, beliau pakai yang duplikat,” pungkasnya. (S-26)