AMBON, Siwalimanews – Sejumlah orang tua siswa SMA Siwalima geram dengan buruk­nya pelayanan pihak penye­dia makanan di sekolah unggulan milik peme­rintah daerah itu.

Mereka juga marah, lantaran kurang­nya pengawasan dari pihak sekolah, serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Maluku.

Sikap geram itu diungkapkan sejumlah orang tua saat Komisi IV DPRD Maluku melakukan on the spot di sekolah unggulan Provinsi Maluku itu, Jumat (25/11).

Dalam pertemuan yang gelar di aula SMA Siwalima, Waiheru, Kecamatan Baguala, Kota Ambon, di depan komite sekolah, anggota Komisi IV DPRD Maluku yang dipimpin Samson Atapary serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Maluku, orang tua mendesak, agar pengelola ketering atau penyedia makanan di SMA Siwalima diganti.

Selain itu, orang tua juga meminta, agar Kepala SMA Siwalima, Nazir Tidore dan Kepala Dinas Pendidikan Maluku, Insuun Sangadji dipecat.

Baca Juga: Kadinkes akan Dipanggil Terkait Ancaman Dokter Spesialis

Hal ini disebabkan karena lemah­nya pengawasan yang dilakukan pihak Dinas Pendidikan Maluku dan pihak sekolah terhadap pengelolaan makan di SMA Siwalima.

Orang tua mengeluh soal sistim pengawasan sama sekali tidak berjalan, alhasil selama ini para siswa tidak mendapatkan asupan makanan dengan standar mutu yang terjaga.

Akibatnya sebanyak 70 Siswa SMA Siwalima harus mengalami keracunan makanan pada Jumat (18/11) lalu dan harus dirawat pada sejumlah fasilitas kesehatan di Kota Ambon karena mengalami mual, muntah dan nyeri di bagian kepala.

Menanggapi permintaan orang tua tersebut, Samson Atapary me­mastikan, akan memanggil mane­jemen sekolah serta Dinas Pendi­dikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku untuk membicarakan masalah tersebut.

Lompat Jendelea

Mirisnya dalam on the spot yang dilakukan Komisi IV DPRD Maluku, Ketua Komisi Samson Atapary dan anggota, Hengky Pelata, sampai harus lompat jendela untuk mene­robos masuk ke dapur SMA Siwalima Ambon.

Hal ini disebabkan karena kunci dapur terkunci dan pihak sekolah tidak memegang kunci dapur.  Karena hanya dipegang oleh pengelola katering.

Anggota Komisi IV DPRD Ma­luku, Hengky Pelata terlihat marah ketika mengetahui pintu dapur kantor terkunci.

Hengky dan Atapary akhir masuk jendela dan berhasil membuka pintu utama dari dalam ruang makan, barulah wakil rakyat yang lain dan rombongan bisa masuk.

Ketika memantau kondisi dapur, para wakil rakyat ini kaget dan menemukan kondisi dapur yang berukur 4 x 7 meter itu terlihat seperti tidak terawat, dinding dapur warna hitam, meja berdebu dan lantai dapur sangat kotor.

Selain itu, para wakil rakyat ini juga menemukan kotoran tikus di beberapa sudut lantai. tempat penampungan air pun sangat tidak layak, belum lagi kondisi bau yang sangat menyengat akibat kotoran tikus dan juga saluran yang tidak normal.

Perlu Perhatikan

Samson Atapary mengakui harus menerobos jendela dapur SMA Negeri Siwalima untuk melihat secara langsung kondisi ruangan yang digunakan oleh siswa untuk proses makan minum, alhasil kondisi dapur tidak terurus.

Tindakan ini dilakukan para wakil rakyat yang duduk di Baileo Rakyat Karang Panjang lantaran kesal dengan kondisi ruangan dapur yang tertutup rapat saat sudah dilakukan pasca puluhan siswa keracunan makanan pada Jumat (18/11) lalu.

Kemarahan para wakil rakyat ini lantaran mereka tidak dapat masuk untuk melihat kondisi dapur dan tempat makan siswa sedangkan pihak manajemen sekolah tidak memegang kunci karena dipegang oleh pihak ketiga yang mengelola makan minum siswa.

