AMBON, Siwalimanews – Pelayanan yang diberikan tidak maksimal serta munculnya ancaman dari perawat kepada pasien yang akan berobat memunculkan adanya desakan untuk segera mencopot Direktur RSUD Masohi.

Sebelumnya muncul ancaman sejumlah orang yang diduga adalah perawat di RSUD masohi beredar luas di media sosial dan menjadi pembicaraan hangat di kota dengan tajuk Pamahanu-Nusa sepekan terakhir.

Terkait dengan masalah ini, Koordinator Daerah BEM Nusantara Maluku Adam R Rahatan kepada Siwalima, Rabu (9/8) meminta agar Direktur RSUD Masohi Hery Siswanto bertanggung jawab atas kisruh yang terjadi di rumah sakit yang dipimpinya.

“Saya meminta kepada Pejabat Bupati Malteng muhamat marasabessy agar mencopot Direktur RSUD Masohi,” tegas Adam.

Menurutnya persoalan perawatan yang mengancam pasien di RSUD Masohi merupakan salah satu bentuk ketidakseriusan dalam menjalankan tugas sebagai pelayanan masyarakat

Baca Juga: BEM Maluku, Pencoretan ANP Bukti Kegagalan Murad

Seorang perawat harusnya bekerja profesional dan beretika dalam melayani masyarakat termasuk di RSUD Masohi.

“Kritikan harus dilihat sebagai bentuk apresiasi, karena telah memberikan masukan. Olehnya itu saya tegaskan sekali lagi kepada Pejabat Bupati Malteng agar mencopot Direktur RSUD Masohi, karena tidak becus membina para pegawainya,” ungkapnya.

Adam juga prihatin dengan dugaan pengancaman yang dilakukan oleh orang-orang yang diduga sebagai perawat di rumah sakit plat merah tersebut.

“Masalah ini kita tidak boleh biarkan begini saja, harus ada tindakan serius oleh pihak berwajib. Kenyamanan dan keselamatan masyarakat itu menjadi pointnya,” tandasnya.

Perawat Ancam Pasien

Sebelumnya diberitakan, lambat­nya pelayanan yang dilakukan oleh para perawat diduga menyebabkan satu pasien meninggal dunia.

Almarhumah YR meninggal dunia, karena perawat beralasan tidak tahu memasang tabung oksigen ke tubuh korban dan banyak alasan lainnya.

Mirisnya lagi para perawat juga diduga mengancam pasien yang akan masuk ke rumah sakit plat merah tersebut melalui media sosial yang ramai beredar di masyarakat.

Tangkapan layar yang berhasil diperoleh Siwalima, Senin (7/8) dari akun facebook milik perawat RSUD Masohi atas nama Vera Ngelo dan Manara betty II yang meluapkan kekesalan sekaligus mengancam warga yang datang berobat ke rumah sakit tersebut.

Dalam tangkapan layar itu awalnya dikemukakan oleh nakes Vera Ngelo yang mengatakan “Hafal dlm muka zstr ee”, kemudian dibalas oleh akun Manaha Betty II yang mengatakan “Kaka era ktg su hafal dLm muka muka yg ada maki’’ Lwt UDG tuh .. Ktg tggu sha pas bwh di UGD nnti toh.. (dengan gambar emoji)

Percakapan itu kemudian dilanjutkan dengan Manaha Betty II yang memposting ‘’Biarkan mereka beraksi kaka syg .. Kita hanya menunggu di UGD dan kaka dong menunggu di ICU saja yah (dengan gambar emoji menangis).. Biasa tong kosong nyaring bunyinya jadi bgtuLah mereka..

Kemudian ditanggapi oleh akun Dessy Sapulette Pelupessy ke pernyataan dari akun Manara Betty II ‘’itu sdh suster eee’’

Indra Rentua kemudian mempos­ting di komentar di laman akun Vera Ngelo ‘’biking akang banya barang ada rumasakit banya di masohi too’’ La kalu masalah Dg Rsud bisa lari k laeng Bikin diri pintar tll banya’’.

Pernyataan Indra kemudian ditanggapi oleh akun Tresye Pol­naya ‘’Orang Bodoh pung model tuh, Sakit bikin muka Nau’’

Alter Sopacua keluarga dari almarhumah menyesalkan sikap dan pelayanan dari RSUD terhadap saudara mereka yang tidak terlayani dengan baik sampai meninggal dunia.

