AMBON, Siwalimanews – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Maluku melepasliarkan 68 satwa yang dilindungi di Kabupaten Seram Bagian Timur.

Kepala BKSDA Provinsi Maluku Danny H. Pattipeilohy mengatakan, pada pekan kemarin pihaknya bersama rombongan melepaskanliar­kan puluhan satwa tersebut di Suaka Alam Sungai Nief, Kecamatan Teluk Waru, Kabupaten SBT.

“Pada akhir pekan kemarin, Sabtu (28/5), BKSDA Maluku melakukan pelepasliaran satwa ke habitat aslinya di suaka alam sungai Nief sebanyak 68 ekor,” ungkap Pattipei­lohy, dalam rilisnya yang diterima Siwalima, Senin (30/5).

Dijelaskan, jumlah satwa yang dilepasliarkan terdiri dari 3 ekor buaya, 4 ekor kasuari gelambir ganda, 13 ekor parkici pelangi, 39 ekor nuri Maluku, 8 ekor nuri bayan dan 1 ekor kasturi tengkuk ungu, dimana satwa-satwa ini merupakan hasil penyerahan dari masyarakat, kegiatan patroli dan penjagaan peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) yang dilakukan oleh BKSDA Maluku lingkup Kantor Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II Masohi, Resort Pulau Ambon, Resort Pulau Banda dan hasil kegiatan translokasi dari BBKSDA Jawa Timur.

“Satwa-satwa ini merupakan hasil penyerahan dari masyarakat, ke­giatan patroli dan penjagaan peredaran TSL yang dilakukan oleh petugas BKSDA Maluku lingkup Kantor SKW II Masohi, Resort Pulau Ambon, Resort Pulau Banda, dan hasil kegiatan translokasi dari BBKSDA Jawa Timur,” terangnya.

Baca Juga: DPRD Bersama Penjabat Bupati KKT Bahas Hutang Pihak Ketiga

Kata dia, kegiatan pelepasliaran ini sebagai salah satu upaya yang dilakukan untuk mendukung role model dalam upaya penanganan jaringan peredaran TSL ilegal di Provinsi Maluku.

Kendati demikian, dia mengaku, sebelum dilepasliarkan ke habitat aslinya, satwa-satwa tersebut su­dah menjalani proses karantina,  reha­bilitasi dan pemeriksaan kesehatan di Kandang Transit Passo Ambon dan Stasiun Konservasi Satwa Masohi.

“Tentu butuh waktu dan proses yang panjang, hingga akhirnya satwa-satwa ini dilepasliarkan ke alam,” akuinya.

Ia berharap, langkah ini dapat berdampak pada populasi dan keanekaragaman hayati di Suaka Alam Sungai Nief, sekaligus menjadi sarana edukasi bagi masyarakat setempat untuk tetap menjaga dan melestarikan satwa-satwa tersebut agar tetap hidup di alam.

“Harapannya pelepasliaran ini dapat berdampak pada  populasi dan keanekaragaman hayati di SA Nief serta menjadi sarana edukasi bagi masyarakat setempat untuk tetap menjaga dan melestarikan satwa-satwa tersebut agar tetap hidup di alam,” harapnya (S-08)