“Benar kita naik dari jendela sebab pintu terkunci dan pihak sekolah tidak pegang kuncinya karena yang pegang itu pihak ketiga maka saya jalan dan lihat ada jendela yang terbuka. Akhirnya kita lompat dan buka pintu dari dalam,” ujar Samson.

Menurut, setelah masuk dirinya bersama anggota komisi yang lain justru kaget dengan kondisi yang ada sebab sangat tidak terurus padahal mesti menjadi tempat yang steril bagi para siswa.

Bahkan, tempat penampungan air pun sangat tidak layak belum lagi ditambah kondisi bau yang sangat menyengat akibat kotoran tikus dan juga saluran yang tidak normal, maka harus ada langkah untuk memper­hatikan hal demikian.

Sampel tak Sesuai

Balai Labolatorium Kesehatan dan Kalibrasi Alat Kesehatan Provinsi Maluku telah mengeluarkan hasil pemeriksaan terhadap sampel makanan yang dikonsumsi oleh siswa-siswi SMA Siwalima.

Kepala Balai Labolatorium Kese­hatan Provinsi Maluku, Doni Rerung yang dikonfirmasi wartawan di lobi kantor labolatorium, Selasa (22/11) membenarkan jika pihaknya telah selesai melakukan pemerik­saan terhadap sampel makanan yang dikonsumsi siswa-siswi SMA Siwalima dan hasilnya negatif.

Dijelaskan, sampel makan diterima petugas laboratorium kesehatan pada Jumat (18/11) yang dibawah oleh petugas puskesmas Nania, dimana terdapat enam sampel makan yang dibawah dan langsung dila­kukan pemeriksaan.

“Hari Jumat itu jam 13.30  sampel dibawah datang oleh petugas puskesmas dari Nania kemudian diperiksa dan hasilnya negatif atau tidak ditemukan bakteri didalam makan,” ujarnya.

Keenam sampel makan yang diterima petugas laboratorium kata Rerung diantaranya, Nasi putih, sambal goreng tempe ikan teri, telur burung puyuh yang digoreng dengan tepung krispi dan roti gula, pisang molen dan petatas goreng.

Rerung membenarkan jika dari enam sampel tersebut tidak ada sampel ikan goreng dan sayur bayam yang dikonsumsi oleh siswa-siswi SMA Siwalima pada Kamis (17/11) malam yang diduga menye­babkan sakit perut siswa siswi.

“Tugas kita hanya memeriksa kenapa sampai negatif kita tidak tahu sampel diperiksa, tadinya petugas rencana mau kirim sebagian sampel ke Balai POM untuk pembanding tetapi, karena sampelnya pas-pasan maka tidak dapat dikirim,” cetusnya.

Sementara itu, salah satu siswa yang meminta namanya tidak dipublikasikan menjelaskan dugaan keracunan makanan diawali pada Kamis (17/11) sekitar pukul 13.00 wit, saat makan siang bersama di ruang makan dengan menu makanan yang disajikan berupa ikan goreng dan sayur bayam dan setelah itu siswa tersebut merasa lemas dan muntah.

Sayangnya kondisi siswa itu tidak dihiraukan oleh pihak dan selan­jutnya pada pukul 20.00 WIT, saat makan malam, para siswa makan dengan menu sambal tempe goreng, acar ketimun, nasi putih dan teh manis. Dimana pada saat sedang makan,  tiba-tiba ada siswa yang mengalami pusing kepala, mual, dan muntah.

Kejadian ini kemudian berlanjut pada Jumat (18/11) sekitar pukul 08.00 Wit, siswa mulai mengalami sakit perut, mual, kepala pusing, disertai lemas sehingga mengaki­batkan penurunan kesadaran.

Puluhan Keracunan

Publik dikejutkan dengan insiden keracunan di SMA Negeri Siwalima, Waiheru, Kecamatan Buagala, Kota Ambon, Jumat (18/11).

Puluhan siswa-siswa dari kelas 10 sampai 12 mengalami keracunan setelah menyantap menu makan siang dan malam yang disajikan catering sebagai rekanan penyedia pada Kamis (17/11).

Siswa yang menjadi korban keracunan ini dirawat pada sejumlah rumah saksi di Kota Ambon dian­taranya, RS M Haulussy, RS Jo­hanes Leimena, RS Siloam, RS Otto Kwik serta puskesmas terdekat.

Sebelumnya siswa ini menjalani perawatan medis di unit kesehatan di sekolah tersbut.