Ia menjelaskan almarhumah masuk RSUD Masohi sekitar tanggal 25 Juli dan meninggal dunia pada hari Jumat  4 Agustus.

Sebelum korban meninggal, pihak keluarga telah mengingatkan ke perawat di ruang Teratai, agar segera menggantikan tabung oksigen ke tubuh korban, namun mereka banyak alasan.

“Perawat bilang ke keluarga, nanti perawat dari shift berikut jua yang mengambil tabung oksigen dan ganti ke tubuh korban. Padahal kondisi pasien sudah kritis,” jelas Sopacua kepada Siwalima, Senin (7/8).

Sampai pergantian shift selesai, perawat baru masuk, sudah pihak keluarga untuk mengambil tabung oksigen dan segera menganti, karena kondisi korban sudah sangat kritis, namun perawat lagi-lagi slow respon.

Karena kesal dengan pelayanan, pihak keluarga almarhumah kemudian mengambilnya sendiri tabung oksigen.

Setelah tabung itu sampai ke ruang yang ditempati korban, menurutnya, keluarga kemudian meminta ke perawat untuk segera memasang tabung oksigen karena kondisi pasien sangat lemah.

“Mereka (perawat) bilang tidak bisa pasang tabung oksigen, nanti tunggu yang ahli jua. Lalu kami mau tunggu sampai kapan? Karena tidak bisa menggantikan tabung oksigen, pada pukul 21.00 WIT, almarhumah menghembuskan napas terakhir,” ujarnya kesal.

Dengan kondisi itu kemudian memicu kemarahan dari suami almarhumah, yang sempat ribut di rumah sakit karena merasa tidak dilayani dengan baik.

“Wajar kita ribut, karena pelayanan yang buruk dari pihak rumah sakit, perawat juga slow respon,” jelasnya.

Ia juga meminta kepada pihak rumah sakit, bupati Malteng segera mengevaluasi kinerja direktur dan bawahannya.

“Kejadian seperti ini bukan baru pertama terjadi di RSUD Masohi, sudah banyak kali. Jadi kami minta pa bupati bisa mengevaluasi kinerja direktur dan jajaran,” pintanya.

Terkait dengan postingan ancaman dari para perawat kepada pasien yang akan masuk ke RSUD Masohi, menurutnya pemda harus merespon cepat.

“Itu ancaman. Ditakutkan warga yang sakit tak berani ke rumah sakit karena ancaman perawat seperti itu, bahkan tersebar ke medsos,” urainya.

Ditambahkan sampai almarhumah kembali ke rumah, tidak ada tanggapan dari pihak rumah sakit terkait kelalaian yang terjadi.

Membela Diri

Sementara itu Direktur RSUD Masohi Hery Siswanto dalam keterangan persnya kemarin membantah kalau pelayanan yang diberikan tidak maksimal kepada keluarga almarhumah.

“Intinya pelayanan kami sudah berikan maksimal,” terangnya.

Ia mengaku kalau saat itu pihaknya menyediakan banyak tabung oksigen bagi pasien rumah sakit. Ada 42 tabung yang sudah terpakai dan ada 5 tabung ca­dangan.

“Jadi bukan oksigen kosong. Bahkan bukan kejadian tadi malam, di kasih oksigen backup kepada pasien,” bantahnya.

Ia menjelaskan juga bahwa selama ini semua fasilitas rumah sakit diberikan sesuai SOP termasuk kepada almarhumah yang masuk sejak tanggal 25 Juli di ruang ICU teratai dengan diagnosa penyakit TBC dan komplikasi.

“Tanggal 25 pasien masuk, dia sudah di rawat di ruang ICU Teratai. Sudah 10 hari dan kita sudah backup oksigen untuk pertolongan bagi korban,” terangnya kepada warta­wan.

Atas kejadian itu ia juga menyebut suami dari almarhumah juga kecewa dia langsung keluar dari rumah sakit.

Suami almarhumah langsung bawa massa, sudah 1 mobil, Saya tidak tahu massa dari mana, kami tidak sempat antisipasi massa sebanyak itu,” ujarnya.

Kejadian itu menurutnya mem­buat sejumlah perawat trauma bahkan ada pasien yang mendapat cakaran dari almarhumah ketika memasang alat bantu pernapasan.

“Ada yang trauma, terjadi pencakaran, ketika pakai alat bantu pernapasan. Luka cuma cakar-cakaran. fasilitas rusak ada,” urainya. (S-09)