AMBON, Siwalimanews – Aliansi mahahasiswa yang berasal dari Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM), Universits Darus­salam (Unidar) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fisip Unpatti saat menggelar aksi demonstrasi me­ngatakan Walikota Ambon, Richard Louhenapessy gagal berlakukan PPKM.

Aksi yang berlangsung di depan Balai Kota Ambon Selasa (27/7) me­narik perhatian masyarakat, lantaran tidak mematuhi protokol kesehatan yakni tidak menggunakan masker dan tidak menjaga jarak.

Pantauan Siwalima, massa aksi tiba sekitar pukul 13. 00 WIT. Aksi itu sempat menimbulkan kericuhan antara mahasiswa dan petugas Satpol PP. Saat tiba di depan Balai Kota, awalnya aksi berlangsung tertib. Namun tiba-tiba berubah saat perwakilan Pemkot Ambon Benny Selano menemui pendemo.

Menggunakan pengeras suara, Selano yang berdiri di lobi Balai Kota bukannya mencairkan suasana justru membuat suasana tegang. Selanno memberi waktu hanya 15 menit kepada pendemo berorasi, setelah itu memberikan peryataan tertulis kepada pemerintah.

Perintah Selanno ditolak, pendemo malah menawarkan pemkot berdialog dengan mahasiswa. Tidak terima tawaran pendemo yang terdiri dari ratusan mahasiswa itu, Selanno memerintahkan Satpol PP yang berjaga dibalik pagar Balai Kota untuk membubar paksa pendemo.

Baca Juga: Tanda Tangan Gubernur Discan

“Aksi kalian melanggar protokol kesehatan dengan menimbulkan kerumunan yang hebat. Satpol PP bubarkan aksi itu,” pinta Selanno.

Tidak menunggu lama, petugs Satpol langsung bereaksi. Aksi saling dorong pun terjadi. Pendemo dan anggota Satpol PP saling dorong bagaikan sedang mendorong mobil yang mogok.

Saling dorong itu diawali di depan Balai Kota hingga merengsek ke Jl Sam Ratulangi. Warga Kota Ambon yang lalu lalang melihat peristiwa itu sebagai  bahan lelucon. Bahkan akibat dari aksi tersebut terjadi kemacetan panjang. “Hi, lihat dong baku dorong kaya dorong mobil mogok sah,” ujar salah satu ibu yang menonton aksi itu dalam dialog Ambon yang kental.

Untuk diketahui, aksi yang dikoordinir Pical Soulissa Koordinator Lapangan UKIM, Ayub Rumakefin (Unpatti) dan Faisal Umasugy (Unidar) awalnya berjalan tertib, di mana perwakirlan orator secara bergantian menyampaikan keberatan mereka atas masih diberlakukannya PPKM di Kota Ambon.

Mahasiswa menyoroti kebijakan yang dikeluarkan Walikota Ambon yang diakui bertentangan dengan Permendagri. Akibatnya, warga Kota Ambon menderita. “Masyarakat mengeluh atas kebijakan Walikota. Sesuai perturan kemendagri PPKM diberlakukan sampai tanggal 2 Agustus, tapi di Ambon diberlakukan sampai tanggal 8 Agustus. Ini bertentangan dan kebijakan ini membuat rakyat sengsara,”pungkas  Faisal Umasuggy.

Tak hanya itu, mahasiswa menuding Walikota gagal dalam membuat aturan terkait PPKM, dimana masyarakat yang mengantungkan hidup dengan berjualan tidak diberikan solusi untuk memenuhi kebutuhan hidup selama PPKM berlangsung.

“Harus ada kajian untuk mengeluarkan instruksi. Lihat kondisi masyarakat kebutuhan apa yang harus disiapkan. Kalian enak tiap bulan digaji, lalu bagaimana nasib mereka yang mendapat uang dengan berjualan yang kini dibatasi,” teriak orator lain.

Kericuhan tersebut akhirnya berakhir setelah mahasiswa yang didorong hingga ruas Jalan AY Patty memilih mengalah dan membubarkan diri sekitar pukul 14.00 WIT. Sempat ada sejumlah mahasiswa yang diamankan di Polsek Sirimau, namun diakhir aksi sejumlah mahasiswa tersebut kemudian dipulangkan. (S-45/S-52)