Informasi yang berhasil dihimpun Siwalima dari salah satu orang tua siswa, Jumat (18/11), sampai saat ini, ada sekitar 70 siswa dan siswi yang mengalami sakit, yang diduga akibat keracunan makanan yang terjadi sejak, Kamis (17/11) kemarin.

Orang tua yang enggan namanya dikorankan ini mengaku, kondisi yang dialami anaknya itu mulai dari rasa sakit pada perut, mual dan juga mengalami panas tinggi.

“Kejadiannya sejak kemarin, pihak sekolah justru berharap para orang tua ambil anaknya masing-masing untuk dirawat, lalu kalau yang orang tuanya di luar Ambon, bagai­mana.  Ini sejak kemarin sampai hari ini, anak-anak yang sakit terus bertambah. Ini menyangkut nyawa anak,” ucap sumber yang anaknya juga menjadi korban keracunan.

Ia juga mengaku, peristiwa ini sudah sering terjadi di sekolah tersebut, namun masih dalam jumlah sedikit dan tidak terlalu parah, sehingga dibiarkan berlalu. Namun pada hari ini, kondisinya parah, dan jumlah anak yang mengalami hal ini terus bertambah hingga saat ini mencapai kurang lebih 70 anak.

Ia menduga, anak-anak ini kera­cunan berasal dari makanan yang dikonsumsi di asrama sekolah ter­sebut, dimana diketahui, makanan yang disajikan bagi para siswa-siswi disediakan oleh pihak ketiga yang bekerjasama dengan pihak sekolah untuk pengadaan makanan, yang tidak lain pihak ketiga tersebut adalah adik kandung dari Gubernur Maluku.

Satuan Kerja, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tahun anggaran APBD 2022 dengan Nilai Pagu Paket, Rp 3.824.299.868,00 dan Nilai Harga Perkiraan Sendiri (HPS) Paket Rp3.815.808.000,00.

Ngaku Baru Tahu

Terpisah, Kepala Dinas Pendi­dikan Provinsi Maluku, Insun Sangadji yang dikonfirmasi Siwalima di Ruang kerjanya, Jumat (18/11) mengaku, baru mengetahui infor­masi tersebut hari ini, dan dirinya akan meninjau langsung kondisi para korban.

“Saya baru tahu hari ini dan sudah berkoordinasi, sudah ada penanga­nan medis disana, dan saya juga mau turun sekarang,” ujarnya.

Menurutnya, semua orang tentu tidak menginginkan kondisi ini terjadi, dan pihaknya yakin, bahwa semua itu tidak ada unsur sengaja. Namun tetap akan ada langkah antisipasi terkait peristiwa tersebut.

Ia juga mengaku akan membina dan mengevaluasi pihak penyedia makanan/ketering (pihak ketiga) agar peristiwa ini tidak lagi terjadi kedepannya.

“Kalau memang ada sampel yang sudah diambil oleh pihak BPOM, maka kita akan tunggu hasilnya, dan kita tentu berharap tidak ada korban,” harapnya.

Terkait tidak adanya langkah cepat pihak sekolah untuk penanga­nan ke rumah sakit dan sebagainya, mengingat sejak kemarin, para siswa/siswi hanya dibiarkan di asrama sekolah, dengan penanga­nan seadanya, Sangadji minta agar tidak membuat panik semua pihak, terutama orang tua dan juga pihak sekolah. Yang pasti, pihaknya akan melihat perkembangan ke depannya dari peristiwa ini.

“Artinya kalau urgen sekali pasti akan diambil langkah itu, tapi saya sudah koordinasi, bisa ditangani disekolah, kemudian sudah menda­tangkan tenaga medis dari Puskes­mas, itu sebagai langkah awal pe­nanganan,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala SMA Siwalima yang dikonfirmasi melalui telepon selulernya, tidak menang­gapi panggilan masuk.

Sedangkan Ketua Komite SMA Siwalima Wendy Souisa yang dikonfirmasi melalui telepon selu­lernya juga enggan berkomentar. Dia mengaku, hanya datang untuk melihat kondisi anaknya yang juga bersekolah di situ.

“Saya tidak bisa berkomentar, karena saya juga tidak tahu ceri­tanya seperti apa, langsung ke pihak sekolah saja,” tuturnya.(S-20)