AMBON, Siwalimanews – Meski kekuatan koalisi partai dapat memainkan peran krusial dalam momen politik, namun jumlah suara parlemen dan dukungan pemilih juga tidak bisa diabaikan.

Bodewin M Wattimena, adalah birokrat tulen yang digadang-gadang akan menggandeng politisi partai Golkar Ely Toisuta.

Wattimena yang menjadi penjabat walikota dua periode dianggap berhasil memimpin kota ini, bahkan berhasil memperoleh simpati warga kota dengan gaya kepemimpinannya sehingga berani mengambil sikap maju sebagai bakal calon Walikota Ambon dalam Pilkada tahun ini, meski harus mundur dari statusnya sebagai seorang ASN.

Sementara Toisuta, sebagai politisi murni dengan pengalaman legislatifnya sebagai Ketua DPRD Kota Ambon, danggap sebagai pasangan ideal dalam pilkada mendatang. Keduanya merupakan kombinasi yang pas antara birokrat dan politisi.

Kabarnya, Ely Toisuta juga cukup mengimbangi bakal calon wakil walikota lainnya yang saat ini turut berproses.

Baca Juga: 1 Mei, Nasdem Buka Penjaringan Calkada

Terkait hal itu, Toisuta kepada Siwalimanews, di Ambon, Rabu (1/5) mengaku, siap jika dilamar oleh siapapun calon kandidat walikota yang saat ini sementara berproses.

“Pada prinsipnya saya bersedia untuk maju kalau ‘dilamar’ oleh bakal calon walikota. Selaku kader Golkar, saya ikuti proses di partai, ketika partai mengijinkan saya maju berpasangan dengan siapapun, saya akan bersedia. Misalnya oleh pak Bodewin Wattimena yang saat ini menjadi salah satu kandidat yang juga berproses di Partai Golkar. Posisi kita sebagai wakil kita menunggu,” ujarnya.

Dikatakan, meski hari ini selaku Ketua DPRD dirinya fokus melaksanakan tugas-tugas diakhir masa jabatannya untuk periode 2019-2024, tetapi juga menyiapkan diri untuk selanjutnya di periode 2024-2029, serta mempersiapkan diri untuk dipinang dalam pikada kali ini.

Soal sejauh mana komunikasi politik yang dibangun dengan calon kandidat walikota, salah satunya Bodewin M Wattimena, bahwa sebenarnya belum sampai pada deal dan semua itu tergantung kandidat walikota.

“Katakanlah pak Bodewin, jika dia melihat siapa yang lebih nyaman, siapa yang tepat untuk sama-sama membangun kota ini, itu hak beliau. Intinya saya siap. Jadi figur wakil itu tergantung kandidat walikota, dia akan melihat dari banyak aspek, bukan saja soal kekuatan politik, tetapi soal kenyaman, sehingga saat terpilih dan memimpin, mengelola pemerintahan, itu bisa sinergi antara keduanya. Jadi kalau soal komunikasi, sejauh ini biasa saja, belum ada yang pasti deal. Jadi kalupun tidak jadi maju dalam pilkada, saya tetap mengabdi buat masyarakat lewat DPRD,” tandasnya.

Menurutnya, banyak pengalaman soal ketidaksinergi yang terjadi ditengah pemerintahan, sehingga berdampak pada birokrasi yang berjalan tidak bagus dan pemerintahan yang tidak sehat, sehingga ini menjadi kaca mata tentunya bagi kandidat-kandidat walikota.

“Jadi soal kenyamanan itu saya pikir akan jadi faktor utama walikota menentukan wakil mereka,” ujarnya.

Ditanya apakah Golkar akan mengambil posisi sebagai wakil dalam kontestasi ini, Toisuta menjelaskan, Golkar tentunya akan mengutamakan kader di pilkada 2024 ini dan itu sesuai instruksi DPP. Ada dua kemungkinan, bisa jadi kepala daerah dan wakil kepala daerah. Kalau kepala daerah, akan dilihat hasil surveinya, baik itu terkait tingkat kesukaan publik dan peluang menang di pilkada nanti, demikian pula soal wakil, jika hasil surveinya bagus, maka itu yang akan didorong oleh Golkar.

“Prinsipnya Golkar tidak akan kehilangan momentum di pilkada ini, apalagi merujuk pada hasil pileg  kemarin, perolehan suara Golkar masih pada posisi kedua walaupun Golkar kehilanagan 1 kursi, tetapi kekuatan Golkar di Ambon tidak hilang. Semangat kader masih tetap dan bisa memenangkan pilkada nantinya. Jadi prinsipnya semua diserahkan ke DPP, apapun itu dan siapapun yang akan direkomendasikan DPP, kami akan tegak lurus untuk melaksanakan keputusan partai,” jelasnya.(S-25)